Sikap dan Adab Ahlus Sunnah Kepada para Sahabat

Download Report

Transcript Sikap dan Adab Ahlus Sunnah Kepada para Sahabat

Slide 1


Slide 2

Sikap dan Adab
Ahlus Sunnah kepada
Para Sahabat
Bersumber dari:
http://almakassari.com/artikel
-islam/aqidah/sikap-dan-adabahlus-sunnah-kepada-parasahabat.html
Microsoft PowerPoint By [email protected]&JuRaiZ


Slide 3

Sikap dan Adab Ahlus Sunnah kepada
Para Sahabat
Para sahabat Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallammerupakan generasi terbaik yang dipilih oleh Allah

-Subhanahu wa Ta’ala- untuk menemani Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam- dalam
memperjuangkan, dan menyebarkan Islam. Jasa
mereka kepada Islam dan kaum muslimin amat
besar.

1


Slide 4

Namun sangat disayangkan, pada hari ini mencul
generasi yang jelek berusaha merendahkan

sahabat, menghina, bahkan menganggap mereka
munafiq dan kafir, na’udzu billah. Usaha
merendahkan dan mencela sahabat, ini dengan

berbagai macam. Ada yang menghina sahabat
dengan alasan “Study Kritis Sejarah Islam”,
“Pembelaan Terhadap Ahlul Bait”, dan berbagai

macam slogan yang berakhir pada satu muara,
yaitu mencela sahabat Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- .


Slide 5

Ini tentunya menyalahi adab dan aqidah ahlus

sunnah yang memerintahkan kita memuliakan
sahabat, memujinya, mendoakan kebaikan baginya,
dan menahan lisan dan hati untuk benci kepada

mereka. Mencela sahabat, apalagi sampai
menganggapnya munafik, telah berbuat makar, dan
mengkafirkannya adalah merupakan perkara yang

berbahaya bagi aqidah seorang muslim.


Slide 6

Seorang muslim harus membersihkan lisan dan

hatinya dari kata-kata yang tidak layak, sifat benci
dan dendam kepada para sahabat -radhiyallahu
anhum ajma’in-, apakah ia dari kalangan orang-

orang terdahulu masuk Islam ataukah belakangan.
Yang jelas ia adalah sahabat Nabi-shollallahu alaihi
wasallam-, maka kita harus beradab dan sopan

kepada mereka dalam berkata dan bersikap.


Slide 7

Cinta para sahabat Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, baik itu
ahlul bait maupun bukan merupakan tanda keimanan
seseorang, dan membenci mereka adalah tanda nifaq. Al-

Imam Al-Bukhary -rahimahullah- berkata dalam kitab
Shahih-nya (1/14/17),“Bab Tanda Keimanan Adalah
Cinta Kepada Orang-Orang Anshar”. Setelah itu AlBukhary membawakan sebuah hadits dari Anas -radhiyallahu
‘anhu- dari Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, beliau
bersabda,
‫صا ِر‬
ِ ‫م ْؤ‬
َ ‫حبُّ ْاألَ ََ ْن‬
َ ‫ْض ْاألَ ْن‬
ُ ‫ن‬
ُ ‫صا ِر َوآيَةُ ا ْل‬
ُ ‫ق ُبغ‬
ُ ‫آيَةُ ا ْل‬
ِ ِ‫م َناف‬
ِ ‫م‬

“Tanda kemunafiqan itu adalah membenci orang-orang Anshar
dan tanda keimanan itu adalah mencintai orang-orang
Anshar”.


Slide 8

Imam As-Suyuthiy -rahimahullah- berkata dalam Ad-Dibaj (1/92) ketika
menafsirkan hadits di atas, “Tanda-tanda orang beriman adalah mencintai
orang-orang Anshar karena siapa saja yang mengerti martabat mereka dan
apa yang mereka persembahkan berupa pertolongan terhadap agama Islam,
jerih-payah mereka memenangkannya, menampung para sahabat
(muhajirin,pen), cinta mereka kepada Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-,
pengorbanan jiwa dan harta mereka di depan Nabi -Shollallahu ‘alaihi

wasallam-, permusuhan mereka terhadap semua orang (kafir) karena
mengutamakan Islam dan mencintainya, maka semua itu merupakan tanda
kebenaran imannya, dan jujurnya dia dalam berislam. Barangsiapa yang
membenci mereka dibalik semua pengorbanan itu, maka itu merupakan tanda

rusak dan busuknya niat orang ini”.


Slide 9

Dalam sebuah hadits Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallambersabda dalam menerangkan martabat para sahabat,
َ ‫ي‬
َ َ‫ما بَل‬
َ ‫ذ‬
َ ‫د‬
َ ‫م أَ ْن‬
‫م‬
ِ ‫د‬
ِ ‫ح‬
ِ ‫ق‬
ُ ‫ح َد‬
َّ ‫م‬
ٍ ‫ح‬
َ َ‫د أ‬
َ ‫هبًا‬
َ ‫م ْث‬
َ ‫ف‬
َ َ‫فلَ ْوا أَنَّ أ‬
َ ‫ص‬
ْ ‫ه‬
ْ ‫ك‬
ْ َ‫َسبُّ ْوا أ‬
ُ ‫غ‬
ُ ‫ل ُأ‬
ُ ‫ال َ ت‬
ْ ِ ‫حاب‬
َ ‫ص ْي‬
‫ه‬
ِ َ‫َوال َ ن‬
ُ ‫ف‬

“Janganlah kalian mencela para sahabatku. Andaikan seorang
di antara kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud, niscaya
infaq itu tak mampu mencapai satu mud infaq mereka, dan

tidak pula setengahnya” . [HR.Al-Bukhary dalam Ash-Shahih
(3470), Muslim dalam Ash-Shahih (2541) dan lainnya].


Slide 10

Dari dua hadits ini dan hadits lainnya yang semakna,
Ahlis Sunnah menetapkan suatu aqidah: “Wajibnya
mencintai para sahabat Nabi -Shollallahu ‘alaihi

wasallam- dan tidak mencela mereka, bahkan
memuliakan mereka serta membersihkan hati
dan lisan dari membicarakan permasalahan di

antara para sahabat, mencela, merendahkan
dan menghina para sahabat”. Sebab merekalah
yang memperjuangkan Islam dan menyebarkannya
dengan mengorbankan harta dan jiwa mereka sampai
kita juga bisa merasakan nikmat Islam.


Slide 11

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah-rahimahullah- berkata, “Di antara
prinsip Ahlus Sunnah: Selamatnya hati dan lisan mereka dari
sahabat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam- dan berlepas diri dari

jalan hidupnya orang-orang Rofidhoh yang membenci dan mencela
para sahabat. Mereka (Ahlussunnah) menahan diri dari perselisihan
yang terjadi di antara mereka, dan berkata: [‘Sesungguhnya atsaratsar yang teriwayatkan mengenai kejelekan para sahabat, di

antaranya ada berita dusta, ada juga yang sudah ditambahi dan
dikurangi, serta diubah dari semestinya’]. Para sahabat lebih dahulu
berislam, dan memiliki keutamaan-keutamaan yang mengharuskan
diampuninya dosa yang ada pada dari mereka, apabila ada.
Sehingga mereka diampuni dari segala kekeliruan yang tidak
diampuni bagi orang setelah mereka.


Slide 12

Lalu jika ada dosa pada salah seorang di antara mereka, maka
mereka (tentunya) akan bertaubat darinya, atau ia melakukan
kebaikan yang bisa menghapuskan dosanya atau diampuni dosanya
karena keutamaan dahulunya masuk Islam, atau karena syafa’at
Nabi Muhammad -shollallahu ‘alaihi wasallam- kepada mereka,
yangmana mereka adalah orang yang lebih berhak mendapatkan
syafa’atnya, ataukah ia ditimpakan suatu bala’ di dunia yang bisa

menghapuskan dosanya. Jika ini hubungannya dengan dosa yang
nyata, maka bagaimana lagi dengan perkara yang mereka di
dalamnya berijtihad? Jika mereka benar, maka mereka mendapatkan
dua pahala. Jika keliru, maka mereka mendapat satu pahala,

sedangkan kesalahannya terampuni”.[Lihat Syarah Al-Aqidah AlWasithiyyah (hal. 139-152) karya Syaikh Shaleh Al-Fauzan, dengan
sedikit perubahan tanpa merusak dan mengubah makna].


Slide 13

Orang Rafidhah yang disebut oleh Syaikhul Islam, mereka adalah
berasal dari orang-orang majusi yang mengaku masuk Islam
dengan tujuan merusak Islam dari dalam. Mereka berkedok
dengan pembelaan bagi Ahlul Bait dalam rangka mencela,
bahkan sabahat Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- agar Islam

hancur. Sekarang Rofidhoh (baca:Syi’ah) bermarkas di Iran.
Karenanya, kami ingatkan kaum muslimin agar berhati-hati
terhadap mereka dan jauhkan anak-anak kita dari mereka,
jangan sampai di sekolahkan di negeri mereka (khususnya, di
Qum, Iran), hanya karena diiming-imingi dengan dunia dan gelar,
sementara ia rela mengorbankan aqidah. Na’udzu billah minal
khudzlan.


Slide 14

Hal ini perlu kami jelaskan, karena orang-orang
Rafidhah (terkenal dengan sebutan Syi’ah)
belakangan ini banyak merasuki dunia kampus, dan
sebagian oragnisasi dakwah. Selain itu, mereka
memakai senjata “nikah mut’ah” (nikah
kontrak/nikah tanpa wali) banyak mahasiswa yang
terpengaruh dengan mereka karenanya. Apalagi
nikah mut’ah dibumbui dengan janji-janji pahala

dan keutamaan. Ketahuilah, mereka adalah kaum
yang memiliki niat busuk dalam mencela sahabat
Nabi kita -Shollallahu ‘alaihi wasallam-.


Slide 15

Al-Imam Al-Ajury-rahimahullah- berkata, “Seyogyanya bagi

orang yang mau mentadabburi apa yang telah kami torehkan
berupa keutamaan-keutaan para sahabat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam- dan keluarga beliau -radhiyallahu
anhum ajma’in- agar mencintai mereka, mendoakan rahmat
bagi mereka, memohonkan ampunan bagi mereka, mencari
jalan kepada Allah untuk mereka, juga bersyukur kepada Allah
karena ia diberi taufiq (petunjuk) kepada hal ini, serta tidak

menyebutkan perselisihan yang terjadi di antara mereka, dan
mengorek-ngoreknya, dan tidak pula mencari-carinya”.[Lihat
Asy-Syari’ah, hal. 2485 karya Al-Ajurriy.]


Slide 16

Oleh karena itu, tak wajar jika seorang
muslim menyebarkan hadits yang berisi
kisah celaan kepada Tsa’labah, karena
termasuk perkara yang dilarang Ahlus
Sunnah, kecuali jika kita sebutkan hadits itu

demi menjelaskan kelemahan dan
kepalsuannya, maka tak mengapa. Bahkan
bisa mendapatkan pahala karena membela

kehormatan sahabat Nabi -Shollallahu alaihi wa
sallam-.


Slide 17

Al-Imam An-Naqid Abu Zur’ah Ar-Rozy-rahimahullahberkata, “Apabila engkau melihat seseorang mencela salah
seorang sahabat Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam-,
maka ketahui bahwa orang itu zindiq. Karena Rasul Shollallahu ‘alaihi wasallam- di sisi kami benar, dan Al-Qur’an
adalah kebenaran. Sedangkan yang menyampaikan Al-Qur’an

ini kepada kami adalah para sahabat Rasulullah -shollallahu
‘alaihi wasallam-. Mereka (para pencela tersebut) hanyalah
berkeinginan untuk menjatuhkan saksi-saksi kami agar
mereka bisa membatalkan Al-Kitab dan As-Sunnah. Padahal
celaan itu lebih pantas bagi mereka, sedang mereka adalah
orang-orang zindiq”. [Lihat Al-Kifayah, hal. 49 karya AlKhathib Al-Baghdadiy]


Slide 18

Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thohawy-rahimahullah- berkata
dalam menjelaskan aqidah Ahlussunnah, “Kami mencintai
para sahabat Rasulullah -shollallahu alaihi wasallam-, tidak

berlebihan dalam mencintai salah seorang di antara
mereka,dan tidak berlepas diri dari salah seorang di antara
mereka. Kami membenci orang yang membenci mereka dan
menyebutnya bukan dalam kebaikan. Kita tidak menyebut
para sahabat kecuali dengan kebaikan. Mencintai mereka
adalah agama, keimanan,dan kebaikan. Sedang membenci
mereka merupakan kekufuran, kemunafikan, dan pelampauan

batas”. [Lihat Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah, hal. 689
karya Ibnu Abil Izz Al-Hanafy.]


Slide 19

Al-Imam Abu Hanifah -rahimahullahberkata, “Al-Jama’ah: Engkau
mengutamakan Abu Bakar, Umar , Ali, dan
Utsman, dan engkau tidak mencela salah
seorang diantara sahabat Rasulullah -

shollallahu ‘alaihi wasallam- “. [Lihat AlIntiqo’ fi fadho’il Ats-Tsalatsah AlA’immah, hal. 163 karya Ibnu Abdil Barr,
cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah]


Slide 20

Imam Darul Hijrah, Malik bin Anasrahimahullah- berkata, “Orang yang
mencela para sahabat Nabi -shollallahu

alaihi wasallam- tidak memiliki saham-atau
ia berkata:- bagian dalam Islam”. [Lihat
As-Sunnah (1/493) karya Al-Khollal]


Slide 21

Al-Imam Al-Humaidy -rahimahullah- berkata,
“Kita tidaklah diperintah kecuali untuk

memohonkan ampunan bagi mereka (sahabat).
Barangsiapa yang mencela mereka atau
meremehkan mereka atau salah seorang dari

mereka, maka ia bukanlah di atas sunnah, dan ia
tidak memiliki bagian dari fa’i (rampasan
perang)”. [Lihat Ushul As-Sunnah, hal.43 karya
Al-Humaidy]


Slide 22

Al-Imam Ahmad bin Hambal - rahimahullah-

berkata, “Barangsiapa mencela (sahabat), maka
aku takutkan kekufuran atas dirinya, seperti
orang-orang Rofidhoh.” Lalu beliau berkata lagi,

“Barangsiapa yang mencela para sahabat
Rasulullah–shollallahu alaihi wasallam- , maka
kami tak merasa aman atas dirinya kalau ia akan

keluar dari agama”. [Lihat As-Sunnah (1/439)
karya Al-Khollal]


Slide 23

Inilah beberapa pernyataan dari para ulama
Ahlussunnah tentang orang yang mencela sahabat.
Maka janganlah anda tertipu dengan sebagian
orang yang berusaha mencela mereka sekalipun
dengan istilah dan slogan “Studi Kritis Terhadap
Sejarah Hidup Para Sahabat”. Karena ini,
bukanlah jalannya Ahlussunnah, bahkan jalannya
orang-orang Rofidhoh, dan orientalis yang ingin

meruntuhkan Islam dengan jalan mencela dan
merendahkan para sahabat.


Slide 24

Kenapa? Karena dengan mencela
mereka otomatis akan menolak riwayat
yang disampaikan oleh para sahabat

berupa hadits-hadits Nabi -Shallallahu
‘alaihi wa sallam-. Sedang Islam,
terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits.


Slide 25

Ahlus Sunnah menjauhkan diri dari mengorekngorek kesalahan para sahabat dan menghukumi
mereka karena mereka para sahabat-radhiyallahu
anhum- adalah suatu kaum yang telah
mempersembahkan amal sholeh dan jihad dalam
membela Islam. Bahkan mereka telah
menghabiskan waktunya, mengorbankan harta dan
tenaganya dalam membela Nabi -shollallahu alaihi
wasallam-, Islam dan menyebarkannya sehingga

sampai kepada kita.


Slide 26

Mereka telah banyak berusaha untuk Islam, lalu
apa yang kita persembahkan untuk Islam sehingga
kita merasa lebih hebat dibanding sahabat dan
malah justru mau menghakimi mereka yang telah

lama meninggal. Lalu apa mamfaat yang kalian
peroleh dalam mengkritisi sejarah hidup para
sahabat? Wallahi, tiada lain kecuali kerugian yang

akan kalian petik di dunia dan akhirat. Nas’alullahal
afiyah wassalamah minal khudzlan….


Slide 27

Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 10 Tahun I.
Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus
Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto
Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu
Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu
Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri
Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu

Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Muhammad
Mulyadi. Untuk berlangganan hubungi alamat di atas. (infaq
Rp. 200,-/exp)


Slide 28

Di Buat Agar Mudah Di Baca
Download PowerPoint Ini di
http://mysalafy.wordpress.com
Sumber Artikel ini bisa di lihat di
http://almakassari.com/artikelislam/aqidah/sikap-dan-adabahlus-sunnah-kepada-parasahabat.html