Surat Al-hasyr َّ َ السماوا ّلِل ت َو ما َي ف ما َ َ س َّب َح َ َّ َ ض َ فَي أاْل أر "Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di sekalian langit.

Download Report

Transcript Surat Al-hasyr َّ َ السماوا ّلِل ت َو ما َي ف ما َ َ س َّب َح َ َّ َ ض َ فَي أاْل أر "Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di sekalian langit.

Surat
Al-hasyr
َّ
َ ‫السماوا‬
‫ّلِل‬
‫ت َو ما‬
‫َي‬
‫ف‬
‫ما‬
َ َ ‫س َّب َح‬
َ
َّ
َ
‫ض‬
َ ‫فَي أاْل أر‬
"Telah bertasbih kepada Allah apa yang
ada di sekalian langit dan apa yang di
bumi. (Ayat 1).
Inilah pangkal dari ayat yang pertama yang selanjutnya akan
didapati bagaimana Kebesaran Ilahi dan kekuatan Mutlak dari
Allah yang menjadi penyebab utama dari kehancuran Bani Nadhir
itu. Berita kejaAllah Bani Nadhir dan pengusiran mereka dari
Madinah adalah suatu berita besar dan hebat bagi kaum
Muslimin.
Terlepasnya Rasulullah s.a.w. dari percobaan Yahudi yang
hendak membunuh beliau pun suatu berita yang dahsyat. Semua
telah dapat dilalui dengan baik. Pihak kaum Muslimin telah
menang. Sama-sekali ini tidak lain adalah karena pertolongan
Allah belaka. Oleh sebab itu sudah sepatutnya jika mengingat ini
semuan, orang mengingat kebesaran Allah dan bersyukur kepadaNya, bertasbih mengucapkan pujian dan kesucian.
Ayat pertama ini terlebih dahulu memperingatkan bahwa
seluruh apa yang ada di ketujuh lapisan langit dan segenap yang berada
di muka bumi ini mengucapkan syukur. "Dan Dia adalah Maha
Perkasa," tidak boleh dilanggar hukumNya, dan Maha Berwibawa,
sehingga orang-orang yang kedapatan telah bersekongkol hendak
membunuh Nabi-Nya, patutlah menerima hukum yang setimpal,
apatah lagi pada mulanya mereka telah terikat dengan janji akan hidup
damai dengan kaum Muslimin dalam kota Madinah.
Keperkasaan Allah itu berlaku lagi bagi diri Huyay bin Akhthab
yang pergi menemui pemuka-pemuka Quraisy lalu memberikan
nasihat bahwa agama Quraisy Iebih baik daripada agama Muhammad.
Pengkhianatannya menyebabkan Rasulullah menyuruh Muhammad
bin Maslimah pergi membunuhnya, walaupun di zaman jahiliyah
mereka adalah sepersusuan.
Kebijaksanaan bagi Allah adalah sebagai imbalan dari Keperkasaan.
Meskipun peraturan Allah berjalan dengan penuh kekerasan dan disiplin dan
hukum Allah tidak sekali-kali boleh dilanggar, namun di samping itu Allah
pun mempunyai kebijaksanaan. Huyay bin Akhthab dibunuh karena
berkhianat. Tetapi beberapa waktu kemudian setelah sisa Bani Nadhir yang
berdiam di Khaibar dapat pula dikalahkan dan benteng-benteng di Khaibar
dapat ditaklukkan semuanya, sehingga sisa-sisa Yahudi di Khaibar tertawan,
laki-laki dan perempuan, maka turut tertawan Shafiah anak perempuan dari
Huyay bin Akhthab.
Dia akhimya menjadi tawanan Nabi, tetapi dia dimerdekakan dan
kemerdekaan daripada tawanan dan perbudakan itulah yang menjadi
maharnya. Sesudah dahulunya ayahnya dibunuh dan kaum kabilahnya diusir,
Shafiah sendiri dimerdekakan dari perbudakan lalu beliau kawini. Mahar
(maskawin nya) ialah kemerdekaan itu. Shafiah akhirnya menjadi salah
seorang dari isteri beliau yang mulia dan mendapat gelar "Ummul Mu'minin".
Setelah Rasulullah dan kaum Muslimin di Makkah
berpindah (hijrah) ke Madinah, sesudah mengatur
persaudaraan di antara Muslim sesama Muslim, Rasulullah
s.a.w. pun membuat pula perjanjian dengan penduduk Madinah
sendiri, yang terdiri dari kaum Yahudi dan orang Arab sendiri
yang masih musyrik, belum memeluk Islam.
Dalam perjanjian itu, yang di surat hitam atas putih
disebutkan bahwa orang Muhajirin dan orang Anshar telah
menjadi ummat yang satu. Disuratkan pula bahwa segala
kabilah Yahudi yang berdiam di negeri Madinah itu akan hidup
aman sentosa, bertetangga secara damai. Kaum Muslimin
berjanji akan memberikan perlindungan bagi mereka itu dalam
mengerjakan agama mereka. Dan jika ada bahaya mengancam
kota Madinah mereka akan mempertahan kannya bersamasama.
Pada mulanya tidaklah keberatan kaum Yahudi itu menyetujui
perjanjian yang telah dituliskan hitam di atas putih itu, sebab orang Yahudi
tidak me nyangka bahwa pengaruh Nabi s.a.w. dan agama yang beliau bawa
itu ber tambah lama akan bertambah kuat, yang berbeda sama sekali
daripada apa yang mereka duga, namun setelah nyata bahwa
perkembangan Islam berlainan dari yang mereka duga semula, mulailah
hati mereka tidak merasa senang lagi. Dan itu pun kian lama terasa oleh
Nabi s.a.w. dan kaum Muslimin; sudah banyak masalah, sudah banyak
persoalan, bahkan kepala yang amat terkemuka dari Bani Nadhir, Ka'ab bin
al-Asyraf pemah membuat hubungan rahasia dengan pemuda Quraisy dan
ketika ditanyakan kepadanya mana yang benar di antara agama
Muhammad dengan agama Quraisy penyembah berhala, dia tidak segansegan mengatakan bahwa agama penyembah berhalalah yang lebih benar.
Padahal kalau dia hendak tegak pada kebenaran, sepatutnya dikatakan nya
bahwa agama Islam lebih dekat dengan agama Yahudi sebab sama-sama
percaya kepada Tuhan Yang Esa. Tetapi politik jangka pendek rupanya telah
sangat mempengaruhi jalan fikiran Ka'ab bin al-Asyraf itu.
Akhirnya terjadilah suatu kemelut dengan Bani Nadhir.
Asal mulanya ialah ketika Nabi ditipu oleh seorang pemimpin musyrik ber
nama 'Amr bin Thufail agar mengirim utusan ke negerinya untuk mengajarkan
agama kepada kaumnya, lalu Rasulullah s.a.w. mengirimkan 70 (tujuh puluh) orang
yang sudah ahli tentang al-Quran untuk mengabulkan permintaan 'Amr bin Thufail
itu, tetapi sesampai di satu tempat bemama sumur Ma'unah utusan yang dikirim itu
telah dicederai secara jahat, mereka dikepung dan dibunuh. Yang terlepas hanyalah
seorang, bernama 'Amr bin Umayyah. Karena sakit hatinya atas pengkhianatan itu,
ketika akan pulang ke Madinah, dibunuhnya dua orang dari kabilah Bani Kilab yang
disangkanya termasuk golongan kaum mengkhianati itu pula. Kemudian ternyata
bahwa Bani Kilab adalah kabilah yang telah membuat perjanjian damai dengan Nabi.
Sebab itu maka 'Amr bin Umayyah mesh membayar diyat atas pembunuhan yang
salah itu.
Oleh karena telah ada perjanjian akan bantu membantu jika terjadi hal
yang serupa itu maka datanglah Nabi s.a.w. ke perkampungan Bani Nadhir menemui
pemuka-pemuka mereka meminta supaya mereka turut mengumpulkan bantuan
diyat yang mesti dibayar oleh `Amr bin Umayyah atas kematian dua orang yang
bukan musuh itu, sesuai dengan bunyi perjanjian yaitu akan hidup bantu membantu
di antara Muslimin dengan Yahudi tersebut.
َ‫ذين َك َفرُوا ِمنْ أ‬
َ‫ه َُو الَّذي أ‬
ْ
َّ
ْ
ْ‫ن‬
ْ‫ه‬
‫يار ِه ْم ِِلَ َّو ِل ْال َح ْش ِر ما‬
‫د‬
‫م‬
‫ب‬
‫تا‬
‫ك‬
‫ال‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ج‬
‫ر‬
‫خ‬
ِ
ِ
ِ
ِ
َ
َ
َ
ِ
ِ
َّ ‫َّللا َفأَتا ُه ُم‬
ْ‫َّللا ُ ِمن‬
ِ َّ ‫َظ َن ْن ُت ْم أَنْ َي ْخ ُرجُوا َو َظ ُّنوا أَ َّن ُه ْم ما ِن َع ُت ُه ْم ُحصُو ُن ُه ْم ِم َن‬
ُ ‫َحي‬
‫ْديه ْم َو‬
َ ‫ب ي ُْخ ِرب‬
َ ْ‫وب ِه ُم الرُّ ع‬
َ ‫ْث لَ ْم َيحْ َت ِسبُوا َو َق َذ‬
ِ ‫ُون ُبيُو َت ُه ْم ِبأَي‬
ِ ُ ‫ف في قُل‬
َ‫نين َفاعْ َتبرُوا يا أُولِي ْاِل‬
َ‫أ‬
ْ
ْ
ْ
ْ
‫صار‬
‫ب‬
‫م‬
‫ُؤ‬
‫م‬
‫ال‬
‫ي‬
‫د‬
‫ي‬
ِ
ِ
َ
ِ
ِ
Dialah yang telah mengeluarkan orang-orang kafir itu, dari
ahlil- kitab dari kampung halaman mereka pada permulaan
pengusiran. Tidaldah kamu menyang ka bahwa mereka akan
keluar dan mereka pun menyangka bahwa pertahanan mereka
dari Allah adalah benteng mereka. Maka Allah pun mendatangi
mereka dari arah yang tidak mereka sangka; dan Allah pun
melem parkan ketakutan ke dalam hati mereka. Mereka
robohkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri
dan dengan tangan orang-orang yang beriman; maka ambillah
pela jaran wahai orang-orang yang mempunyai pandangan.
‫ب‬
ِ ‫ذين َك َفرُوا ِمنْ أَهْ ِل ْال ِكتا‬
َ َّ‫ه َُو الَّذي أَ ْخ َر َج ال‬
"Dialah yang telah mengeluarkan orang-orang
kafir itu, dari ahlil-kitab." (pangkal ayat 2).
Orang-orang kafir dari ahlil-kitab itu ialah
Yahudi Bani Nadhir,
‫يار ِه ْم‬
ِ ‫ِمنْ ِد‬
"Dari kampung halaman mereka.''
Yaitu perkampungan Bani Nadhir yang
terletak di pinggir kota Madinah dan mempunyai
benteng yang kuat kokoh itu;
‫َْلَ َّو َل ا أل َح أ‬
‫شر‬
"Pada permulaan pengusiran".
Artinya itulah pengusiran yang pertama ter hadap orang Yahudi dari
Hejaz atau dari Madinah sebagai pusat kekuasaan Islam yang baru tumbuh di
masa itu. Tersebutlah bahwa mereka itu diusir, se bahagian besar berangkat ke
negeri Syam, menetap di negeri Ariiha dan Adzru'aat, dan dua keluarga lagi,
yaitu keluarga Abil Haqiiq dan keluarga Huyay bin Akhthab, termasuk
puterinya Shafiah pindah ke Khaibar. Pengusiran ini disebut sebagai
pengusiran yang pertama. Pengusiran yang kedua ialah di zaman Umar bin
Khathab; segala Yahudi yang tinggal di Jazirah Arab mesti meninggalkannya,
lalu berpindah ke Syam, karena Umar telah memutuskan di jantung Jazirah
Arab itu tidak boleh berkumpul dua agama lagi untuk selama lamanya. Maka
sisa-sisa Yahudi yang tinggal di Madinah atau Khaibar, dipersilahkan pindah
semuanya.
Dengan bunyi ayat "permulaan pengusiran" mafhumlah kita bahwa ini
pun salah satu daripada mu'jizat Nabi kita s.a.w. yang akan dilakukan oleh
salah seorang sahabatnya di belakang hari.
‫ما َظ َن ْن ُت ْم أَنْ َي ْخ ُرجُوا‬
"Tidaklah kamu menyangka bahwa mereka akan keluar,"
Dari sebab kuatnya benteng pertahanan mereka, sehingga orang-orang yang beriman pun
tidak menyangka bahwa mereka akan begitu mudahnya keluar dari benteng pertahanan
mereka itu. Apatah lagi kalau perbekalan yang mereka sediakan buat bertahan cukup
untuk makan sekian bulan. Apatah lagi terdengar pula berita bahwa ada di kalangan
munafikin yang bersedia membantu mereka;
‫َّللا‬
ِ َّ ‫َو َظ ُّنوا أَ َّن ُه ْم مان َِع ُت ُه ْم ُحصُو ُن ُه ْم م َِن‬
"Dan mereka pun menyangka bahwa pertahanan mereka daripada Allah ialah benteng-benteng mereka."
Itulah persangkaan yang meleset.
َّ ‫َفأَتا ُه ُم‬
ُ ‫َّللاُ ِمنْ َحي‬
‫ب‬
َ ْ‫وب ِه ُم الرُّ ع‬
َ ‫ْث لَ ْم َيحْ َتسِ بُوا َو َق َذ‬
ِ ُ‫ف في قُل‬
"Maka Allah pun mendatangi mereka dari arah yang tidak mereka sangka; dan Allah pun melemparkan
ketakutan ke dalam hati mereka."
Bagaimanapun kuat dan teguhnya benteng dari luar, namun pertahanan mereka
diruntuhkan Allah dari dalam, yaitu pertahanan hati. Hati itu sendiri yang diserbu Allah
dengan "pelor" ketakutan. Artinya semangat mereka patah! Bantuan yang mereka harapharapkan dari kaum munafik itu tidak juga datang. Kian lama kian terasa bahwa bantuan
dari luar tidak akan ada. Lama-lama tentara Nabi Muhammad kian mendesak juga, bah
kan kebun korma mereka telah ada yang ditebangi. Lantaran itu semuanya maka rasa
takut kian mencekam. Takut pula mereka kalau kaum Muslimin ini menang nanti, maka
kekayaan mereka akan dirampas semuanya. Terutama rumah-rumah mereka yang bagus
dan kokoh. Karena ketakutan itu mereka runtuhkan rumah-rumah mereka dengan tangan
mereka sendiri. Dengan niat kalau kaum Muslimin menang, tidak ada lagi yang mereka
dapati. Apatah lagi dengan matinya dua orang pemimpin mereka, yaitu Ka'ab bin al-Asyraf
dan Huyay bin Akhthab, tidak ada lagi pemimpin yang berani bertindak atau yang akan
menyalakan semangat perjuangan;
‫نين‬
َ ‫ْديه ْم َو أَ ْي ِدي ْالم ُْؤ ِم‬
َ ‫ي ُْخ ِرب‬
ِ ‫ُون ُبيُو َت ُه ْم ِبأَي‬
"Mereka robohkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan
orang-orang yang beriman."
Mereka merobohkan yang di dalam perkampungan mereka atau yang di
dalam lingkungan benteng dan kaum Muslimin merobohkan bangunanMngunan di luar yang akan menghalangi serbuan mereka kelak ke dalam
benteng yang dianggap kokoh itu. Semuanya ini menambah kacau-balaunya
keadaan dan lunturnya semangat perlawanan mereka;
‫َفاعْ َت ِبرُوا‬
"Maka ambillah pelajaran"
atau ambillah i'tibar dari kejadian Bani Nadhir itu ;
‫يا أُولِي ْاِلَبْصار‬
Wahai orang orang yang mempunydi pandangan." (ujung ayat 2).
Pelajaran yang terutama akan diambil dari kejadian ini oleh orangorang yang mempunyai pandangan jauh yang mengerti perhitungan fikiran dan
logika, ialah bahwa kalau nasib sudah akan jatuh, betapa pun kokohnya per
tahanan, akan hancurlah pertahanan itu berkeping-keping. Dapatlah dengan
pandangan yang jauh kita membandingkan ini dengan jatuhnya kekuasaan
Belanda ketika Jepang mulai menyerang, pada akhii tahun 1941 dan selesai di
kwartal pertama dari tahun 1942. Segala pertahanan yang dikatakan kokoh
kuat itu menjadi runtuh hancur karena semangat mereka sendiri yang patah.
َّ ‫ب‬
‫َّللاُ َعلَي ِْه ُم‬
َ ‫َو َل ْو ال أَنْ َك َت‬
"Walaupun tidak ditentukan Allah pengusiran atas diri mereka." (pangkal ayat 3);
dengan jalan pengepungan benteng mereka, karena pada
mulanya mereka mencoba bertahan;
‫ْال َجال َء لَ َع َّذ َب ُه ْم فِي ال ُّد ْنيا‬
"Namun Allah akan mengazab mereka juga di dunia.''
Azab siksaan itu akan mereka derita juga dengan jalan lain sebab
kesalahan mereka sendiri. Yang rusak itu adalah sikap jiwa mereka
sendiri. Yaitu perasaan hasad dengki yang mendalam, merasa diri terlalu
dan selalu lebih dari orang. Lantaran itu tidak mereka ingat lagi atau
mereka pandang enteng janji yang dibuat di permulaan Nabi Muhammad
s.a.w datang ke Madinah. Kemudian itu hendak mereka laksanakan niat
yang sangat busuk, yaitu membunuh Nabi s.a.w. yang tengah menjadi
tamu di dalam kampung mereka. Oleh sebab itu misalnya, tidaklah
mereka dikepung dalam benteng ini, kehinaan mereka pasti akan datang
juga di dunia ini. Karena tidak ada orang dengki yang dapat naik
bintangnya atau tinggi gengsinya. Mereka akan hina juga sebagaimana
hinanya pelawan-pelawan dan penantang Rasulullah s.aw. yang lain.
‫خ َر ِة َعذابُ ال َّنار‬
ِ ‫َو لَ ُه ْم فِي ْاْل‬
"Dan bagi mereka di hari akhirat kelak adalah azab neraka." (ujung ayat 3).
Sebab kekafiran mereka itu adalah dari kejahatan jiwa mereka sendiri.
Agama yang mereka peluk sendiri yang menyuruh menerima kebenaran. Tetapi
hawanafsu dan dendam menyebabkan inti ajaran agama itu telah lama mereka
tinggalkan, walaupun mulut mereka mengatakan bahwa mereka tetap
mempertahankan agama itu.
‫َّللا َو َرسُولَ ُه‬
َ ِ‫ذل‬
َ َّ ‫ك ِبأ َ َّن ُه ْم َشا ُّقوا‬
"Terjadi yang demikian itu ialah karena mereka telah menantang Allah dan RasulNya." (pangkal
ayat 4).
Allah telah membangkitkan seorang Rasul dalam kalangan bangsa Arab. Padahal
selama ini orang Yahudi merasa diri mereka lebih tinggi, lebih mulia dan yang
berhak menjadi Nabi atau Rasul hanya ke turunan Bani Israil. Sekarang berkat
bimbingan Nabi ini, bangsa Arab yang selama ini mereka pandang rendah telah
naik, kuasanya tambah meluas. Bah kan orang Arab yang selama ini hanya
menggantungkan nasib kepada Yahudi, meminjam kepada Yahudi, sekarang telah
ada yang mampu beniaga, telah ada yang kaya.
Oleh sebab itu maka mereka menantang Allah dan Rasul benar-benar
karena mempertahankan pengaruh (dominasi) yang telah runtuh belaka.
ِّ ‫َو َمنْ ُي َش‬
‫َّللا َشدي ُد ْال ِعقاب‬
َ َّ َّ‫َّللا َفإِن‬
َ َّ ‫اق‬
"Dan barangsiapa yang menantang Allah, sesungguhnya Allah adalah sangat keras hukumanNya."
(ujung ayat 4).
Hukuman yang keras itulah yang telah diderita oleh Bani Nadhir itu.
‫ما َق َطعْ ُت ْم ِمنْ لي َن ٍة أَ ْو َت َر ْك ُتمُوها قا ِئ َم ًة َعلى أُصُولِها‬
'Tidaklah kamu tebang satu diantara pohon-pohon itu atau kamu biarkan dia berdiri atas urat
akarnya.'(pangkal ayat 5).
Yaitu pohon-pohon korma yang ditebangi oleh kaum Muslimin pada
kebun-kebun Bani Nadhir tengah mereka dikepung itu, baik yang ditebang atau
yang dibiarkan saja berdiri dengan tidak diganggu,
‫َّللا‬
ِ َّ ‫َف ِبإِ ْذ ِن‬
"Maka itu adalah dengan izin Allah."
Bukan dengan kehendak Nabi Muhammad s.a.w. sendiri saja. Karena
dengan menebang beberapa batang pohon korma itu mengertilah Bari Nadhir
bahwa pengepungan atas mereka itu tidaklah main-main dan kalau kaum
munafikin hendak datang menolong, di waktu itulah mereka matinya datang.
Namun telah beberapa pohon yang ditebang, seorang pun tidak ada yang datang
membantu;
‫فاسقين‬
ِ ‫ي ْال‬
َ ‫َو لِي ُْخ ِز‬
"Karena Dia hendak membuat hina orang-orang yang durhaka." (ujung ayat 5).
Sehingga mereka tidak menyombong lagi dan segera menyerah karena
telah merasa hina dan kecil di hadapan kebesaran dan kekuatan kaum Muslimin
yang telah datang mengepung mereka. Bertahan terus adalah kehancuran juga,
sedang kalau menyerah, mereka akan dibiarkan tinggal hidup dan boleh pergi
meninggalkan Madinah.
sebenarnya judul diatas sudah dijelaskan pada ayat pertama
yang menjelaskan bagaimana Kebesaran Ilahi dan kekuatan Mutlak dari
Allah yang menjadi penyebab utama dari kehancuran Bani Nadhir itu.
Pihak kaum Muslimin telah menang dalam menghancurkan Bani
Nadhir. Sama-sekali ini tidak lain adalah karena pertolongan Allah
belaka. Oleh sebab itu sudah sepatutnyalah jika mengingat ini semuanya
orang mengingat kebesaran Allah dan bersyukur kepadaNya, bertasbih
mengucapkan pujian dan kesucian.
Dan itulah sebabnya maka ayat yang pertama terlebih dahulu
memperingatkan bahwa seluruh apa yang ada di ketujuh lapisan langit
dan segenap yang berada di muka bumi ini mengucapkan syukur. "Dan
Dia adalah Maha Perkasa,“
Keperkasaan Allah itu berlaku lagi bagi diri Huyay bin Akhthab
yang pergi menemui pemuka-pemuka Quraisy lalu memberikan nasihat
bahwa agama Quraisy Iebih baik daripada agama Muhammad. Ke
khianatannya menyebabkan Rasulullah menyuruh Muhammad bin
Muslimah pergi membunuhnya, walaupun di zaman jahiliyah mereka
adalah sepersusuan.
Judul diatas menegaskan bahwa sekalipun kaum tidak
berbuat dengan mengusir Bani Nadhir maka Allah tetap akan
mengusir dan menyiksa mereka.
Azab siksaan itu akan mereka derita juga dengan jalan
lain sebab kesalahan mereka sendiri. Yang rusak itu adalah sikap
jiwa mereka sendiri. Yaitu perasaan hasad dengki yang
mendalam, merasa diri terlalu dan selalu lebih dari orang.
Lantaran itu tidak mereka ingat lagi atau mereka pandang enteng
janji yang dibuat di permulaan Nabi Muhammad s.a.w datang ke
Madinah. Kemudian itu hendak mereka laksanakan niat yang
sangat busuk, yaitu membunuh Nabi s.a.w. yang tengah menjadi
tamu di dalam kampung mereka. Oleh sebab itu misalnya,
tidaklah mereka dikepung dalam benteng ini, kehinaan mereka
pasti akan datang juga di dunia ini. Karena tidak ada orang
dengki yang dapat naik bintangnya atau tinggi gengsinya. Mereka
akan hina juga sebagaimana hinanya pelawan-pelawan dan
penantang Rasulullah s.aw. yang lain.