PERTEMUAN III

Download Report

Transcript PERTEMUAN III

BIMBINGAN DAN DOA BAGI IBU HAMIL
 Kehamilan dan melahirkan merupakan kodrat alami
bagi kaum wanita. Hampir semua wanita akan
mengalami dua masa yang cukup “melelahkan” ini,
kecuali mereka yang mengalami penyakit tertentu
atau karena faktor-faktor lain yang menyebabkan
sperma dan ovum tidak mampu bertemu dan
berkembang di dalam rahim seorang wanita.
 Setiap wanita mengalami perkembangan fisik secara
bertahap. Walaupun pada bulan-bulan pertama beban
yang dipikul tidak begitu terasa berat dan melemahkan
kekuatan jasmaninya, namun pada beberapa wanita telah
mengalami perubahan fisik yg cukup berat. Ia sering
merasa mual, muntah, pusing dan mengidam. Bagi wanita
hamil, perjalanan dari hari ke hari terasa panjang dan
lama. Kondisi ini menjadikan sebagian wanita hamil
mengalami kelelahan, dan kelemahan. Kondisi seperti ini
merupakan perkembangan jasmani yang wajar, Tuhan
tidak menjadikan kehamilan sebagai hukuman tetapi
sebagai karunia dan rahmat. Oleh karena itu, wanita yang
sedang hamil sangat dituntut adanya ketulusan hati,
kesediaan menderita, penuh kesabaran dan ketabahan,
kepasrahan penuh pada Hyang Widhi Wasa dan penuh
harap akan waranugraha-Nya.
 Pustaka Suci veda sendiri telah menegaskan bahwa :
“Prnja nartha striyah srstah samtarnartham ca manavah.
Tasmat sadahrano dharmah crutam patnya sahaditah”
“untuk menjadi ibu, wanita diciptakan dan untuk
menjadi ayah, laki-laki itu diciptakan. Upacara
keagamaan karena itu ditetapkan di dalam Veda untuk
dilakukan oleh suami dengan istrinya”
 Ketika wanita sedang hamil, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan sebagai suatu langkah awal
untuk menjamin anak yang ada di dalam kandungan
agar senantiasa berada dalam keadaan sehat dan
seterusnya menuju kearah mendapatkan anak yang
Suputra. Dalam perspektif Hindu, disamping usahausaha lahiriah, do’a memegang peran yang penting
dan sangat menentukan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan diamalkan oleh wanita selama
menghadapi kehamilan, adalah sebagai berikut :
 Memperbanyak mengingat Tuhan dengan memohon
ampun dengan selalu merapalkan mantra-mantra
keagamaan, salah satunya mantram gayatri Mantram
 Memperbanyak melakukan ibadah, berbuat kebaikan dan
meninggalkan segala larangan-Nya, melakukan
pengendalian diri dengan menjaaga pikiran, perkataan dan
perbuatan. Sarasamuccaya 90 menyatakan :
Niyacchayaccha samyaccha cendriyani mahasthatha
Pratisedhayesvavdyesu durlabhesvahitesu ca
Artinya :
Karena itu hendaknya dikekang, diikat kuat-kuat Panca
Indra dan pikiran itu, jangan biarkan akan melakukan
tindakan melanggar, melakukan sesuatu yang tercela,
sesuatu yang sukar untuk dicapai atau melakukan sesuatu
yang pada akhirnya tidak menyenangkan.
Selain dengan melaksanakan beberapa
ketentuan di atas dalam persfektif Hindu
dalam hal bimbingan dan doa bagi ibu
hamil juga dilaksanakan dengan media
pelaksanaan ritual/upacara dan ketaatan
pada Pali atau pantangan yang dalam
bahasa Dayak dimaksud agar anak tidak
Pahingen (cacat/kelainan).
 Ritual-ritual yang dilaksanakan pada masa kehamilan
dalam agama Hindu Kaharingan yaitu :
1. Tiga Bulanan : Peleteng Kalangkang Sawang
2. Tujuh Bulanan : Nyaki Dilit
3. Sembilan Bulanan : Mangkang Kahang Badak
(Panaturan)
 Selama kehamilan berjalan normal, boleh saja
melakukan hubungan seks sampai akhir kehamilan
meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak
lagi berhubungan seks pada minggu terakhir
kehamilan (saat kehamilan berusia 8 bulan) karena
bila perempuan mengalami orgasme dan rahim
mengalami kontraksi dikhawatirkan bayi dapat lahir
premature. Hubungan seks dilarang bila : terdapat
pendarahan melalui vagina, sering mengalami
keguguran, ketuban pecah, mulut rahim terbuka.
PANDUAN BAGI IBU MELAHIRKAN
Reg Veda X.37.7 :
Prajavanto anamiva anagasah
Artinya :
Ya, sang Hyang surya, semoga kami memiliki anak cucu
dan bebaskan dari penyakit dan dosa
 Jenis-jenis ritual yang dilaksanakan pasca kelahiran,
adalah sebagai berikut :
 Upacara Palas Bidan
 Upacaran Pemberian Nama (Nahunan)
 Upacara untuk meningkatkan status kesucian
seseorang seperti upacara kelahiran, perkawinan dan
seterusnya dalam tradisi Hindu disebut upacara
Manusa Yadnya. Dalam Kitab Manawa Dharmasastra
hal itu dinyatakan sebagai Sarira Samskara. Artinya,
upacara untuk meningkatkan kesucian seseorang.
 Untuk mencapai peningkatan tersebut hendaknya
diupayakan keseimbangan pertumbuhan antara badan
(sarira) jasmani dan rohani.
 Ini artinya bukan hanya jasmani yang membutuhkan
makanan bergizi lengkap dan seimbang dalam
pertumbuhannya. Rohani pun harus juga diberikan
santapan spiritual untuk membangun pertumbuhan
rohani itu sendiri menuju rohani yang sehat.
 Manusa Yadnya tidaklah sekadar mengupacarai anakanak dari lahir sampai dia kawin. Upacara Manusa
Yadnya tersebut barulah merupakan nyasa-nyasa atau
simbol untuk menanamkan konsep filosofi Manusa
Yadnya melalui media ritual yang sakral.
 Yadnya tersebut selajutnya harus diimplementasikan
lebih lanjut dalam perilaku nyata untuk memelihara
dan mendidik manusia itu dari ia masih dalam
kandungan sampai ia dapat mandiri
 Upacara Manusa Yadnya itu bertujuan untuk membangun
aspek niskala saja. Sedangkan melahirkan, memelihara dan
mendidik mausia itu secara normatif sebagai upaya sekala
 Slokantara 2, baris ketiga sbb: Yadnya sataad vai parama'pi
putra. Artinya, memiliki seorang putra utama jauh lebih
tinggi nilainya daripada seratus kali berupacara yadnya.
 upacara yadnya tersebut baru tahap menanamkan nilainilai spiritualnya lewat media ritual yang sakral. Tanpa
implementasi nilai tersebut dalam kehidupan nyata atau
sekala maka nilai-nilai yang masih bersifat niskala itu akan
tidak dapat memperbaiki kehidupan manusia secara nyata
dalam kehidupan ini. Karena itu, secara sekala Manusa
Yadnya itu harusnya diimplementasikan lebih nyata.
Manawa Dharmasastra I.89 sbb: Prajanam raksanam
daanam. Artinya pada kenyataannya yang dibutuhkan oleh
masyarakat adalah rasa aman (raksanam) dan
kesejahteraan (daanam).
BIMBINGAN DAN DOA BAGI IBU HAMIL
 Upacara Pagedong-gedongan ( Garbha Wedana atau Upacara Bayi
dalam Kandungan )
Upacara ini bertujuan memohon kehadapan Hyang Widhi agar bayi
yang ada di dalam kandungan itu di berkahi kebersihan secara lahir
bathin. Demikian pula ibu beserta bayinya ada dalam keadaan selamat
dan dikemudian setelah lahir dan dewasa dapat berguna di masyarakat
serta dapat memenuhi harapan orang tua. Di samping perlu adanya
upacara semasih bayi ada di dalam kan-dungan, agar harapan tersebut
dapat berhasil, maka si ibu yang sedang hammil perlu melakukan
pantangan-pantangan terhadap perbuatan atau perkataan-perkataan
yang kurang baik dan sebaliknya mendengarkan nasehat-nasehat serta
membaca membaca buku-buku wiracarita atau buku lain yang
mengandung pendidikan yang bersifat positif. Sebab tingkah laku dan
kegemaran si ibu di waktu hamil akan mempengaruhi sifat si anak
yangmasih di dalam kandungan.
BIMBINGAN DAN DOA BAGI BAYI BARU LAHIR
 Doa untuk kelahiran bayi:
 OM BRHATSUMNAH PRASAWITA NIWESANO
JAGATAH STHATURUBHAYASYA YO WASI
SA NO DEWAH SAWITA SARMA YACCHA TWASME
KSAYAYA TRIWARUTHAM AMHASAH
 (Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, yang memberi kehidupan pada
alam dan menegakkannya. la yang mengatur baik yang bergerak
dan yang tidak bergerak, semoga Ia memberi rahkmatNya
kepada kami untuk ketentraman hidup dengan kemampuan
untuk menghindari kekuatan yang jahat.)
 Setelah bayi dimandikan, ayah bayi atau orang yang dituakan
yang hadir di sana diminta membisikkan Mantram Gayatri (bait
pertama Puja Trisandya) masing-masing tiga kali pada lobang
telinga kanan dan kiri bayi itu.
TUNTUNAN AGAMA HINDU TERHADAP IBU NIFAS :
 Masa nifas merupakan saat dimana seorang ibu
dalam rangka 40 hari setelah melahirkan dan
kadang-kadang sering mengalami masalah nifas.
 Pada saat masa nifas ibu dianjurkan untuk makan
makanan yang bergizi sebagai pengganti cairan
dan darah yang keluar.
 Pada masa nifas sebaiknya tidak melakukan
hubungan suami istri karena dapat menimbukan
masalah kesehatan bagi ibu yang sedang
mengalami masa nifas.
 Pada masa pasca melahirkan atau nifas seorang
perempuan tidak diperkenankan memasuki tempat
suci dikerana dalam keadaan cuntaka.
Kebersihan mandi bagi ibu nifas
 Dalam pandangan agama Hindu kebersihana mandi
pada ibu nifas sangat diharapkan untuk dapat
dilakukan dalam usaha menjaga kesehatan, tetapi hal
itu tidak diharuskan terhadap ibu nifas yang sedang
mengalami masalah/gangguan dalam masa nifas
sebab dapat menyebabkan penyakit.
BIMBINGAN MENGHADAPI SAKRATUL MAUT
 Persiapan Menuju Kematian
 Hendaknya setiap saat, setiap manusia harus berusaha
untuk mempersiapkan diri dalam menhadapi kematian.
Karena kematian akan datang tiba-tiba tanpa mengira
waktu dan sebab penyakit tertentu, kita tidak akan
mengetahui kapan akan dipanggil untuk kembali kepadaNya, maka setiap manusia yang masih hidup seharusnya
mempersiapkan diri dengan berbagai bekal untuk
melakukan perjalanan panjang ini; dengan menabung
karma baik, tetap berjalan dijalan dharma dan menjauhkan
diri dari berbagai hal yang akan membawa diri pada
awidya.
 Apabila seseorang telah merasakan akan datangnya
maut, maka sebaiknya ia mengingat sang penciptanya
dan melafalkan doa atau mantram-mantra, misalnya
Gayatri Mantram : Om Bhur Bvah svah Tat Savitur
Varenyam Bhargo Devasya Dhimahi Dhiyo yo nah
Pracodayat. Atau bisa juga dengan menyebut nama
Tuhan,, sedangkan orang yang berada disekelilingnya
membantunya dengan menuntunnya dan saling
memohon maaf agar jalannya pulang lancar.