PARADIGMA PEMIKIRAN ISLAM ALTERMATIF

Download Report

Transcript PARADIGMA PEMIKIRAN ISLAM ALTERMATIF

(ISLAM MODERAT)
ORIANTASI ISLAM MODERAT
Islam Moderat:
 paradigma pemikiran dan praksis
keislaman di tengah Globalisasi yang
menyuguhkan kemajemukan budaya
akibat intensitas hubungan antar bangsa.
 corak pemahaman Islam yang menolak
cara-cara kekerasan yang dilakukan oleh
kalangan lain yang menganut model Islam
radikal
PRINSIP ISLAM MODERAT
1. Al-Qur’an sebagai Kitab Terbuka
2. Keadilan
3. Kesetaraan
4. Toleransi
5. Pembebasan
6. Kemanusiaan
7. Pluralisme
8. Sensitifitas gender
9. Non diskriminasi
METODOLOGI ISLAM MODERAT
 pendekatan eklektisisme (al-qira’ah
al-intiqaiyah)
 pendekatan revolusioner (al-qira’ah
al-tatswiriyah
 pendekatan dekonstruktif (alqira’ah al-tafkikiyah
KARAKTERISTIK ISLAM MODERAT
Tidak menjadikan akal sebagai hakim
pengambil keputusan akhir, apalagi jika
keputusan itu akan berseberangan
dengan nash. Namun, akal tidak begitu
saja dinafikan untuk memahami nash.
2. Luwes beragama. Tidak keras dan
tidak pula kaku dalam hal juz`i, namun
tidak menggampangkan sesuatu yang
bersifat ushûl (fundamental) sehingga
melanggar rambu-rambunya.
1.
 3.Tidak mengkuduskan turâts
(khazanah pemikiran lama) jika
jelas ada kekurangan. Namun tidak
pula meremehkan turâts jika di
dalamnya terdapat keindahankeindahan hidayah.
4. Pertengahan antara pendirian
kalangan filsafat idealis maupun
pragmatis.
Pertengahan antara filsafat liberal
yang membuka kran kebebasan
individu tanpa batas, dan sikap
over-sosial yang mengorbankan
kepentingan individu.
6. Lentur dan selalu adaptatif dalam
sarana, namun tetap kokoh dalam
masalah prinsip dan dasar.
5.
 7. Tidak melakukan tajdîd dan ijtihâd
dalam masalah-masalah qath’i, maupun
hal-hal pokok dan jelas. Namun tidak
menerima taqlîd berlebihan hingga
menutup pintu ijtihâd.
8. Tidak meremehkan nash dengan dalih
maksud-maksud syariah (maqâshid
syarî’ah), atau mengabaikan maksud
syariah dengan dalih menjaga nash.
9. Menentang sikap keterbukaan dan
ketertutupan tanpa batas.
10. Mencela pemujaan organisasi yang
unlimited sehingga menjadi laksana berhala.
Dan mencela sikap seseorang yang tidak
mengindahkan cara hidup terorganisir.
11. Tidak berlebihan dalam universalisme
tanpa melihat kondisi dan keadaan
setempat, dan tidak pula telalu berpikiran
sangat kelokalan.
12. Tidak berlebihan dalam mengharamkan
sesuatu, dan tidak berani menghalalkan
sesuatu yang jelas haram.
 13. Terbuka terhadap peradaban
manapun, namun mampu
mempertahankan jati diri.
14. Mampu mengadopsi pemikiran
manapun, dan mengembangkannya
sepanjang tidak berlawanan dengan nash
yang sharîh (jelas).
15. Berada di antara liberalisme dan
kejumudan mutlak, antara al-ifrâth dan
târîth.