Pertemuan 1 RIBA, SISTEM KEUANGAN, DAN LEMBAGA

Download Report

Transcript Pertemuan 1 RIBA, SISTEM KEUANGAN, DAN LEMBAGA

RIBA, SISTEM KEUANGAN, DAN
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
Pertemuan 1
Nova Rini,SE,M.Si
Pengertian Riba
 Menurut pengertian bahasa berarti tambahan (az-ziyadah),
berkembang (an-numuw), meningkat ( al-irtifa’), dan
membesar ( al-’uluw)
 Riba : Penambahan, perkembangan, peningkatan, dan
pembesaran atas pinjaman pokok yang diterima pemberi
pinjaman dari peminjam sebagai imbalan karena
menangguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama
periode waktu tertentu.
 Muhammad ibnu Abdullah ibnu al-Arabi al-Maliki dalam
kitab Ahkam Al-Qur’an mengatakan bahwa tambahan yang
termasuk riba adalah tambahan yang diambil tanpa ada suatu
‘iwad (penyeimbang/pengganti) yang dibenarkan syariah.
 Badr ad-Dien al-Ayni dalam kitab Umdatul Qari mengatakan
bahwa tambahan yang termasuk riba adalah tambahan atas
harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil
Dasar Hukum Tentang Riba
 QS. Al Baqarah (2): 275 – 279
 QS. Ali ‘Imran (3) : 130
 QS. An-Nisaa (4) : 161
 QS. Ar-Rumm (30) : 39
 Dari Jubair ra, Rasulullah SAW mencela penerima dan
pembayar bunga orang yang mencatat begitu pula yang
menyaksikan. Beliau bersabda, “Mereka semua sama-sama
berada dalam dosa” (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)
 Dari Abu Said al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, “
Jangan melebih-lebihkan satu dengan lainnya; janganlah
menjual perak untuk perak, kecuali keduanya setara; dan
jangan melebih-lebihkan satu dengan lainnya; dan jangan
menjual sesuatu yang tidak tampak” (HR Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, Nasa’I dan Ahmad)
 Dari Ubada bin Sami ra, Rasulullah SAW bersabda, “Emas
untuk emas, perak untuk perak, gandum untuk gandum.
Barang siapa membayar lebih atau menerima lebih dia telah
berbuat riba, pemberi dan penerima sama saja (dalam dosa)”
(HR. Muslim dan Ahmad)
 Konsep Riba di KalanganYahudi :
Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari
umat-Ku orang yang miskin di antaramu, maka janganlah
engkau berlaku sebagai penagih utang terhadap dia: janganlah
engkau bebankan bunga uang terhadapnya. (Kitab Exodus
(keluaran) pasal 22 ayat 25 )
 Konsep Riba di Kalangan Kristen
Dalam kitab perjanjian baru tidak menyebutkan permasalahan bunga
secara jelas. Namun, sebagaian kalangan Kristiani menganggap
larangan riba terdapat dalam Lukas.
“Dan, jika kamu meminjamkan sesuatu kepada orang karena kamu
berharap akan menerima sesuatu darinya, apakah jasamu?. Orangorang berdosa pun meminjamkan kepada orang berdosa supaya
mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihanilah
musuhmu dan berbuat baik kepada mereka dan pinjamkan dengan
tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu
akan menjadi anak-anakTuhanYang MahaTinggi sebab Ia baik
terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan
terhadap orang-orang yang jahat.” (Lukas Pasal 6 ayat 34-35)
Macam Riba
Riba
Riba UtangPiutang
Riba
Qardh
Riba Jual Beli
Riba
Jahiliyah
Riba
Fadhl
Riba
Nasiah
Riba Qardh : suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu
yang disyaratkan terhadap yang berutang (muqtaridh)
2. Riba Jahiliyah : utang dibayar lebih dari pokoknya karena si
peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu
yang ditetapkan. Riba Jahiliyah dilarang karena kaedah
“kullu qardin jarra manfa ah fahuwa riba” (setiap pinjaman
yang mengambil manfaat adalah riba). Dari segi penundaan
waktu penyerahannya, riba jahiliyah tergolong riba nasiah;
dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan tergolong riba
fadhl.
1.
3. Riba Fadhl : disebut juga dengan riba buyu yaitu riba yang timbul
akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria
sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa-an bi
sawa-in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi yadin).
4. Riba Nasiah : Juga disebut riba duyun yaitu riba yang timbul akibat
utang-piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul
bersama resiko (al ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul
bersama biaya (al kharaj bi dhaman). Transaksi semisal ini
mengandung pertukaran kewajiban menanggung beban hanya
karena berjalannya waktu . Riba nasiah adalah penangguhan
penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang
dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya.
Prinsip-Prinsip Riba
1.
2.
3.
Pertukaran barang yang sama jenis dan nilainya, tetapi berbeda
jumlahnya, baik secara kredit maupun tunai, mengandung unsur riba.
Contohnya : adanya unsur riba di dalam pertukaran satu ons emas
dengan setengah ons emas
Pertukaran barang yang sama jenis dan jumlahnya, tetapi berbeda nilai
atau harganya dan dilakukan secara kredit, mengandung unsur riba.
Pertukaran ini bukan riba apabila dijalankan dari tangan ke tangan
secara tunai
Pertukaran barang yang sama nilai atau harganya tetapi berbeda jenis
dan kuantitasnya, serta dilakukan secara kredit, mengandung unsur
riba. Secara tunai tidak riba. Contoh jika satu ons emas mempunyai
nilai sama dengan satu ons perak. Kemudian dinyatakan sah apabila
dilakukan pertukaran dari tangan ke tangan tunai. Sebaliknya,
transaksi ini dinyatakan terlarang apabila dilakukan secara kredit
karena adanya unsur riba
4. Pertukaran barang yang berbeda jenis, nilai dan kuantitasnya, baik
secara kredit maupun dari tangan ke tangan, terbebas dari riba,
sehingga diperbolehkan. Contoh : garam dengan gandum, dengan
kuantitas sesuai dengan yang disepakati oleh kedua belah pihak
5. Jika barang itu campuran yang mengubah jenis dan nilainya,
pertukaran dengan kuantitas yang berbeda baik secara kredit
maupun tunai, terbebas dari unsur riba. Contoh, perhiasan emas
ditukar dengan emas atau gandum ditukar dengan tepung gandum
6. Di dalam perekonomian yang berazaskan uang, di mana harga
barang ditentukan dengan standar mata uang suatu negara,
pertukaran suatu barang yang sama dengan kuantitas berbeda, baik
secara kredit maupun tunai, keduanya terbebas dari riba, dan
diperbolehkan
Alasan Melakukan Riba
1.
2.
3.
Teori Abstinence, menganggap bunga adalah sejumlah uang yang
diberikan kepada seseorang karena pemberi pinjaman telah
menahan diri (abstinencei) dari keinginannya memanfaatkan
uangnya sendiri semata-mata untuk memenuhi keinginan
peminjam. Pengorbanan menahan keinginan (abstinence)
menuntut adanya kompensasi, dan kompensasi itu adalah bunga.
Teori Bunga Sebagai Imbalan Sewa, menganggap uang sebagai
barang yang menghasilkan keuntungan bilamana digunakan
untuk melakukan produksi.
Teori Produktif-Konsumtif, menganggap setiap uang yan
dipinjamkan akan membawa keuntungan bagi orang yang
dipinjami
4. Teori Opportunity Cost, meminjamkan uang berarti pemberi pinjaman menunggu
atau menahan diri untuk tidak menggunakan modal sendiri guna memenuhi
keinginan sendiri. Pemberi pinjaman berhak menikmati sebagian keuntungan
peminjam.
5. Teori Kemutlakan Produktivitas Modal, beranggapan bahwa :
a. modal mempunyai kesanggupan sebagai alat dalam memproduksi
b. Modal mempunyai kekuatan-kekuatan untuk menghasilkan barang-barang
dalam jumlah yang lebih besar dari apa yang bisa dihasilkan tanpa memakai
modal
c. Modal sanggup menghasilkan benda-benda yang lebih berharga daripada yang
dihasilkan tanpa modal
4. Modal sanggup menghasilkan nilai yang lebih besar dari nilai modal itu
sendiri.
Pemberi pinjaman layak mendapat imbalan bunga
6. Teori Nilai Uang pada Masa Datang Lebih Rendah,
menganggap bunga sebagai selisih nilai (agio) yang diperoleh
dari barang-barang pada waktu sekarang terhadap perubahan
atau penukaran barang di waktu yang akan datang
7. Teori Inflasi, menganggap adanya kecenderungan nilai uang di
masa datang. Sehingga mengambil tambahan dari uang yang
dipinjamkan merupakan sesuatu yang logis sebagai
kompensasi penurunan nilai uang selama dipinjamkan
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Bunga
a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan
asumsi harus selalu untung
Bagi-hasil
a. Penentuan besarnya rasio/nisab bagi-hasil dibuat
pada waktu akad dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi
b. Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang b. Besarnya rasio bagi-hasil berdasarkan pada jumlah
(modal) yang dipinjamkan
keuntungan yang diperoleh
c. Pembayaran bunga tetap seperti dijanjikan tanpa
pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh
pihak nasabah untung atau rugi
c. Bagi-hasil bergantung pada keuntungan proyek
yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat
sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan
ekonomi sedang booming
d. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah pendapatan
e. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam)
oleh semua agama termasuk Islam
e. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi-hasil
Dampak Riba
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menimbulkan permusuhan antara pribadi dan mengurangi
semangat kerjasama dengan sesama manusia
Menimbulkan tumbuhnya mental pemboros dan pemalas
Salah satu bentuk penjajahan
Gap si kaya dan si miskin makin lebar
Merupakan bentuk pencurian, karena uang tidak
melahirkan uang
Menurunkan minat untuk berinvestasi
Sistem Keuangan Islam
Berdasarkan perspektif Islam, tujuan utama perbankan dan
keuangan Islam :
1. Penghapusan bunga dari semua transaksi keuangan dan
pembaharuan semua aktivitas bank agar sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam
2. Pencapaian distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar
3. Promosi pembangunan ekonomi
Struktur Ideal Dari Sistem
1. Model Chapra (1985)
Sistem yang meliputi beberapa institusi berikut : bank
sentral, bank komersial, institusi keuangan non bank,
institusi kredit khusus, korporasi asuransi deposito, dan
korporasi audit investasi.
Ciri utama dari model Chapra : penyebaran tanggung
jawab kesejahteraan sosial dan ketentuan agama ke
seluruh tingkat sistem keuangan, dari mulai bank
sentral sampai fungsi objektif dari agen keuangan
Islam.
2. Kerangka Ismail (1986) (Abdul Halim Ismail)
Mengusulkan pembagian tanggung jawab yang lebih cermat.
Membuat sketsa sistem ekonomi Islam yang terdiri atas tiga
sektor : siasi, sektor pemerintah (dana publik, dan bank
sentral); ijtima’i, sektor kesejahteraan (bertanggung jawab
atas administrasi pajak); dan tijari, sektor komersial (semua
aktivitas komersial sektor swasta).
Why Islamic Economic?
Islam as a comprehensive way of life
ISLAM
AQIDAH
SYARIAH
MUAMALAH
SPECIAL RIGHT
IBADAH
PUBLIC RIGHT
INTERIOR AFFAIRS
ADMINISTRATIVE
AKHLAK
ECONOMY
FINANCE
EXTERIORS AFFAIRS
CONSTITUENCY
Zarqa (1959)
Outline of Islamic Economics System
Sector
Public Sector
Private Sector
Social Welfare
Sector
Major Function

Maintenance of law order, justice and
defense
Promulgation and implementation of
economic policies
Management of properties under state
ownership
Economics intervention if necessary

Creation of wealth
Economic activities
of production,
consumption &
distributions
Islamic Social
Security (al
takaful al
ijtima’i)
Possible
Institution

Government, ministries, and departments
Statutory bodies
Government companies
Owner operator
Sharikah
Public Sector
(Bait al Mal,
Bait al Zakat)
Private sector
(charitable org.
individu)
Relevant Syariah
Law
Government administrative laws i.e. company
law, commercial law, Land law, taxation
Various Fiqh of
muamalah laws i.e.
mudharabah,
musyarakah, ijarah, etc
Various iftima’I
i.e. zakah, waqf,
tarikhah,
sadaqah, qard
law
PRINSIP DASAR EKONOMI ISLAM
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 10 tahun 1998,
tentang perbankan disebutkan bahwa :
1.
2.
3.
Bank adalah : Badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
Berdasarkan UU NO 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah
 Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya
 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Berdasarkan UU No 21 Tahun 2011
mengenai OJK
 Lembaga Jasa Keuangan adalah lembaga yang melaksanakan
kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan
Lainnya
 Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan
syariah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai
perbankan dan undang-undang mengenai perbankan syariah.
KONSEP DASAR TRANSAKSI MUAMALAH
DALAM BANK SYARIAH
1.
2.
3.
4.
5.
Prinsip Wadiah (Simpanan).
Prinsip Syarikah (Bagi Hasil)
Prinsip Tijaroh (Jual Beli/ Pengembalian
Keuntungan).
Prinsip Al-Ajr (Sewa/ Pengambilan Fee).
Prinsip Al-Qard (Biaya Administrasi).
Fungsi Dewan Pengawas Syariah (DPS)
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
Mengawasi jalannya operasionalisasi bank sehari-hari, agar
sesuai dengan ketentuan syariah;
Membuat pernyataan secara berkala (biasanya tiap tahun)
bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan
ketentuan syariah;
Meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank
yang diawasinya.
Perbedaan antara spekulan yang dilarang Islam
dengan investor yang diperbolehkan Islam dapat
diamati beberapa hal berikut:
1.
2.
3.
4.
Investor melakukan pembelian sekuritas dengan melakukan
pembayaran sepenuhnya.
Tidak melakukan margin trading.
Investor bertujuan untuk mengalokasikan tabungan,
memperoleh pendapatan di masa depan tidak melakukan
perdangan jangka pendek.
Dapat saja investor menjual sekuritas jangka pendek dengan
pertimbangan faktor rasional fundamental bukan faktor
teknikal
Disebutkan Metwally bahwa bursa efek dalam ekonomi
Islam harus melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut :
(Achsien, 2000: 65)
1.
2.
3.
4.
5.
Memungkinkan para penabung berpartisipasi penuh pada pemilikan kegiatan bisnis,
dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan risiko;
Memungkinkan para pemegang saham mendapatkan liquiditas dengan menjual
sahamnya sesuai dengan aturan bursa efek;
Memungkinkan kegiatan bisnis meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan
mengembangkan bisnisnya;
Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham
yang merupakan ciri umum pada pasar modal non Islami; dan
Memungkinkan investasi pada ekonomi ini ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis
sebagaimana tercermin pada harga saham.
Perkembangan Industri Keuangan Global
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, BI, 2012