Struktur Majemuk Masyarakat Indonesia

Download Report

Transcript Struktur Majemuk Masyarakat Indonesia

Oleh:
Pungky Candra A
Tulus Satriadi
Ifan Abdulatif
Afriani
Ade Nopita K
Ayu Ni’mah
Pungky
KONFLIK
Menurut Soerjono Soekanto, konflik sosial adalah
suatu proses social dimana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menentang pihak lawan yang
disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Pungky
Konflik sudah menjadi bagian dari kehidupan
manusia. Ketika orang memperebutkan sebuah area,
mereka tidak hanya memperebutkan sebidang
tanah saja, namun juga sumber daya alam seperti air
dan hutan yang terkandung di dalamnya.
Upreti (2006), orang berkompetisi untuk
memperebutkan sumber daya alam karena empat
alasan utama:
1. sumber daya alam merupakan interconnected
space
2. daya alam memiliki aspek social space
3. sumber daya alam bisa menjadi langka atau
hilang
4. sumber daya alam pada derajat tertentu menjadi
simbol bagi orang atau kelompok tertentu.
Pungky
Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak
sejalan, berbagai perbedaan pendapat dan konflik
biasanya bisa diselesaikan tanpa kekerasaan, dan
sering menghasilkan situasi yang lebih baik bagi
sebagian besar atau semua pihak yang terlibat
(Fisher, 2001:4).
Dalam teori kebutuhan manusia, Fisher
mengatakan bahwa konflik yang berakar dalam
disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik),
mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau
dihargai.
Pungky
Dahrendrof membedakan golongan yang terlibat
konflik atas tiga tipe kelompok, yaitu kelompok
semu (Quasi Group). Kelompok yang kedua
adalah kelompok kepentingan. Kelompok
kepentingan terbentuk dari kelompok semu yang
lebih luas, mempunyai struktur, organisasi program,
tujuan, serta anggota yang jelas. Kelompok
kepentingan ini lah yang menjadi sumber nyata
timbulnya konflik (Dahrendrof, 1959: 180). Dari
berbagai jenis kelompok kepentingan inilah muncul
kelompok konflik atau kelompok yang terlibat
dalam konflik kelompok aktual.
Tulus
Jenis-jenis konflik
Soerjono Soekanto membagi konflik social menjadi
lima bentuk khusus, yaitu:
1. Konflik atau pertentangan pribadi
2. Konfli atau pertentangan rasial
3. Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas
sosial
4. Konflik atau pertentangan politik
5. Konflik atau pertentangan yang bersifat
internasional
Faktor Penyebab Konfik
Menurut Saiman Pakpahan, penyebab konflik
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Penyebab identitas yang dapat dilihat
berdasarkan perbedaan ideologi, ras, etnik
(kultur).
2. Perbedaan yang dapat dilihat berdasarkan
distribusi sumber daya ekonomi, politik, sosial,
dan hukum beserta derivasinya.
Salah satu penyebab terjadinya konflik adalah
karena ketidakseimbangan antara hubunganhubungan manusia seperti aspek social, ekonomi
dan kekuasaan. Contohnya kurang meratanya
kemakmuran dan akses yang tidak seimbang
terhadap sumber daya yang kemudian akan
menimbulkan masalah-masalah dalam
masyarakat.
Konflik dapat juga terjadi karena adanya
mobilisasi social yang memupuk keinginan yang
sama. Menurut perspektif sosiologi ( Soekanto,
2002: 98), konflik di dalam masyarakat terjadi
karena pribadi maupun kelompok menyadari
adanya perbedaan-perbedaan badaniah, emosi,
unsure-unsur kebudayaan pola perilaku dengan
pihak lain.
Adapun yang menjadi faktor penyebab konflik,
antara lain yaitu:
1. Adanya perbedan individu yang meliputi
perbedaan pendirian dan perasaan
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda-beda
3. Perbedaan kepentingan antara individu
atau kelompok
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan
mendadak dalam masyarakat
Ifan
Tahapan Konflik Fisher
1. Pra-Konflik
2. Konfrontasi
3. Krisis
4. Akibat
5. Pasca-Konflik
Konflik yang terjadi dapat berupa konflik
vertikal, yaitu antar pemerintah , masyarakat
dan swasta, antar pemerintah pusat,
pemerintah kota dan desa, serta konflik
horizontal yaitu konflik antar masyarakat.
Beberapa hal yang menjadi akar permasalahan
terjadinya intensitas konflik vertikal, khususnya di
Indonesia:
1. Luapan kekecewaan dan ketidakpuasan
terhdap perilaku pemerintah dan aparatur
pemerintah.
2. Pemerintah pusat dengan berdalih
pembangunan seringkali semena-mena
merampas dan menduduki hak-hak penduduk
lokal di suatu daerah.
3. Menurunya kepercayaan masyarakat daerah
pada pemerintah.
4. Terbukannya ruas sosial
5. ditunggangi oleh sekelompok elit yang rakus
dan haus kekuasaan.
Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya konflik
horizontal adalah:
1. Saling mengklaim dan menguasai sumber daya
alam yang mulai terbatas akibat tekanan
penduduk dan kerusakan lingkungan.
2. Kecemburuan sosial yang bersumber dari
ketimpangan-ketimpangan ekonomi anatra
kaum pendatang dan penduduk lokal.
3. Dorongan emosional kesukuan karena ikatanikatan norma tradisional.
4. Mudah dibakar dan dihasut oleh para dalang
kerusuhan, elit politik dan orang-orang yang
haus kekuasaan.
Afri
Pola Konflik:
1. konflik laten
2. konflik terbuka
3. konflik di permukaan memiliki
akar yang dangkal atau tidak
berakar
Dampak positif dari konflik social adalah sebagai
berikut:
1. Konflik dapat memperjelas berbagai aspek
kehidupan yang masih belum tuntas.
2. Adanya konflik menimbulkan penyesuaian kembali
norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat.
3. Konflik dapat meningkatkan solidaritas diantara
angota kelompok.
4. Konflik dapat mengurangi rasa ketergantungan
terhadap individu atau kelompok.
5. Konflik dapat memunculkan kompromi baru.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh konflik sosial
adalah sebagai berikut:
1. Konflik dapat menimbulkan keretakan hubungan
antara individu dan kelompok.
2. Konflik menyebabkan rusaknya berbagai harta
benda dan jatuhnya korban jiwa.
3. Konflik menyebabkan adanya perubahan
kepribadian.
4. Konflik menyebabkan dominasi kelompok
pemenang.
Oppi
INTEGRASI
Integrasi masyarakat dapat diartikan
sebagai adanya kerja sama dari seluruh
anggota masyarakat, mulai dari individu,
keluarga, lembaga, dan masyarakat
secara keseluruhan sehingga
menghasilkan persing mengamati dimensi
kenyataan-persenyawaan akibat adanya
berupa adanya konsensus nilai-nilai yang
sama-sama dijunjung tinggi.
Integrasi masyarakat akan terwujud
apabila mampu mengendalikan
prasangka yang ada di masyarakat
sehingga tidak terjadi konflik, dominasi,
tidak banyak sistem yang tidak saling
melengkapi dan tumbuh integrasi
tanpa paksaan.
Argumen Mendukung Integrasi
Adanya suatu integrasi dalam masyarakat akan
menyebabkan berbagai hal positif yang perlu terus
dikembangkan dalam masyarakat. Pertama, melalui
integrasi akan tumbuh suatu rasa solidaritas yang
akan semakin memperkuat kelompok. Kedua,
dengan adaya integrasi masyarakat akan
memperkuat adaya hubungan kerjasama antar
anggota masyarakat.
Argumen Menentang Integrasi
Integrasi menyebabkan akan menghilangkan suara
dari kalangan minoritas. Dengan terdiskriminasinya
kalangan minoritas ini menyebabkan potensi yang
dimiliki kalangan ini hilang. Padahal, potensi inilah
yang dapat membuat mereka berkembang.
Dengan tidak adanya integrasi yang ada di dalam
kehidupan bermasyarakat, maka kalangan minoritas
mampu mengembangkan potensi yang ada
kehidupan mereka sehingga mereka dapat
berkembang secara maksimal tanpa adanya
campur tangan dari pihak luar. Jika ada campur
tangan dari pihak lain kalangan minoritas ini menjadi
bergantung kepada kalangan mayoritas.
Ayu
MASALAH INTEGRASI NASIONAL
Berdasarkan karakteristik yang dikemukakan oleh
Van Den Berghe,suatu masyarakat majemuk tidak
dapat disamakan dengan masyarakat yang
memiliki unit-unit kekerabatan yang bersifat
segmenter, akan tetapi sekaligus juga tidak dapat
disamakan pula dengan masyarakat yang memiliki
diferensiasi dan spesialisasi yang tinggi.
Ada dua macam tingkatan konflik yang mungkin
terjadi yakni:
1. Konflik didalam tingkatan yang bersifat ideologis.
2. Konflik didalam tingkatan yang bersifal politis.
 Golongan
abangan menganggap agama Islam
sebagai agamanya orang Arab, dan oleh karena
itu mereka tidak sepenuh hati menghayatinya.
Golongan santri, sebaliknya, menuduh orangorang abangan sebagai kaum musyrik yang
menduakan tuhan. Pengetahuan kebatinan yang
oleh orang-orang abangan diyakini sebagai
pengetahuan Jawa asli, yang oleh karenanya
sering kali disebut juga sebagai ngelmu kejawen,
sesungguhnya adalah kepercayaan keagamaan
yang berasal dari India yang bercampur dengan
kepercayaan animisme.
 Konflik
ideologis antara lapisan-lapisan sosial
seperti lapisan elit yang bisa disebut juga
sebagai lapisan priyayi, berpendidikan dan
kebanyakan berasal dari atau tinggal di kota,
pada umumnya memandang lapisan bawah
sebagai lapisan orang-orang yang kurang
berpendidikan, bodoh, tradisional, dan tidak
bergairah di dalam mengikuti perubahanperubahan.
Konflik-konflik ideologis tersebut di atas
mewujudkan diri di dalam bentuk perbedaanperbedaan konsepsi hukum diantara berbagai
golongan di dalam masyarakat.
 Pada
masa penjajahan konflik yang bersifat
horizontal anatara golongan-golongan yang
memiliki latar belakang ras dan agama yang
berbeda, sekaligus merupakan konflik yang
bersifat vertikal antara golongan Eropa (kulit
putih) sebagai lapisan atas yang berkuasa
dengan Timur Asing (golongan Tionghoa)
sebagai golongan menengah, dan golongan
Pribumi sebagai lapisan bawah yang dikuasai.
Sehingga dimensi ras dan agama yang
membedakan berbagai golongan di dalam
masyarakat Indonesia pada waktu itu bertemu
sekaligus dengan dimensi stratifikasi sosial