- guru pai smk manba`ul `ulum cirebon

Download Report

Transcript - guru pai smk manba`ul `ulum cirebon

Sumber Hukum Islam
Pendidikan Agama Islam SMK Kelas X
Disusun Oleh:
IMRON ROSADI, M.Pd.I
SMK MANBA’UL ‘ULUM CIREBON
Main Menu
1
Identitas Program
2
Peta Konsep
13
Materi Belajar
4
Latihan dan Tugas
IDENTITAS PROGRAM
• Kompetensi Dasar :
Menjelaskan tentang sumber hukum Islam
Tujuan Modul
1.
2.
3.
4.
Menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Al-Hadits
sebagai sumber hukum Islam kedua
Menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Al-Hadits
sebagai sumber hukum Islam kedua
Menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Ijtihad sebagai
sumberhukum Islam ketiga
menjelaskan pengertian hukum taklifi dan hukum wad’i
Main Menu
SUMBER HUKUM ISLAM
AL-QUR’AN
Al-Qur’an sebagai sumber utama hukum Islam
HADITS
Al-Hadis Sebagai Sumber Kedua Hukum Islam
IJTIHAD
Ijtihad merupakan salah satu kunci dinamika hukum Islam
MACAM-MACAM
HUKUM ISLAM
Ulama’ ushul fiqih membagi hukum menjadi dua bagian besar,
yaitu hukum taklifi dan hukum wad’i
Main Menu
AL-QUR’AN
PENGERTIAN AL-QUR’AN :
Dari segi bahasa Al-Qur’an berarti “yang
dibaca” atau “bacaan” sedangkan dari segi
istilah Al-Qur’an adalah firman (wahyu) Allah
yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw
melalui perantara malaikat Jibril yang
merupakan mukjizat dan menggunakan
bahasa Arab, berisi tentang petunjuk dan
pedoman hidup bagi manusia, dan bila kita
membacanya merupakan ibadah
Main Menu
AL-QUR’AN
NAMA-NAMA AL-QUR’AN
Menurut Imam Ibn Jarir Ath-Thabari dalam dalam tafsirnya
Jamiul Bayan Al-Qur’an memiliki empat nama, yaitu.
1. Al-Qur’an, karena ia dibaca, yaitu memberi pengertian pada
kita supaya Al-Qur’an itu dibaca dan diamalkan isinya oleh
umat islam.
2. Al-Kitab, karena ia ditulis, yaitu yang ditulis pada lembaranlembaran yang dikumpulkan dan diikat menjadi mushaf.
3. Al-Furqan artinya pembeda, karena dia membedakan antara
yang haq dan yang batil, antara yang benar dan yang salah
4. Adz-Dzikr, artinya peringatan, yaitu peringatan dari Allah swt
bagi mereka yang ingkar dan durhaka kepada-Nya.
Main Menu
AL-QUR’AN
KEDUDUKAN AL-QUR’AN
Al-Qur’an sebagai sumber hukum
sebagai berikut.
memiliki tiga komponen dasar hukum yaitu

Hukum I’tiqadiah, yang mengatur hubungan rahaniah manusia dengan Allah swt,dan
berhubungan dengan masalah akidah (keimanan) dan tercermin dalam rukun iman.
Ilmu yang mempelajari tentang keimanan disebut ilmu tauhid, ilmu kalam, atau ilmu
usuluddin.
 Hukum Amaliah, yang mengatur hubungan rahaniah manusia dengan Allah swt,
antara manusia dengan sesamanya, dan dengan lingkungan sekitarnya dan tercermin
dalam rukun Islam dan disebut hukum syara’ atau syari’at dan ilmu yang
mempelajarinya disebut ilmu fiqih, hukum syara’ dibagi menjadi dua kelompok yaitu
a). Hukum Ibadah
b). Hukum Muamalat,
3. Hukum Khuluqiyah, yang berhubungan dengan moral atau akhlak manusia, baik
sebagai makhluk individu ataupun makhluk sosial. Hukum ini tercermin dalam
perbuatan manusia sehari-hari melalui gerakan mulut, tangan maupun kaki. Ilmu yang
mempelajarinya disebut ilmu akhlak atau tasawuf.
Main Menu
AL-QUR’AN
FUNGSI AL-QUR’AN

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup
Ajaran-ajaran yang termuat dalam Al-Qur’an
adalah kalam Allah swt yang terahir untuk
memberikan petunjuk yang benar kepada umat
manusia, sepanjang masa oleh karena itu AlQur’an dijaga kemurnaiannya oleh Allah swt.
Main Menu
AL-HADITS
Menurut bahasa Hadis berarti baru atau kabar,
Sedangkan menurut istilah, adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw
Atau segala tingkah laku yang Nabi Muhammad Saw
baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapannya.
Kedudukan hadis dalam ajaran Islam adalah sebagai
sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an.
Maksudnya sesuatu perkara yang tidak didapati
hukumnya dalam Al-Qur’an, maka hendaknya dicari
dalam hadis
Main Menu
AL-HADITS
HADIS DIBEDAKAN MENJADI TIGA, YAITU
 Hadis Qouliyah, yaitu hadis yang didasarkan pada segenap
perkataan (ucapan) Nabi Muhammad saw
 Hadis Fi’liyah, yaitu hadis yang didasarkan pada segenap prilaku
(perbuatan) yang dilakukan Nabi Muhammad Saw
 Hadis Taqririyah, yaitu hadis yang didasarkan pada persetujuan
(ketetapan) Nabi Muhammad saw terhadap apa yang dilakukan
sahabatnya. Artinya, Nabi Muhammad memberikan penafsiran
atas perbuatan yang dilakukan sahabatnya dalam suatu hukum
Allah swt, seperti diamnya atas suatu tindakan yang dilakukan
sahabat sebagai tanda persetujuan (boleh) atas perbuatan yang
dilakuan sahabatnya.
Main Menu
AL-HADITS
KEDUDUKAN HADIS

Hadis merupakan sumber hukum yang kedua
setelah Al-Qur’an. Allah swt mewajibkan kepada
kita supaya mentaati hukum-hukum maupum
apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw,
karena ada beberapa hukum yang tidak
disebutkan dalam Al-Qur’an, sehingga rasulullah
saw menjelaskan hukumnya, baik dengan
perkata’an, perbuatan, maupun dengan
penetapan.
Main Menu
AL-HADITS
FUNGSI HADIS
1. Sebagai penguat atau pengukuh hukum yang telah disebutkan dalam Al-
Qur’an, sehingga keduanya (Al-Qur’an dan Hadis) menjadi sumber hukum yang
saling melengkapi dan menyempurnakan. Contoh : larangan menyekutukan
Allah sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an, namun dikukuhkan lagi dalam hadis.
2. Sebagai penjelasan atau perincian terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih
bersifat umum. Misalnya ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk shalat,
membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji. Ketiganya masih bersifat umum
atau garis besar, namun tidak diterangkan bagaimana pelaksanaannya, banyak
rakaatnya, serta rukun dan syaratnya. Di sini fungsi hadis penjelaskan sehingga
umat tidak kesulitan untuk melaksanakan perintah tersebut.
3. Menjelaskan hukum-hukum yang tidak ada dalam Al-Qur’an. Hadis juga dapat
berfungsi untuk menetapkan hukum, apabila dalam Al-Qur’an tidak dijumpai.
Main Menu
AL-HADITS
MUSTALAH HADIS
Ilmu untuk mengetahui istilah yang dipakai dalam ilmu hadis,
kegunaanya untuk menilai kualitas hadis, apakah sahih (benar) atau
palsu. Istilah-istilah yang perlu diketahui berkaitan dengan proses
penyampaian sebuah hadis adalah sebagaimana berikut.
1. Sanad yaitu orang-orang yang yang menjadi sandaran
dalam meriwayatkan hadis
2. Matan yaitu perkataan (isi) hadis yang disampaikan
3. Rawi (perawi) yaitu orang yang meriwayatkan hadis
Main Menu
AL-HADITS
DILIHAT DARI SEGI JUMLAH RAWI YANG MENJADI
SUMBER BERITA, HADIS DAPAT DIBAGI MENJADI :
1. Hadis Mutawatir
Hadis yang memiliki banyak sanad dan mustahil perawinya
berdusta, sebab diriwayatkan oleh benyak orang.Hadis
mutawatir dibagi menjadi :
Mutawatir lafdhi, yaitu yang mutawatir lafadznya, yaitu
hadis yang bersumber dari perkataan Nabi Muhammad saw.
Mutawatir Ma’nawi, yaitu hadis yang mutawatir maknanya,
yang bersumber dari perbuatan Nabi Muhammad saw. Hadis
ini kualitasnya sama dengan keyakinan yang kita dapati
apabila melihat dengan mata sendiri.
Main Menu
AL-HADITS
2.
Hadis Ahad
Hadis yang tidak mencapai derajat mutawatir, dapat dibagi
menjadi dua :
Ditinjau dari kuantitas (jumlah) perawinya, terbagi menjadi
tiga macam, yaitu hadis masyhur, hadis aziz dan hadis garib.
1.
2.
3.
Hadis Masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tiga sanad yang
berlainan
Hadis Aziz, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh dua orang rawi.
Hadis Garib, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh satu orang sanad,
dengan kata lain sanadnya hanya seorang diri.
Main Menu
AL-HADITS
DITINJAU DARI SEGI KUALITASNYA, DIBAGI MENJADI TIGA :
1. Hadis Sahih, yaitu hadis yang sanadnya cukup dan dari awal hingga akhir dan
disampaikan oleh rawi yang sempurna hafalannya.
Adapun syarat-syarat hadis sahih adalah.
 Sanadnya harus bersambung
 Perawinya sudah balig
 Perawinya berakal
 Perawinya tidak pernah mengerjakan dosa besar atau tidak sering melakukan dosa
kecil
 Perawinya sempurna hafalannya
 Perawinya harus adil dan hadis yang diriwayatkan tidak bertentangan dengan hadis
mutawatir atau dengan ayat Al-Qur’an
2. Hadis hasan, yaitu hadis yang dari segi hafalan perawinya kurang dari hadis sahih
3. Hadis dhaif, yaitu hadis yang kehilangan satu atau lebih dari syarat-syarat hadis sahih
dan hadis hasan
Main Menu
IJTIHAD
Ijtihad berasal dari bahasa arab dari bentuk fi’il madli yaitu ijtahada,
bentuk fi’il mudlarek yaitu yajtahidu, dan bentuk masdar yaitu ijtihadan
yang artinya telah bersungguh-sungguh, mencurahkan tenaga,
menggunakan pikiran, dan bekerja semaksimal mungkin.
Sedangkan menurut istilah, ijtihad adalah suatu pekerjaan yang
menggunakan segala kesanggupan rohaniah untuk mendapatkan hukum
syara’ atau menyusun pendapat dari seluruh masalah hukum yang
bersumber dari Al-Qur’an dan hadis. Orang yang melakukan ijtihad
disebut mujtahid, perlu dipahami bahwa hasil ijtihad dari seorang
mujtahid bersifat relative, sehingga tidak jarang terjadi perbedaan hasil
ijtihad satu dengan yang lainnya.
Main Menu
IJTIHAD
SYARAT MELAKUKAN IJTIHAD ANTARA LAIN :





Mengerti dan memahami isi kandungan Al-Qur’an, juga hadis yang
berhubungan dengan hukum-hukum.
Mampu berbahasa arab dengan baik, sebagai kelengkapan dan
kesempurnaan dalam menafsirkan Al-Qur’an dan hadis.
Memahami ilmu ushul fiqih (cara mengambil hukum syari’at yang bertolak
dari Al-Qur’an dan Hadis) dengan baik.
Mengerti dan memahami soal-soal ijma’ (kesepakatan semua ahli ijtihad
pada suatu masa atas suatu hukum syara’), sehingga mujtahid tidak
memberikan fatwa yang berlainan dengan hasil ijma’ terdahulu.
Memahami nasikh dan mansukh, sehingga seorang mujtahid tidak
mengeluarkan hukum berdasarkan dalil yang sudah dimansukh
(dibatalkan).
Main Menu
IJTIHAD
BENTUK IJTIHAD YANG DIKENAL DALAM SYARI’AT ISLAM :
1. Ijma’
Kesepakatan para ulama’ dalam menentukan hukum suatu
masalah yang timbul di kalangan umat Islam, karena belum
adanya ketentuan dalam Al-Qur’an maupun hadis.
2. Qiyas
Menetapkan hukum suatu pemasalahan yang timbul
dikalangan umat Islam dengan cara mencari persaman sifat
hukum yang baru dengan sifat hukum yang yang sudah ada
ketentuannya dalam Al-Qur’an ataupun hadis.
Main Menu
IJTIHAD
BENTUK-BENTUK IJTIHAD YANG MASIH DIPERSELISIHKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Istihsan
Menetapkan hukum masalah yang tidak ditentukan secara rinci dalam Al-Qur’an maupun hadis yang
didasarkan atas kepentingan umum (kemaslahatan) umum dan demi keadilan.
Maslahah mursalah
Kemaslahatan atau kebaikan yang yang tidak disinggung-singgung syara’ untuk mengerjakan atau
meninggalkannya, sedangkan jika dilakukan akan membawa manfa’at dan terhindar dari keburukan.
Istishab
Meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada dan ditetapkan karena adanya suatu dalil sampai
ada dalil lain yang mengubah kedudukan dari hukum tersebut.
Urf (adat kebiasaan)
Segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan suatu masyarakat dan dijalankan terus menerus, baik itu
berupa perkata’an maupun perbuatan.
Madzhab sahabi
Perkataan sahabat yang bukan didasarkan atas pikiran semata-mata adalah menjadi hujjah umat Islam.
As-Syar’u man qablana
Kebiasaan orang-orang terdahulu yang masih diteruskan oleh generasi berikutnya dan hal itu tidak
bertentangan dengan syari’at Islam.
Main Menu
IJTIHAD
KEDUDUKAN DAN FUNGSI IJTIHAD
 Ijtihad menempati kedudukan sebagai sumber hukum Islam
yang ketiga setelah Al-Qur’an dan hadis. Kedudukan ijtihad
begitu penting dalam ajaran islam, karena ijtihad telah
dibuktikan kemampuannya dalam menyelesaikan segala
persoalan yang dihadapi umat Islam mulai dari zaman
Rasulullah saw sampai sekarang. Melalui ijtihad masalahmasalah.yang tidak dapat ditemukan penyelesaiannya dalam AlQur’an maupun hadis dapat dipecahkan, sehinnga ajaran Islam
terus berkembang sedemikian rupa menuju kesempurna’annya,
bias dikatakan ijtihad merupakan daya gerak kemajuan umat
Islam. Artinya ijtihad merupakan kunci dinamika ajaran Islam.
.
Main Menu
IJTIHAD
KEDUDUKAN DAN FUNGSI IJTIHAD
 Selain memang diperintahkan Al-Qur’an, ijtihad merupakan proses
alamiah bahwa manusia harus menggunakan fikirannya
semaksimal mungkin. Apalagi pada masa sekarang yang mana
banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi umat Islam,
bolehkah kita berijtihad?Boleh ! dengan catatan, syarat-syarat
mujtahid sebagaimana yang telah diuraikan diatas terpenuhi. Oleh
sebab itu di Indonesia terdapat lembaga yang kita kenal dengan
Majlis Ulama’ Indonesia (MUI) yang melakukan ijtihad secara
kolektif atas hal-hal yang terjadi di Indonesia yang berhubungan
dengan syari’at Islam, terutama dalam hal muamalah
Main Menu
Main Menu
HUKUM TAKLIFI

Menurut bahasa adalah hukum pemberian
beban sedangkan menurut istilah Adalah
ketentuan Allah yang menuntut mukallaf (baligh
dan berakal sehat) yang berkaitan dengan
perintah untuk melakukan atau untuk
meninggalkan suatu perbuatan.atau pilihan
untuk mengerjakan atau meninggalkan.
Main Menu
HUKUM TAKLIFI
HUKUM TAKLIFI DIBAGI MENJADI LIMA KATEGORI :
1. Wajib adalah segala perintah Allah swt yang harus
kita kerjakan, dan apabila ditinggal akan
berdosa..Macam-macam hukum wajib adalah
sebagai berikut.

Wajib ain, Wajib kifayah, Wajib syar’I, Wajib aqli, Wajib
aqli nazari, Wajib aqli daruri, Wajib muaiyyah, Wajib
mukhayyar, Wajib mutlaq,
Main Menu
HUKUM TAKLIFI
HUKUM TAKLIFI DIBAGI MENJADI LIMA KATEGORI :
2. Sunah adalah perkara yang apabila dikerjakn
mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan
tidak berdosa. Macam-macam hokum sunah
adalah :

Sunah muakkad, Sunah ghairu muakkad, Sunah
hajat, Sunah ab’ad,
Main Menu
HUKUM TAKLIFI
HUKUM TAKLIFI DIBAGI MENJADI LIMA KATEGORI :



Haram adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan
berdosa dan apabila ditinggalkan mendapat pahala, seperti
meminum minuman keras, mencuri, dan berjudi.
Makruh adalah sesuatu yang tidak disukai atau diinginkan
oleh Allah swt,akan tetapi apabila tidak dikerjakan tidak
berdosa dan jika ditinggalkan mendapat pahala. Contohnya
makan bawang mentah, jengkol, dan pete.
Mubah adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan atau
ditinggalkan tidak mendapatkan pahala maupun tidak
berdosa.
Main Menu
HUKUM WAD’I

Adalah ketentuan Allah swt yang
mengandung pengertian bahwa terjadinya
sesuatu merupakan sebab, syarat, atau
penghalang adanya suatu hukum.
Misalnyan shalat, menjadi sebab adanya kewajiban
berwudlu terlebih dahulu, (Q.S. Al-Maidah:6).
Adanya kemampuan (istata’ah) adanya menjadi
syarat wajibnya menunaikan ibadah haji (Q.S. AliImran: 97).
Adanya perbedaan agama antara pewaris dan ahli
waris, menjadi penghalang dalam hal pembagian
harta waris.
Main Menu
LATIHAN DAN TUGAS
TUGAS KELOMPOK

“Pada tahun 2000, MUI telah mengeluarkan
fatwa tentang praktik korupsi (ghulul), suap
(riswah) dan pemberian hadiah bagi para
pejabat. Identifikasikan fatwa MUI tentang
korupsi dan suap kedalam hukum Islam.”
Main Menu
PETA KONSEP
SUMBER
1. AL QUR’AN
2. AL HADITS
3. IJTIHAD
HUKUM ISLAM
MACAM
MACAM
1. TAKLIFI
2. WAD’I
Main Menu
Main Menu