PPT DDA ATHA - WordPress.com

Download Report

Transcript PPT DDA ATHA - WordPress.com

KELOMPOK 2 :
Anita Sisilia Silitonga
Hilda Oktavia Simbolon
Febri Firsandi Putra
SISTEM PERTANIAN
 Latar Belakang
Sistem irigasi di Indonesia merupakan bagian dari
sistem kehidupan sosial masyarakat yang cukup tua
keberadaannya.
Dari sisi kesejarahan,sistem irigasi di Indonesia sudah
ada sejak zaman kerajaan sebelum penjajahan
Belanda datang.
Seperti telah disebutkan, ada anggapan bahwa asal
mula pertanian di dunia mulai di Asia Tenggara. Pada
waktu ini, kita temui berbagai sistem yang berbeda
baik tingkat efisiensi teknologinya maupun tanaman
yang diusahakan: Sistem ladang, sistem tegal
pekarangan, sistem sawah dan sistem perkebunan.
Sistem Pertanian di Indonesia
Di Indonesia dikenal ada empat sistem pertanian. Keempat
sistem itu adalah :
 Sistem ladang
Merupakan sistem pertanian yang paling primitif.
Suatu sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap
budaya penanam.
Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas
bergantung kepada ketersediaan lapisan humus yang ada,
yang terjadi karena sistem hutan.
Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang
berpenduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak terbatas.
Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti
padi darat, jagung, atau umbi-umbian
 Sistem tegal pekarangan
Berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari sumbersumber air yang cukup.
Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di
wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya
rendah.
Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga
yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan.
Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman
tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan.
 Sistem sawah
Merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam
pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai
stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat
dipertahankan.
Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan
drainase yang baik. Sistem sawah merupakan potensi besar
untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija.
Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau
menggunakan sistem sawah.
 Sistem perkebunan
Baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate)
yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan
perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman
ekspor.
Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh
dan coklat yang merupakan hasil utama, sampai sekarang
sistem perkebunan berkembang dengan manajemen yang
industri pertanian.
KLASIFIKASI SISTEM PERTANIAN
Sistem pertanian tropik dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok (Ruthenberg, 1980):
1. Sistem pertanian yang bersifat pengumpulan
hasil tanaman
2. Sistem pertanian yang bersifat budidaya tanaman
3. Sistem pertanian untuk makanan ternak dan
padang penggembalaan.
 Sistem Pertanian dengan Pengumpulan Hasil Tanaman
Sistem ini adalah sistem pertanian yang secara langsung
memperoleh hasil tanaman dari tanaman-tanaman yang tidak
dibudidayakan, sistem ini biasanya dijalankan bersamaan
dengan sistem berburu binatang dan tangkapan ikan.
Jarang sistem pengumpulan hasil tanaman terdapat sebagai
kegiatan tunggal.
Di beberapa daerah seperti di Irian Jaya sistem ini masih
terdapat.
 Sistem Pertanian dengan Budidaya Tanaman
Sistem ini merupakan sistem pertanian yang paling utama.
Di daerah tropik terdapat banyak sistem budidaya tanaman,
dan klasifikasinya dapat dilakukan berdasarkan beberapa ciriciri spesifik sebagai berikut:
1. Berdasarkan Tipe Rotasinya
Berdasarkan tipe rotasinya dapat diklasifikasikan 4 macam
sistem budidaya tanaman yaitu :
a. sistem dengan rotasi bera secara alami
b. sistem dengan rotasi dengan makanan ternak (ley system)
c. sistem dengan rotasi tegalan (field system)
d. sistem dengan rotasi tanaman tahunan.
2. Berdasarkan Intensitas Rotasinya
Untuk klasifikasi sistem pertanian berdasarkan kriteria
intensitas rotasi, digunakan pengertian R (intensitas Rotasi)
dimana :
R = Jumlah tahun lahan ditanami x 100 %
Lama siklus (tahun)
3. Berdasarkan Suplai Air
Pertanian dengan sistem pengairan adalah sistem
pertanian dimana air dapat diatur masuk ke dalam
lapangan sehingga tingkat kelembaban lebih tinggi
dibanding bila tanpa irigasi; umum disebut pula dengan
nama pertanian lahan kering (dry farming).
4. Berdasarkan Pola Tanam
Klasifikasi sistem pertanian berdasarkan pola tanam
merupakan klasifikasi sistem pertanian yang terpenting di
daerah tropis, yang biasanya didukung dengan penggunaan
ternak.
5. Berdasarkan alat-alat Pertanian yang Digunakan
Berdasarkan hal tersebut secara garis besar dapat
digolongkan sistem budidaya pertanian sebagai berikut:
1. Sistem pertanian pra-teknis
2. sistem pertanian dengan cangkul dan sekop.
3. Sistem pertanian dengan bajak-garu yang ditarik hewan
4. Sistem pertanian dengan bajak-garu yang ditarik traktor
 Berdasarkan Tingkat Komersialisasi
Dalam hal ini terdapat sistem yang berbeda, dan sesuai
dengan hasil kotor (gross return) yang dijual terdapat
penggolongan sebagai berikut:
1. Pertanian subsisten
2. Setengah komersial
3. Pertanian komersial
 Sistem Pertanian untuk Padang Penggembalaan dan
Peternakan
Pertanian ternak atau peternakan umumnya diklasifikasikan
berdasarkan ketetapan tinggalnya (stationariness) dari peternak
maupun ternaknya, sebagai berikut:
1. Total nomadis
Tidak ada tempat tinggal permanen bagi peternaknya dan, tidak
ada sistem budidaya tanaman makanan ternak teratur, sehingga
selalu bergerak.
2. Semi nomadis
Peternak mempunyai tempat tinggal permanen, dan di
sekitarnya ada budidaya makanan ternak sebagai tambahan,
tetapi untuk waktu lamanya, ternak dan penggembalaannya
bergerak pada daerah-daerah yang berbeda.
3. Transhuman
Peternak mempunyai tempat tinggal permanent, tetapi
ternaknya dengan bantuan penggembala, mengembara pada
daerah penggembalaan yang berpindah-pindah dan jauh
letaknya.
4. Partial Nomadis
Peternak tinggal terus menerus pada tempat pemukiman yang
tetap, dan penggembalaannya hanya pada daerah sekitarnya.
5.
Peternakan menetap
Ternaknya sepanjang tahun berada pada lahan atau desanya
sendiri.