6. Tahapan pada budidaya ikan 2

Download Report

Transcript 6. Tahapan pada budidaya ikan 2

Ima Yudha Perwira
Penetasan Telur





Induk ikan lele yang telah memijah akan mengeluarkan
telurnya pada keesokan harinya (18-20 jam).
Telur ikan lele bersifat melekat (adesif) kuat pada substrat,
karena telur ikan lele tersebut memiliki lapisan pelekat
pada dinding cangkangnya dan akan menjadi aktif ketika
terjadi kontak dengan air, sehingga dapat menjadi
rusak/koyak ketika dicoba untuk dicabut.
Untuk mengetahui apakah induk lele sudah bertelur bisa
dilakukan dengan melihat kakaban yang dipasang di dalam
kolam pemijahan.
Telur- telur ikan lele yang telah terbuahi ditandai dengan
warna telur kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur-telur
yang tidak terbuahi berwarna putih pucat atau putih susu.
Jika kakaban telah berisi atau ditempeli banyak telur
berarti induk sudah berhasil memijah.




Langkah berikutnya adalah memindahkan kakaban ke
kolam penetasan, atau memindahkan induk ke kolam lain.
Pemindahan kakaban harus dilakukan secara hati-hati agar
tidak ada telur yang lepas atau jatuh.
Embrio terus berkembang dan membesar sehingga rongga
telur menjadi sesak olehnya dan bahkan tidak sanggup lagi
mewadahinya, maka dengan kekuatan pukulan dari dalam
oleh pangkal sirip ekor, cangkang telur pecah dan embrio
lepas dari kungkungan menjadi larva.
Larva yang telah menetas biasanya berwarna hijau dan
berkumpul didasar bak penetasan.
Pada pembenihan udang windu, induk yang sudah
bertelur dapat diketahui melalui sisa jaringan berwarna
jingga yang mengapung di permukaan air.
 Telur hasil dari penetasan induk udang windu di
diamkan ± 12 jam, selama proses ini dilakukan
pengadukan telur setiap 1 jam, agar telur-telur yang
mengendap di dasar bak dapat mengapung di
permukaan air dan membantu perangsangan dalam
penetasan telur.
 Setelah telur menetas dilakukan pemanenan pada
stadia naupli 4-5, pemanenan menggunakan kelambu
panen berukuran 200 mikron.

Pemeliharaan Larva dan Benih




Larva ikan lele hasil penetasan memiliki bobot minimal 0,05
gram dan panjang tubuh 0,75-1 cm, serta belum memiliki
bentuk morfologi yang definitif (seperti induknya).
Larva tersebut masih membawa cadangan makanan dalam
bentuk kuning telur dan butir minyak.
Cadangan makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses
perkembangan organ tubuh, khususnya untuk keperluan
pemangsaan (feeding), seperti sirip, mulut, mata dan saluran
pencernaan.
Kuning telur tersebut biasanya akan habis dalam waktu 3
hari, sejalan dengan proses perkembangan organ tubuh
larva.





Oleh karena itu, larva ikan lele baru akan diberi pakan
setelah umur 4 hari (saat cadangan makanan didalam
tubuhnya habis).
Pakan yang diberikan berupa pakan yang memiliki ukuran
yang sesuai dengan bukaan mulut larva agar larva ikan
lebih mudah dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan.
Salah satu contoh pakan yang diberikan pada saat larva
ikan lele tersebut berumur 4 hari adalah emulsi kuning
telur.
Pada saat lele berumur 6 hari, maka dapat diberikan
pakan berupa Daphnia sp (kutu air), Tubifex sp (cacing
sutra) atau Artemia sp.
Pakan tersebut diberikan secara adlibitum dengan
frekuensi 5 kali dalam sehari dan agar tidak mengotori air
pemeliharaan, maka diusahakan tidak ada pakan yang
tersisa.

Larva yang telah berumur 21 hari warna tubuhnya tampak
kehitaman dan sudah menyebar dipermukaan air, hal ini
menandakan bahwa larva siap dipanen untuk langsung
dijual atau ditebar ke kolam pendederan yang sudah
disiapkan sebelumnya.




Pemeliharaan larva udang windu maupun udang putih
akan melalui beberapa fase perubahan bentuk organ
tubuhnya, yaitu: fase nauplius, fase zoea, fase mysis, dan
fase post larva.
Pada stadia awal larva udang windu yaitu stadia nauplius,
tidak diberi pakan karena pada stadia ini larva masih
memiliki kuning telur yang melekat pada tubuhnya sebagai
pakan.
Pada masa stadia Zoea – Mysis pemberian pakan alami
berupa (Skeletonema Costatum) dan pada stadia postlarva
pemberian pakan alami diganti dengan artemia.
Untuk pemberian pakan buatan terlebih dahulu ditakar
sesuai dengan kebutuhan larva, kemudian dimasukkan
pada kantong pakan yang sesuai ukuran lalu diikat, setelah
itu pakan buatan dilarutkan kedalam air yang berisikan ±
5 liter air dengan cara digosok-gosokkan kedalam air
tersebut agar benar-benar larut dan mudah dicerna oleh
larva.
Nauplius 1
Nauplius 2
Zoea 1
Nauplius 3
Zoea 2
Nauplius 4
Mysis 1
Nauplius 5
Zoea 3
Nauplius 6
Mysis 2
Mysis 3
Postlarva