1.Pendahuluan - rinaherowati

Download Report

Transcript 1.Pendahuluan - rinaherowati

“A desire to take medicine is,
perhaps, the great feature which
distinguishes man from other
animals”
(Sir William Osler, 1891)
. . . If the whole materia medica, as now
used, could be sunk to the bottom of the
sea, it would be all the better for mankind,
and all the worse for the fishes.
(Oliver Wendell Holmes, Medical Essays, “Currents and
Counter-Currents in Medical Science”, 1861)
FARMAKOEPIDEMIOLOGI
Definisi :
Farmakoepidemiologi (FarEpi) adalah ilmu yang
mempelajari tentang penggunaan obat dan
efeknya pada sejumlah besar manusia.
(Strom B.L. 1989)
Aplikasi latar belakang, metoda dan
pengetahuan epidemiologik untuk mempelajari
penggunaan dan efek obat dalam populasi
manusia (Porta and Hartzema)
FARMAKOEPIDEMIOLOGI
Definisi :
“Studi tentang obat sebagai penentu
kesehatan dan penyakit pada populasi umum
tak terseleksi.”
(Spitzer)
RUANG LINGKUP
FarEpi vs Farmakologi:
Farmakologi : ilmu yang mempelajari efek
obat
Farmakologi klinik: ilmu yang mempelajari
efek obat pada tubuh manusia
Farmakologi --- FarEpi --- Farmakologi Klinik
FarEpi vs Farmakologi Klinik
•Untuk mengoptimalkan penggunaan obat, salah
satu prinsip Farmakologi klinik adalah : terapi
secara individual, atau disesuaikan dengan
kebutuhan spesifik tiap pasien.
•Terapi individual ini membutuhkan rasio
keuntungan/resiko yg spesifik untuk tiap pasien.
•Harus diperhatikan potensi keuntungan dan efek
merugikan dari obat, dan diantisipasi bahwa status
klinik pasien dapat mempengaruhi hasil terapi.
FarEpi vs Farmakologi Klinik
Contoh:
Pada pasien dgn infeksi serius, gagal hati serius,
dan penurunan fungsi ginjal, dalam
mempertimbangkan terapi dengan gentamisin,
tidak cukup hanya dengan mengetahui bahwa
gentamisin berpeluang kecil menyebabkan
kerusakan ginjal  karena pasien dgn kegagalan
fungsi hati beresiko besar terhadap efek samping
kerusakan ginjal dibanding pasien normal.
FarEpi vs Farmakologi Klinik
FarEpi berguna untuk memberikan informasi
tentang efek merugikan dan menguntungkan dari
obat  memungkinkan penilaian yg lebih baik
tentang keseimbangan rasio resiko/keuntungan
dari penggunaan obat pada pasien tertentu.
FarEpi vs Farmakologi Klinik
Farmakologi Klinik dibagi: Farmakokinetika dan
Farmakodinamika.
Farmakokinetika:studi tentang hubungan antara
dosis administrasi obat dan kadar dalam
darah/serum yang dicapai, berkaitan dengan
ADME. Farmakodinamika: studi tentang hubungan
kadar obat dengan efek obat.
Keduanya memungkinkan prediksi efek obat pada
pasien setelah administrasi regimen dosis tertentu
FarEpi vs Farmakologi Klinik
• FarEpi terutama mempelajari efek samping
obat.
• Efek samping obat dibedakan tipe A dan tipe
B.
• Tipe A: reaksi umum, berhubungan dgn dosis,
bisa diprediksi dan kurang serius.
• Tipe B: membutuhkan penghentian terapi,
disebabkan reaksi hipersensitivitas atau
imunologi, dll.
1
2
3
4
Type “C”
• Berhubungan dgn terapi jangka panjang, mis.
Ketergantungan Benzodiazepine & Analgesic
nephropathy.
• Diketahui dgn baik & dapat diantisipasi
Type “D” reactions
• Menyebabkan efek carcinogenic & teratogenic.
• Onsetnya tertunda dan sangat jarang karena studi
mutagenicity & carcinogenicity diwajibkan sebelum
obat diijinkan beredar.
FarEpi vs Farmakologi Klinik
• Umumnya studi efek samping (ES) obat
dilakukan dgn pengumpulan laporan insiden
kesakitan atau kematian akibat penggunaan
obat.
• Tetapi penentuan penyebab ES yang
dilaporkan menjadi sulit saat akan dilakukan
terhadap kelas obat yang sama  diperlukan
studi epidemiologi.
FarEpi vs Farmakologi Klinik
• Umumnya studi efek samping (ES) obat
dilakukan dgn pengumpulan laporan
insiden/kasus kesakitan atau kematian akibat
penggunaan obat.
• Tetapi penentuan penyebab ES yang
dilaporkan menjadi sulit saat akan dilakukan
untuk membandingkan kelas obat yang sama
 diperlukan studi epidemiologi.
FarEpi vs Farmakologi Klinik
• Studi ESO sebaiknya didukung studi kasus ESO.
• Awalnya peneliti menguji kasus ESO untuk
membuat keputusan klinis subjektif, apakah
kejadian ESO benar-benar disebabkan pemakaian
obat sebelumnya, berdasarkan kasus individual.
• Sekarang dilakukan studi kontrol untuk menjamin
bahwa ESO memang terjadi karena penggunaan
obat.
• Kolaborasi studi farmakologi klinik &
epidemiologi  FarEpi
FarEpi vs Epidemiologi
• Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan
faktor penentu penyakit dalam populasi.
• FarEpi mempelajari penggunaan dan efek obat pada
sejumlah besar manusia  cabang ilmu
epidemiologi.
• Dua area dasar epidemiologi: studi penyakit infeksi
dalam populasi besar  epidemik, dan studi peyakit
kronis.
• Area FarEpi mengadopsi teknik studi epidemiologi
penyakit kronis, untuk mempelajari pengunaan dan
efek samping obat.
FarEpi vs Epidemiologi
• FarEpi menjembatani antara farmakologi klinik
dengan epidemiologi.
• Dari farmakologi klinik FarEpi mengadopsi fokus
penelitiannya, dari epidemiologi FE mengadopsi
metode penelitiannya.
• Dengan kata lain FarEpi mengaplikasikan metode
epidemiologi dalam area farmakologi klinis 
pada prosesnya, pendekatan logistik &
metodologi terus berkembang.
FarEpi vs Epidemiologi
• FarEpi menjembatani antara farmakologi klinik
dengan epidemiologi.
• Dari farmakologi klinik FarEpi mengadopsi fokus
penelitiannya, dari epidemiologi FE mengadopsi
metode penelitiannya.
• Dengan kata lain FarEpi mengaplikasikan metode
epidemiologi dalam area farmakologi klinis 
pada prosesnya, pendekatan logistik &
metodologi terus berkembang.
Clinical pharmacology
Pharmacoepidemiology
Epidemiology
Strom
Pharmacology
Therapeutics
Pharmacoepidemiology
Epidemiology
Statistics
Spitzer
Epidemiology
Health services
research
Outcomes
research
Economics
Health
economics
PharmacoEpidemiology
Conceptualization by Harry Guess
LATAR BELAKANG SEJARAH
• Regulasi obat bertujuan menjamin hanya obat yang
efektif dan aman, yang tersedia di pasaran.
• Th 1937, > 100 orang meninggal karena gagal ginjal
akibat eliksir sulfanilamid yang dilarutkan dalam
etilenglikol  memicu diwajibkannya uji toksisitas
praklinis untuk pertama kali. Selain itu industri
diwajibkan melaporkan data klinis tentang
keamanan obat sebelum dipasarkan.
• Th 1950-an, ditemukan kloramfenikol dapat
menyebabkan anemia aplastis.
LATAR BELAKANG SEJARAH
• Th 1952 pertama kali diterbitkan buku tentang efek
samping obat.
• Th 1960 dimulai program MESO (monitoring efek
samping obat)
• Th 1961, bencana thalidomid, hipnotik lemah
tanpa efek samping dibandingkan golongannya 
ternyata menyebabkan cacat janin. Studi
epidemiologi in utero memastikan penyebabnya
adalah thalidmid  teratogen.
• Th 1962, diperketat harus dilakukannya uji
toksikologi sebelum diuji pada manusia.
LATAR BELAKANG SEJARAH
• Setelah itu (th 970an-1990an) mulai banyak
dilaporkan kasus/kejadian ESO yg sudah lama
beredar.
• Th 1970an Klioquinol dilaporkan menyebabkan
neuropati subakut mielo-optik (setelah 40 tahun
digunakan).
• Dietilstilbestrol diketahui menyebabkan
adenocarcinoma serviks & vagina (stlh 20 thn)
• Dan lain-lain penemuan ESO yang menyebabkan
pencabutan ijin edar atau pembatasan pemakaian.
LATAR BELAKANG SEJARAH
• Berbagai ESO yang dilaporkan memicu pencarian
metode baru untuk studi ESO pada sejumlah besar
pasien  pergeseran dari studi efek samping ke
studi kejadian ESO.
• Th 1990an dimulai penggunaan Far Epi untuk
mempelajari efek obat yang mengntungkan, aplikasi
ekonomi kesehatan untuk studi efek obat, studi
kualitas hidup, dll.
• Th 1996 : Guidelines for Good Epidemiology
Practices for Drug, Device, and Vaccine Research
(USA). studi
REGULASI PERIJINAN OBAT BARU
• Perijinan obat baru harus melewati uji praklinis
(hewan coba) dan uji kinis :
• Fase I (probandus sehat, kecuali utk sitotoksik):
untuk menentukan metabolisme obat, mencari
rentang dosis aman, mengidentifikasi reaksi toksik.
• Fase II (sejumlah kecil pasien) : utk mendapatkan
lebih banyak informasi farmakokinetika, ES relatif,
informasi efikasi obat, penentuan dosis harian &
regimen.
• Fase III (sejumlah besar pasien, 500-3000): evaluasi
efikasi & toksisitas obat  randomized clinical trial.
Animal studies
Phase 1
Phase 2
Human subjects
Phase 3
Drug approval
Phase 4
•Not always required
•Human subjects
Phases of Drug Development
PC 1
2
3
4
Drug Approval
PC: Preclinical studies
1: Dose escalation in normals
2: Dose ranging, first time in patients
3: Pivotal trials for registration
4: Post-marketing, not always required
Pre-marketing
Post-marketing
Pre-de-marketing
Limitations of
Pre-marketing Trials
• Carefully selected subjects may not
reflect real-life patients in whom drug
will be used
• Study subjects may receive better care
than real-life patients
• Short duration of treatment
Limitations of
pre-marketing trials-2
• Study size
–Studies with 3000 patients
cannot reliably detect adverse
events with an incidence of < 1
per 1000, even if severe
–Studies with 500 patients cannot
reliably detect adverse events
with an incidence of < 1 per 166,
even if severe
Consequences of Limitations
of
Pre-marketing Trials
• About 20% of drugs get
new “black box” warnings
after marketing
• About 4% of drugs are
ultimately withdrawn for
safety reasons
KONTRIBUSI POTENSIAL FAR-EPI
1. Memberikan informasi yang mendukung data yg
telah didapat pada studi pra-marketing:
a. presisi lebih tinggi
b. Pada pasien yg tdk menjadi objek studi pramarketing ( anak, geriatri, ibu hamil, dll)
c. Hasil modifikasi karena pemakaian obat lain
(interaksi obat) atau adanya penyakit lain.
d. Relatif terhadap obat lain dgn indikasi sama
KONTRIBUSI POTENSIAL FAR-EPI
2. Memberikan informasi baru yang belum didapat
dari studi pra-marketing:
a. Penemuan efek samping & efek menguntungkan
yg tidak terdeteksi sebelumnya (efek tdk biasa
dan efek tertunda)
b. Informasi pola pemakaian obat
c. informasi efek overdosis obat
d. Implikasi ekonomis dari pemakaian obat
3. Kontribusi umum Far-Epi:
a. Reasuransi keamanan obat
b. Pemenuhan kewajiban etik dan legal