SBM 1,2 - MOH. YANI, S.Ag, MM, M.Pd.I

Download Report

Transcript SBM 1,2 - MOH. YANI, S.Ag, MM, M.Pd.I

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
OLEH. MOH. YANI, S.AG, MM,M.Pd.I
Pengertian Strategi Belajar Mengajar
1. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan / ilmu dan seni menggunakan semua
SDM untuk melksanakan kebijakan tertentu / Rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
2. Bila dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa
diartikan sebagai pola – pola umum kegiatan guru anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah digariskan.
ADA EMPAT STRATEGI DASAR DALAM BELAJAR
MENGAJAR
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi
dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian anak didik sebagaimana yang
diharapkan.
– Spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang
bagaimana yang diinginkan sebagai hasil belajar
mengajar yang dilakukan?
– Apa yang dijadikan sebagai sasaran dari KBM ?
– Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah serta
konkret
– Rumusan tujuan dalam KBM haruslah tujuan yang
operasional
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar
berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat.
Contoh
:
Satu masalah yang dipelajari oleh dua orang
dengan pendekatan yang berbeda akan
menghasilkan kesimpulan – kesimpulan yang
berbeda.
Norma – norma sosial seperti baik, benar, adil
akan melahirkan kesimpulan yang berbeda dan
bahkan mungkin bertentangan bila dalam cara
pendekatannya menggunakan berbagai disiplin
ilmu.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan
tehnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat
dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh
guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi
anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan
pengalamannya untuk memecahkan masalah , berbeda
dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong
dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk
mengemukakan pendapatnya.
Dengan sasaran yang berbeda guru hendaknya
jangan menggunakan teknik penyajian yang sama. Bila
beberapa tujuan ingin diperoleh maka guru dituntut
untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan
berbagai metode/ kombinasi berbagai metode.
4. Menetapkan / menerapkan norma – norma
dan batas minimal keberhasilan atau kritria
serta standar keberhasilan sehingga dapat
dijadikan pedoman oleh guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar
mengajar yang selanjutnya akan dijadikan
umpan balik dalam rangka membuat
penyempurnaan sistem intruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.
KLASIFIKASI STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
• Menurut Tabrani Rusyan, Klasifikasi Strategi
Belajar Mengajar ada empat sbb :
1. Konsep dasar Strategi belajar mengajar, meliputi :
• Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku
• Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan
terhadap masalah belajar mengajar
• Memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar
• Menerpkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan
belajar mengajar.
2. Sasaran kegiatan belajar
•
•
•
•
•
•
•
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau
tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang
operasional dan yang konkret, yaitu
Tujuan intruksional umum ( TIU ) / Standart kompetensi (
SK ) dan tujun intruksional khusus ( TIK ) /
Kompetensi dasar ( KD ), Tujuan kurikuler, tujuan nasional,
sampai kepada tujuan yang bersifat universal.
Pada tingkat sasaran dan tujuan yang bersifat universal,
manusia yang diidamkan harus memiliki kualifikasi sbb :
Pengembangan bakat yang optimal
Hubungan antar manusia
Efisiensi ekonomi
Tanggung jawab sebagai warga negara.
3. Belajar mengajar sebagai sistem
• Belajar mengajar sebagai suatu sisten intruksional mengandung
poengertian Sebagai sepereangkat komponen yang saling bergantung satu
sama lain untuk mencapai tujuan.
Sedang sebagai sutu sistem belajar mengajar meliputi Suatu komponen
antara lain tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi.
Agar tujuan berhasil maka seluruh komponen yang ada harus di
organisasikan sehingga antar sesama sesama komponen terjadi kerja
sama. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen –
komponen tertentu saja misalnya,
metode, bahan dan evaluasi saja, tapi harus mempertimbangkan
komponen – kpmponen secara keseluruhan.
Berbagai persoalan yang biasa dihadapi oleh guru antara lain adalah
• Tujuan – tujuan apa yang mau dicapai
• Materi pelajaran apa yang diperlukan
• Metode, alat mana yang harus dipakai
• Prosedur apa yang akan diotempuh untuk melakukan evaluasi.
:
• Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru
berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah
dngan masyarakat, administrator dll. Untuk itu guru perlu
memahami dengan segala aspek pribadi anak didik seperti :
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
Kecerdasan dan bakat khusus
Prestasi sejak permulaan sekolah
Perkembangan jasmani dan kesehatannya
kecendrungan emosi dan karakternya
Sikap dan minat belajar
Cita – cita
kebiasaan belajar dan bekerja
hobi dan penggunaan waktu senggang
Hubungan sosial di sekolah dan di rumah
L;atar belakang keluarga
Lingkungan tempat tinggal
Sifat – sifat khusus dan kesulitan anak didik.
4. Hakikat proses belajar
• Belajar adalah proses perubahan perilaku
berkat pengalaman dan latihan.
• Maksudnya
tujuan kegiatan adalah
perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan ( Kognitif ),
ketrampilan ( Psikomotorik ) maupun sikap (
Afektif ).
5. Entering behavior siswa
• Entering behavior siswa adalah karakteristik perilaku anak didik saat
mereka mau masuk sekolah dan mulai dengan kegiatan belajar
mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik perilaku
anak didik yang telah dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
Menurut ABIN SYAMSUDIN Entering behavior siswa dapat di
identifikasikan dengan cara :
a. Cara tradisional, yaitu guru mulai dengan perntanyaan mengenai
bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
b. Cara Inovatif, yaitu guru tertentu diberbagai lembaga pendidikan
yang memiliki / mampu mengembangkan instrumen pengukuran
prestasi belajar dengan memenuhi syarat, mengadakan pretes
sebelum mereka mulai mengikuti program belajar mengajar.
6. Pola – pola belajar siswa
ROBERT M. GAGNE membedakan pola – pola
belajar siswa menjadi 8 type, yaitu :
1. SIGNAL LEARNING
• Signal lerning yaitu proses penguasaan pola –
pola dasar perilaku yang bersifat involuntary
atau tidak disengaja dan tidak disadari
tujuannya.
Contoh : Aba – aba “siap “ merupakan suatu
signal atau isyarat untuk mengambil sikap
tertentu.
2. STIMILUS – RENSPONS LEARNING
• Type ini digolongkan kedalam Instrumental conditioning
yaitu belajar dengan Trial and Error ( Mencoba – coba )
termasuk proses belajar bahasa pada anak – anak.
• Kondisi yang dperlukan untuk berlangsungnya type belajar
ini adalah faktor inforcement. Waktu antara stimulus
pertama dqan berikutnya amat penting. Makin singkat S – R
denga S – R berikutnya, semakin kuat Reinforcementnya.
Contoh : Burung Beo dpat diajar memberi salam
dengan mengangkat kaki, bila kita katakan “kasih tangan
atau salam”. Ucapan kasih tangan merupakan stimulus yang
menimbulkan respons memberi salama burung itu.
• Jadi jelaslah bahwa kemampuan itu tidak diperoleh secara
tiba – tiba, akan tetapi melalui latihan – latihan. Respon
dapat diatur dan dikuasai, respons bersifat spesifik, tidak
umum dan kabur.
3. CHAINING
• Chaining adalah belajar menghubungkan
satuan ikatan S – R yang satu dengan yang
lain.
• Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya
type beljar ini antara lain secara internal anak
didik sudah harus terkuasai sejumlahsatua
S – R , baik psikomotorik maupun verbal.
5. DISCRIMINATION LEARNING
• Discrimination learning yaitu belajar mengadakan
pembeda. Dalam type ini anak didik mengadakan
seleksi dan pengujian diantara dua perangsang
atau sejumlah stimulus yang diterimanya,
kemudian memilih pola – pola respon yang
diaggap paling sesuai. Anak didik dalam pola ini
sudah mempunyai kemahiran melakukan
chaining, association dan pengalaman (pola S–R )
Contoh : Anak dapat mengenal berbagai
merek mobil besrta namanya, walaupun mobil itu
banyak bersamaan.
6. CONCEPT LEARNING
• Concept learning adalah belajar poengertian.
Dengan berdasarkan kesamaan ciri – ciri dari
sekumpulan stimulus dan obyek – obyeknya, ia
membentuk suatu pengertian/ konsep, kondisi
utama yang diperlukan adalah menguasai
kemahiran diskriminasi dan proses kognitif
fundamental sebelumnya.
• Contoh : Ia dapat menggolongkan dunia
skitarnya menurut konsep, misalnya menurut
warna , bentuk,jumlah. Ia dapat menggolongkan
manusia menurut hubungankeluarga seperti:
bapak, ibu, paman, saudara.
7. RULE LEARNING ( BELAJAR ATURAN )
• Rule learning adalah belajar membuat generalisasi, hukum
dan kaidah.
• Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi
berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah – kaidah
logika formal ( induktif, kondukti, analisis, sintesis, asosiasi,
diferiensi, komparasi dan kausalitas ) sehingga anak didik
dapat menemukan konklusi tertentu yang mungkin
selanjutnya dapat dipandang senagai “ Rule “.
• Belajar aturan adalah Type belajar yang banyak terdapat
dalam pelajaran sekolah. Aturan ini terdapat dalam tiap
mata pelajaran, misalnya, benda yang dipanaskan memuai,
angin berhembus dari daerah yang maksimum ke daerah
minimum, (a+b) (a-b) = a2 – b2, untuk menjamin
keselamatan negara harus diadakan pertahanan yang
ampuh
• Ada dua cara dalam metode ini :
– Anak menemukan sendiri aturan – aturan itu
– Anak diberitahukan atuaran – aturan yang dipelajari dengan memberikan
contoh – contoh, dan cara ini lebih efektif.
• Mengenal aturan tanpa memahaminya akan merupakan “ verbal
chain “ saja dan ini hanya menunjukkan cara belajar yang salah.
• Kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar seperti ini
adalah :
• Kepada anak didik diberitahukan bentuk performance yang
diharapkan, kalau yang bersangkutan menjalani proses belajar
• Anak didik diberikan sejumlah perntanyaan yang merangsang,
mengingatkannya ( recall ) terhadap konsep yang dipelajarinya dan
dimilikinya untuk mengungkapkan perbendaharaan pengetahuannya.
• Anak didik diberitahukan kata kunci yang menyarankan anak didik ke
arah pembentukan kaidah tertentu yang diharapkan.
• Diberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengekspresikan dan
menyatakan kaidah tersebut dengan kata – katanya sendiri.
• Anak didk diberikan kesempatan untuk menyusun rule dalam bentuk
statement formal.
8. PROBLEM SOLVING ( PEMECAHAN MASALAH )
• Problem solving adalah belajar memecahkan
masalah.
• Langkah – langkah pemecahan masalah
adalah sbb :
• Merumuskan dan megaskan masalah
• Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis.
• Mengevaluasi alternatif pemecahan yang di
kembangkan.
• Mengadakan pengujian dan verifikasi.
7. Memilih sistem belajar mengajar.
• Para ahli teori belajar mengembangkan berbagai
cara pendekatan atau sistem pengajaran atau
proses belajar mengajar antara lain :
a. INQUIRY – DISCOVERY LEARNING
Adalah belajar mencari dan menemukan
sendiri. Dalam sistem belajar ini guru menyajikan
bahan prngajaran tidak dalam bentuk final, tetapi
anak diberi peluang untuk mencari dan
menemukannya sendiri dengan mempergunakan
teknik pendekatan pemecahan masalah.
• Prosedur INQUIRY – DISCOVERY LEARNING sebagai
berikut :
– Simulation, Guru bertanya dengan mengajukan persoalan/ anak disuruh
membaca, mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
– Problem statement.Anak didik diberi kesempatan untuk mengidentifikasi
berbagai permasalahan. Permasalahan yang dipilih harus dirimuskan dalam
bentuk pentanyaan/hipotesis yakni penyataan sebagai jawaban sementara
atas pertanyaan yang diajukan.
– Data Collection. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis anak diberi kesempatan untuk mengumpulkan
(
collection ) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
obyek, wawancara dengan nara sumber, melakukanuji cobasendiri dan
sebagainya.
– Data processing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi
diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingakatr kepercayaan tertentu.
– Verification/pembuktian. Berdasarkan hasil pengolaan dan tafsiran atau
informasi yang ada, penyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan, di
cek, apakah terjawab/tidak, apakah terbukti/tidak.
– Generalization. Berdasarkan hasil verifikasi, anak didik belajar menarik
kesimpulan/ generalisasi tertentu.
b. EKP0SITORY LEARNING.
• Sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang
telah dipersiapkan secara rapi, siematis dan
lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak
dan mencernanya secara tertib dan teratur.
Prosedurnya sebagai berikut :
– Preparasi. Guru mempersiapkan (bahan) selengkapnya secara sistematis
dan rapi
– Appersepsi. Guru bertanya atau memberikan uaraian singkat untuk
mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan.
– Presentasi. Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan
ceramah/menyuruh anak didik membacabahan yang telah dipersiapkan
– Resitasi. Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan
yang dipelajari / anak didik disuruh menyatakan kembali dengan kata –
katanya sendiri tentang pokok masalah yang telah dipelajari secara lisan
maupun tulisan.
c. MASTERY LEARNING
• Dalam sistem balajar ini guru harus
mengusahakan upaya – upaya yang dapat
mengantarkan kegiatan anak didik ke arah
tercapainya penguasaan penuh terhadap bahan
pelajaran yang diberikan. Dalam hal ini ada dua
buah kegiatan antara lain :
– Kegiatan Pengayaan, yaitu kegiatan yang diberikan siswa –siswa
kelompok cepat sehingga siswa tersebut menjadi lebih kaya pengetahuan
dan ketrampilan /lebih mendalami bahan pelajaran yang dipelajari.
– Kegiatan Perbaikan, yakni kegiatan yang diberikan kepada sisw – siswa
yang belum menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru dengan
mahsud mempertinggi tingkat penguasaan terhadap bahan pelajaran
tersebut.
• Kegiatan pengayaan dibagi menjadi dua macam :
– Kegiatan pengayaan yang berhubungan dengan topik
madul pokok.
– Kegiatan pengayaan yang tidak berhubungan dengan
topik modul pokok.
Langkah – langkahnya :
• Memberikan kegiatan yang tidak berhubungan
dengan topik modul tetapi masih dalam ruang
lingkup bidang study yang sama.
• Memberikan kegiatan lain yang tidak
berhubungan dengan topik modul dan juga tidak
dalam bidang study yang sama.
Sedang kegiatan perbaikan dapat dilakukan dengan jalan :
1. Mengganti metode mengajar dengan metode mengajar yang lain
2. Menyuruh membaca buku – buku sumber yang mengandung konsep
yang sama.
3. Peer tutor ( tutor sebaya ).
• Dalam pelaksanaan program perbaikan kadangkala guru disibukkan
dengan berbagai kegiatan di kelas karena banyaknya siswa yang gagal
menguasai bahan pelajaran. Akan tetapi karena banyanya siswa yang di
tangani, maka guru dapat meminta bantuan kepada siswa yang
semestinya ikut pengayaan untuk menjadi tutoring, manfaatnya :
• Ada kalanya hasilnya lebih baik bagi anak yang enggan/ takut kepada
gurunya.
• Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat
konsep yang sedang dibahas.
• Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung
jawab dalam mengemban tugas dan melatih kesabaran.
• mempererat hubungan antar sesama siswa sehingga mempertebal
perasaan sosial.
d. HUMANISTIK EDUCATION
• Karakteristik pokok dalam metode ini antara
lain bahwa guru hendaknya jangan membuat
jarak terlalu tajam dengan siswanya. Ia harus
menempatkan diri berdampingan dengan
siswa sebagai siswa senior yang selalu siap
menjadi sumber/ konsultan berbicara. Taraf
akhir dari proses ini adalah Self actualization.
e. PENGORGANISASIAN KELOMPOK BELAJAR.
• Pengorganisasian kelompok belajar anak didik
disarankan :
– Kelompok belajar tunggal ( N 1 ), metode yang
sesuai adalah tutorial, pengajaran berprogram,
studi individual ( independent study)
– Kelompok kecil ( N 2 – 20 ) metode belajarnya :
Diskusi, seminar, klasikal (class room teaching)
dengan teknik bervariasi sesuai dengan kempuan
guru.
– Kelompok belajar besar ( N Lebih 40 orang ),
metode belajarnya : Kuliah/ceramah