meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

Download Report

Transcript meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

Oleh: ASMUDI
Disampaikan pada simantap 2012
Data Pribadi
Nama
Jenis kelamin
Tempat, tanggal lahir
Kewarganegaraan
Status perkawinan
Tinggi, berat badan
Agama
Alamat lengkap
Telepon, HP
E-mail
: ASMUDI, S. Pd
: laki-laki
: Kp. RAYA (Aceh Utara),15 Juni 1977
: Indonesia
: Menikah
: 65 cm, 65 kg
: Islam
: BTN Kupula Indah, Desa
Geulanggang Baroh, Cot Gapu,
Kec. Kota Juang, Kab. Bireuen
: HP = 08116707739
: [email protected]
PERMASALAHAN
ADALAH:
PENELITIAN
INI
“Bagaimanakah Model Pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and
Composition
(CIRC)
yang
dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi
Soal Cerita Trigonometri di
Kelas X MAN Bireuen?”
A. Pengertian Model Pembelajaran CIRC
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
ini dikembangkan oleh Stevens, Madden, Slavin dan Farnish. Model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai
suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan
secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian
penting.
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah termasuk
salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya
merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu
sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran
membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC
telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga
pelajaran eksak dan matematika.
TUJUAN PENELITIAN INI
Untuk mendeskripsikan model
pembelajaran Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Soal Cerita Trigonometri
berbantuan media di Kelas X MAN
Bireuen.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep.
Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu
pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru,
buku paket, atau media lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi.
Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya,
mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami
dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada
diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil
observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin
tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan
memulai dari hal yang kongkrit
c. Fase Ketiga, Publikasi.
Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan,
memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai
sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat
memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh temanteman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling
memperkuat argumen.
C. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan
tingkat perkembangan anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa
dan kebutuhan anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga
hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis
(bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai di lingkungan anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa
kearah belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama,
toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan
aspirasi guru dalam mengajar (Saifulloh, 2003).
D. KEKURANGAN MODEL
PEMBELAJARAN CIRC:
Dalam model pembelajaran ini hanya
dapat dipakai untuk mata pelajaran yang
menggunakan bahasa, sehingga model ini
tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran
seperti: matematika dan mata pelajaran
lain yang menggunakan prinsip
menghitung.
Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated
Reading and\Composition (CIRC) pada Materi Trigonometri
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan model
pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dan setiap siswa bertanggung jawab
terhadap tugas kelompok.
Setiap anggota kelompok saling membaca dan mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu
konsep dan menyelesaikan tugas, sehingga terbentuk pemahaman yang benar dan pengalaman
belajar yang lama. Sebelum memulai pembelajaran tentang Menyelesaikan model matematika
dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan trigonometri, peneliti mengulang kembali
materi sebelumnya yang dijadikan prasyarat yang akan dipelajari siswa dan memberikan
motivasi kepada siswa tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan kemudian menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
Kemudian peneliti membagikan siswa dalam kelompok heterogen dan membimbing siswa
mendiskusikan materi tentang masalah trigonometri. Setelah itu, peneliti membagikan Lembar
Kerja Siswa (LKS) dan meminta siswa untuk mengerjakan bersama secara berkelompok. Setelah
siswa selesai mengerjakan LKS, peneliti meminta kelompok untuk mempresentasikan temuannya
di depan kelas. Kemudian kegiatan akhir dari pembelajaran ini adalah peneliti membimbing siswa
menyimpulkan materi pelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, tahun ajaran
2011/2012, sedangkan yang menjadi lokasi penelitian ini
dilaksanakan di MAN Bireuen, yang terletak di Jl. Medan-Banda
Aceh Desa Cot Gapu, Kec. Kota Juang, Kabupaten Bireuen.
Alasannya:
Sekolah ini sangat terbuka untuk pelaksanaan penelitian.
Hasil observasi awal di MAN Bireuen belum diadakan penelitian
melalui model pembelajaran Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC).
Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah bersumber dari:
1. Hasil tes, yang meliputi hasil tes awal dan hasil tes akhir,
2. Hasil wawancara terhadap subjek penelitian,
3. Hasil observasi selama kegiatan pembelajaran,
4. Hasil catatan lapangan.
Prosedur Pengumpulan Data
Tes, terdiri dari:
Tes awal, tes ini diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan penentuan subjek
wawancara.
Tes akhir tindakan, yaitu tes pada akhir tindakan dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman
siswa sebagai dasar analisis dan refleksi.
Observasi, Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan dikelas selama pembelajaran
berlangsung, meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Dalam pelaksanaan observasi peneliti dibantu oleh 2 orang pengamat yaitu guru bidang studi
matematika
Wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa yang mungkin sulit diperoleh dari hasil
pekerjaaan siswa maupun dari lembar observasi. Wawancara ini dilakukan pada setiap akhir
pembelajaran dan didasarkan pada format wawancara yang telah disediakan oleh peneliti.
Catatan lapangan, meliputi kegiatan peneliti sebagai pengajar dan kegiatan siswa sebagai subjek
yang diteliti, catatan lapangan ini memuat baik catatan objektif maupun hasil tafsiran peneliti dalam
mengamati proses pelaksanaan pembelajaran selama pemberian tindakan berlangsung. Catatan
lapangan untuk melengkapi data dan akan memuat deskripsi tentang pembelajaran.
Daritabel:
:
dapat dipersentasekan 9 siswa yang mendapat
nilai < 65 yaitu 29,03% dan 22 siswa yang
mendapat nilai ≥ 65 adalah 70,97%, berarti tes
awal belum berhasil. Berdasarkan kriteria
ketuntasan minimal bahwa tindakan dikatakan
berhasil apabila 80% siswa mendapat skor ≥ 65,
maka sebelum melaksanakan tindakan, peneliti
mengulang materi prasyarat terlebih dahulu.
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan diperoleh data
bahwa siswa yang mendapat skor ≥ 65 sebanyak 15
siswa dan siswa yang mendapat skor < 65 adalah 14
siswa. Untuk menentukan skor persentase tes
tindakan, maka digunakan rumus sebagai berikut:
Skor Persentase (SP) = = x 100% = 51, 72%
Setelah dihitung dengan persentase, keberhasilan siswa
pada tes tindakan siklus I berdasarkan nilai siswa
mencapai 51,72%, sedangkan kriteria yang ditetapkan
untuk kriteria hasil adalah 80% siswa yang mendapat
skor ≥ 65, maka tindakan siklus I berdasarkan hasil tes
akhir belum berhasil, maka peneliti harus masuk dalam
tindakan I siklus II.
Hasil Observasi
Sedangkan untuk menentukan skor persentase rata-rata setiap tindakan terhadap kegiatan
peneliti, maka rumus yang digunakan adalah:
SPP = SP1+SP2 /2
Keterangan:
SPP : Skor persentase rata-rata kegiatan peneliti
SPP1 : Skor persentase pengamat I
SPP2 : Skor persentase pengamat II
Berdasarkan tabel 4.4 di atas hasil observasi pengamat I memperoleh skor 50 dan pengamat II
memperoleh skor 49, sedangkan jumlah skor maksimal 60, kemudian jumlah skor dari masingmasing pengamat diubah dalam bentuk persen (%) dengan menggunakan rumus (1). Dengan
demikian persentase dari pengamat adalah:
SP1 = x 100% = 83,33%
SP2 = x 100% = 81,67%
Sedangkan skor persentase rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2), maka
diperoleh:
SPP = = 82,50%
Dengan memperhatikan kriteria taraf keberhasilan pembelajaran terhadap kegiatan guru dari
hasil observasi dua orang pengamat, maka pembelajaran terhadap kegiatan guru sudah termasuk
katagori baik.
Refleksi
Pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil apabila sudah memenuhi kriteria yang
ditetapkan. Kriteria suatu siklus berhasil jika pelaksanaan pembelajaran
tercapai dan proses pembelajaran termasuk katagori baik. Hasil pelaksanaan
pembelajaran dikatakan tercapai bila 80% dari jumlah semua siswa (subjek
penelitian) memperoleh skor akhir tindakan ≥ 65% dari skor total. Sedangkan
proses pembelajaran dikatakan baik jika telah mencapai nilai taraf keberhasilan
minimal 80% (Maidiyah, 2008:50).
Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan guru mencapai skor persentase
rata-rata 82,50% dan hasil observasi terhadap kegiatan siswa mencapai skor
persentase rata-rata 82,50%. Dengan demikain, proses pembelajaran berhasil
karena telah memenuhi kriteria suatu tindakan yaitu mencapai skor ≥ 80%.
Adapun hasil akhir tindakan siklus I diperoleh data bahwa 51,72% siswa
mendapat skor ≥ 65, sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu
80% siswa mendapat skor ≥ 65, maka tindakan I berdasarkan kriteria hasil
belum berhasil. Dengan demikian diputuskan bahwa peneliti perlu untuk
melanjutkan tindakan siklus II.
PERENCANAAN TINDAKAN SIKLUS II
*Menyiapkan RPP
*Menyiapkan materi pembelajaran
*Menyiapkan LKS
*Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa
*Menyiapkan format wawancara
*Menyiapkan soal tes akhir tindakaN
Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini peneliti mengorganisasikan siswa kedalam 8 kelompok heterogen yang
masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa.
Selanjutnya peneliti membagikan LKS kepada masing-masing kelompok dan memberikan
arahan dan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dengan melakukan
pendekatan dengan siswa, selain itu peneliti juga mengarahkan siswa agar bekerja sama
dengan baik.
Namun suasana sedikit berbeda dari sebelumnya, menurut pengamatan peneliti mereka
lebih aktif dari sebelumnya dalam mengerjakan soal yang tersedia, peneliti membimbing
setiap siswa untuk saling membaca dan menuliskan hal-hal yang penting agar
mempermudah siswa dalam memahami soal serta memberi kesempatan menanyakan halhal yang kurang dimengerti.
Setelah selesai, peneliti menyediakan waktu 10 menit kepada siswa untuk mendiskusikan
hasil temuan dari kelompok lain dengan kelompoknya.
Selanjutnya peneliti menyampaikan kegiatan selanjutnya adalah
mempresentasikan hasil kerja yang telah mereka kerjakan. Kali ini yang berkesempatan
maju untuk mempresentasikan di depan kelas adalah kelompok yang belum maju dari
kegiatan sebelumnya. Siswa memperhatikan presentasi dengan baik dan menanggapinya
apabila ada jawaban yang kurang jelas. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan inti adalah
70 menit. Tahap inti selesai.
HASIL TES AKHIR TINDAKAN
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan diperoleh data bahwa siswa
yang mendapat skor ≥ 65 sebanyak 24 siswa dan siswa yang
mendapat skor < 65 adalah 5 siswa. Untuk menentukan skor
persentase tes tindakan, maka digunakan rumus sebagai berikut:
Skor persentase (SP) =jlh siswa skor lebih 65/jlh siswa x 100% =
21/24 x 100% = 82, 75%
Setelah dihitung dengan persentase, keberhasilan siswa pada tes
akhir tindakan siklus II mencapai 82,75%, dan kriteria yang
ditetapkan untuk kriteria hasil adalah 80% siswa yang mendapat
skor ≥ 65, Berdasarkan persentase hasil tes akhir tindakan siklus II
dari segi kriteria hasil maka disimpulkan bahwa tindakan siklus II
sudah berhasil.
Berdasarkan tabel : hasil observasi pengamat I memperoleh skor 53 dan pengamat II
memperoleh skor 50, sedangkan jumlah skor maksimal 60, kemudian jumlah skor dari
masing-masing pengamat diubah dalam bentuk persen (%) dengan menggunakan
rumus (1). Dengan demikian persentase dari pengamat adalah:
SP1 =53/60 x 100% = 88,33%
SP2 =54/60 x 100% = 83,33%
Sedangkan skor persentase rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2),
maka diperoleh:
SPP = 85,83%
Dengan memperhatikan kriteria taraf keberhasilan pembelajaran terhadap kegiatan
guru dari hasil observasi 2 orang pengamat, maka pembelajaran terhadap kegiatan
guru sudah termasuk katagori sangat baik
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian yang dilakukan, mulai dari
pelaksanaan pembelajaran siklus I dan pengulangan siklus II yang diperoleh,
dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika, ini ditinjau dari
segi proses dan segi hasil.
Dilihat dari segi proses, hasil observasi terhadap kegiatan peneliti pada
tindakan siklus I memperoleh skor 82,50% dan hasil observasi terhadap
kegiatan siswa pada tindakan siklus I memperoleh skor 82,50%, Berdasarkan
kriteria proses yang ditetapkan maka siklus I sudah berhasil.
Dari hasil tes tindakan siklus I diperoleh 51, 72% siswa mendapat skor ≥ 65.
Dengan demikian dari segi hasil, penelitian belum tuntas dan dilanjutkan
pada tindakan siklus II. Hasil observasi terhadap kegiatan peneliti pada
tindakan siklus II mencapai skor 85,83% dan hasil observasi terhadap kegiatan
siswa pada tindakan siklus II memperoleh skor 85,83%. Sedangkan hasil tes
akhir pada tindakan siklus II diperoleh 82, 75% siswa mendapat skor ≥ 65.
Berdasarkan kriteria proses dan hasil, penelitian pada siklus II sudah tercapai
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dua orang pengamat terhadap
kegiatan guru dan siswa menunjukkan bahwa proses
pembelajaran pada tindakan siklus II sudah berlangsung dengan
baik. Hasil tes menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa
terhadap materi merancang model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan perbandingan trigonometri juga telah mengalami
peningkatan.
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan diperoleh data bahwa 82,75%
siswa mendapat skor ≥ 65. Adapun hasil observasi terhadap
kegiatan guru mencapai skor persentase rata-rata 85,83% dan hasil
observasi terhadap siswa mencapai skor persentase rata-rata
85,83%. Oleh karena itu, hasil pembelajaran telah dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran tindakan siklus II telah mencapai kriteria
yang telah ditetapkan, baik dari segi proses maupun dari segi hasil.
Dengan demikian pemberian tindakan siklus II sudah berhasil dan
diputuskan bahwa penelitian sudah selesai.
KESIMPULAN
Penerapan model pembelajaran Cooperative
Integrated Reading and Composition dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MAN Bireuen
pada materi model matematika Trigonometri.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading
and Composition dapat membuat siswa lebih
memahami materi yang telah diajarkan, bertanggung
jawab dalam belajarnya maupun dalam kelompoknya,
serta meningkatkannya rasa percaya diri dan masingmasing siswa mempunyai kesempatan yang sama
menjadi kelompok yang terbaik.