PRE-EKLAMPSIA & EKLAMPSIA

Download Report

Transcript PRE-EKLAMPSIA & EKLAMPSIA

PRE-EKLAMPSIA & EKLAMPSIA
Pengampu :
Siti Masriah, S.Si.T
Definisi
Pre Eklampsia adalah sekelompok penyulit yg
timbul pada kehamilan, persalinan/nifas disebabkan
kehamilan itu sendiri, yg ditandai Hipertensi, oedem
dan protein uria.
Klasifikasi
1. Pre Eklampsia Ringan
2. Pre Eklampsia Berat
PRE EKLAMPSIA RINGAN
Diagnosa
1. Hipertensi
TD : 140/90 -160/110 mmHg atau terdapat ↑
sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg
2. Oedem (-) atau ringan
3. Proteinuria ++
4. BB TM III ↑ ½ Kg/1 mgg atau 2 Kg/1 bulan
5. Tidak ada keluhan
Pengelolaan
1. Prinsip
Mencegah menjadi PE berat/Eklampsia
2. Meliputi :
a. Istirahat fisik/psikis
b. Penderita harus istirahat baring (sebanyak mungkin
posisi miring) dan dpt diberikan sedativa, misal
luminal 3 x 30 mg atau valium 3x 2 mg sehari
c. Pengaturan diit rendah garam, tinggi protein, besi
dan vitamin
d. Diuretika (kalau perlu), misal hidroklortiazid 1x25
mg
PRE EKLAMPSIA BERAT
EKLAMPSIA
Disertai tanda :
1. Tekanan darah > 160/110 mmHg
2. Proteinuria 5 gr/hari (+3)
3. Oliguria, volume urin < 500 cc/24 jam
4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus,
dan rasa nyeri episgastrium
5. Terdapat oedema paru dan siasonis
Eklampsia → PE Berat disertai kejang
Diagnosa banding
PE Berat :
1. Hipertensi
2. Penyakit Ginjal
Eklampsia :
1. Hipertensi
2. Cerebrovasculer accident (CVA)
3. Comahepatikum/uremicum/diabetikum
4. Intoksikasi (obat, dll)
Prinsip Pengelolaan PE Berat/Eklampsia
1. Mencegah memburuknya penyakit
2. Mencegah sequelle
3. Melahirkan bayi pada saat optimum
CATATAN .......
 Persalinan dg PE Berat harus diselesaikan dengan
cepat → m’peringan kala II agar klien tidak
mengejan sehingga mengurangi kemungkinan
perdarahan otak yg dapat menyebabkan timbul
kejang.
 PE berat perlu perawatan khusus sebelum, selama
dan setelah persalinan (nifas) karena mempunyai
resiko b’lanjut menjadi Eklampsia dan berakhir dg
kematian janin dan ibu.
a. Persiapan
1. Rawat dikamar isolasi dan tenang.
Infus D5% 1000 cc diselingi RL 500 cc. Pemberian
cairan dlm 24 jam tidak boleh >2000 cc.
2. Bila tjd kejang, mulut dan tenggorokan dibersihkan dari
lendir, pasang sudip lidah, DC dan O2.
Awasi ketat :
 KU, kesadaran, TD, nadi dan suhu
 RR, reflek tenda lutut, diuresis
 Jumlah kejang
3. Bila koma > 24 jam, diberi makanan per sonde.
4. Pada PE Berat bila keadaan baik (mjd PE Ringan).
Lakukan USG/p’hitungan TBJ scr Johnson. Bila TBJ >
2000 gr lakukan induksi (terutama dg piton drip)
5. Syarat pemberian MgSO4 :
 Reflek patella (+)
 RR > 16x/mnt
 Tersedia gluconas calail 10 %/10 cc sebagai
antidotum
 U/ pemberian selanjutnya diuiresis > 100 cc/4jam
b. Pengawasan
Dilakukan terhadap :
 Prognosa : meliputi kesadaran, kejang, oedem paru,
tensi, Ht (tiap 8 jam), kadar asam urat darah/hari.
 Komplikasi :sianosis, oedem paru, bronchopneumonia,
decomp cordis, solusio plac, CVA
 Pengobatan
Catat jumlah cairan masuk/keluar, obat anti HT, obat
anti kejang, dieuresis, oedem paru, KPR, respirase dan
CVP.
Dirawat di ICU bila :
1. Pemberian diazepam 60 mg
2. HR > 120 x/mnt
3. RR > 36 x/mnt
4. Kejang yg tak teratasi sesuai protocol pengobatan
c. Pengobatan
1. PE berat
 Dg MgSO4 :
MgSO4 40 % atau 25 cc (10 gr) IM, masing”
bokong kanan 12,5 cc, bokong kiri 12,5 cc. Bila
masih diperlukan dan syarat memenuhi, diberikan
lagi MgSO4 40% atau 12,5 mg (5 gr) IM tiap 4-24
jam PP
 Dg diazepam : 10 mg diazepam drip dalam D5%
dg tetesan 20 tpm. Dalam 24 jam tdk melebihi
100-200 cc.

2. Eklampsia
 Dg MgSO4 :
MgSO4 20 % (4 gr) IV, pelan-pelan (selama > 3 menit)
diikuti MgSO4 40 % 12,5 cc (5 gr) IM. Pada daerah
glutea. Bila masih kejang, 20 menit kemudian
ditambah MgSO4 20 %-10 cc IV secara pelan-pelan
(selama > 3 menit). Bila dalam 20 menit masih kejang,
ditambah MgSO4 20 %-20 cc IV pelan-pelan.
Bila setelah 30 menit masih kejang, beri dilantin
(divenil hidantonin) 100 mg IV pelan-pelan. Untuk
pemberian selanjutnya (bila perlu dan memenuhi
syarat) beri MgSO4 40 % 12,5 cc (5 gr) IM tiap 4-24
jam PP.
 Dengan diazepam :
20 mg diazepam IV pelan-pelan diikuti 10 mg
diazepam dlm drip D5% 500 cc 30 tpm.
3. Bila tensi > 160/110 mmHg, beri catapres
(clonidin) 150 mg IV pelan-pelan. Bila
respon (-), 6 jam kemudian ditambah 150 mg
IV pelan-pelan. Bila respon (+) 4 jam
kemudian diberi catapres tab 2x1/2 sehari.
Catatan : pada pemberian catapres, harus
diawasi tensinya secara intensif, yaitu menit
ke-1, ke-3, ke-5, kemudian tiap 15 menit.
d. Evaluasi
 Prognosa
 Komplikasi
 Pengobatan