(1)Materi Dirjen Perkebunan

Download Report

Transcript (1)Materi Dirjen Perkebunan

PELUANG DAN TANTANGAN
PENGEMBANGAN KOPI
BERKELANJUTAN DI INDONESIA
Disampaikan pada Simposium Kopi Internasional Indonesia 2014
Banda Aceh, 19-21 Nopember 2014
Oleh :
Direktur Jenderal Perkebunan
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2014
PENDAHULUAN
Merupakan
komoditas
ekspor
unggulan
salah satu komoditas
unggulan perkebunan
yang diperdagangkan
secara luas didunia
sebagai
sumber
devisa
negara
dan
pendapatan petani, penciptaan lapangan
kerja, pembangunan wilayah, mendorong
agribisnis dan agroindustri, mendukung
konservasi lingkungan.
Ekspor
Volume 534,1 ribu ton
Nilai US$ 1.174,1 juta
Saat ini INDONESIA menjadi
produsen utama kopi ke-3
setelah Brazil dan Vietnam
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
Luas areal 1.240.919 ha
Produksi 698.887 ton
2
0
1
3
Produktivitas 755 kg/ha
Didominasi oleh
perkebunan rakyat (96%)
Lapangan kerja bagi 1,9
juta KK dengan rata-rata
luas kepemilikan 0,6 ha
2
KERAGAAN KOPI NASIONAL
URAIAN
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013*)
1.255.272
1.308.732
1.295.912
1.295.111
1.266.235
1.210.365
1.233.698
1.235.289
1.240.919
Robusta
1.153.959
1.131.622
1.058.477
1.009.214
984.838
958.782
940.184
929.203
933.190
Arabika
101.313
177.110
237.435
285.897
281.397
251.583
293.514
306.086
307.729
PRODUKSI (ton)
640.365
682.158
676.476
698.016
682.591
686.921
638.647
691.163
698.887
Robusta
580.110
587.385
549.085
550.920
534.961
540.280
489.809
528.505
534.318
Arabika
587.385
94.773
127.391
147.096
147.630
146.641
148.838
162.658
164.569
PRODUKTIVITAS
(kg/ha)
683
696
732
749
748
779
702
745
755
Robusta
665
682
681
716
724
766
724
758
793
Arabika
793
793
782
783
773
925
765
799
808
AREAL (ha)
Sumber : Statistik Perkebunan 2013
Keterangan:
*) Angka Sementara
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
3
PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR
KOPI NASIONAL
No
EKSPOR KOPI
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
1
Volume (ribu ton)
445,8
413,5
321,4
468,7
433,6
433,6
346,5
448,6
534,1
2
Nilai (US$ juta)
503,8
586,9
636,3
991,5
814,3
814,3
1.036,7
1.249,5
1.174,1
No
IMPOR KOPI
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
1
Volume (ribu ton)
3,2
6,4
49,9
7,6
19,8
19,8
18,1
52,7
15,8
2
Nilai (US$ juta)
6,2
11,4
78,3
18,4
34,9
34,9
49,1
117,2
38,8
Sumber: :
Statistik Perkebunan Indonesia 2013 dan BPS diolah Kementerian Perdagangan
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
4
• Kopi spesialti merupakan jenis kopi
yang terbaik citarasanya dan bersifat
khas karena itu pasarnya juga khusus.
• Pangsa pasar kopi spesialti masih
terbuka, terutama dengan bergesernya
konsumen kopi biasa ke kopi spesialti
di Amerika Serikat.
• Kopi spesialty single origin Indonesia
yang mempunyai reputasi di pasar
internasional karena mutu citarasanya
adalah:
• Mandheling dan Lintong Coffee
(Sumut)
• Gayo Mountain Coffee (Aceh)
• Java Arabica Coffee (Jatim)
• Bali-Kintamani Coffee (Bali)
• Toraja dan Kalosi Coffee (Sulsel)
• Flores-Bajawa Coffee (NTT)
• Baliem Coffee (Papua)
• Luwak Arabica Coffee
ROBUSTA
ARABIKA
GAMBARAN KOPI NASIONAL
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
• Provinsi Lampung, Bengkulu dan Sumsel
menghasilkan 50% dari total produksi
kopi robusta nasional, sehingga dijuluki
dengan kawasan “segitiga emas kopi”
(robusta) Indonesia.
• Kopi robusta memiliki nilai strategis
dalam rangka pemberdayaan ekonomi
rakyat di pedesaan.
• Kopi robusta mudah dibudidayakan oleh
petani.
• Gangguan hama penyakit relatif lebih
sedikit.
• Kopi robusta dapat ditanam di bawah
tanaman penaung produktif.
5
PERMASALAHAN, PELUANG DAN TANTANGAN
Permasalahan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Masih rendahnya produktivitas tanaman
Meningkatnya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT)
Masih lemahnya kelembagaan petani
Masih rendahnya penguasaan teknologi pasca panen
Sebagian besar produk yang dihasilkan dan diekspor berupa biji
kopi (green beans)
Masih rendahnya tingkat konsumsi kopi per kapita di dalam
negeri (0,86 kg/kapita/th)
Belum optimalnya pengelolaan kopi spesialti (Specialty coffee)
Masih terbatasnya akses permodalan bagi petani
Belum efisiennya tata niaga / rantai pemasaran kopi (masih
panjang)
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
6
Lanjutan..
Peluang
• Adanya upaya perluasan areal tanaman kopi arabika, khususnya di
wilayah yang memiliki kesesuaian agroklimat
• Penerapan sistem budidaya perkebunan kopi yang baik (GAP) dan
berkelanjutan (sustainable coffee production)
• Tersedianya teknologi pengendalian OPT yang ramah lingkungan
• Semakin meningkatnya penanganan mutu khususnya kopi Arabika
yang dapat diarahkan menjadi kopi Spesialty
• Semakin meningkatnya perkembangan teknologi dalam industri
pengolahan kopi, seperti Instant coffee dan Liquid coffee
• Adanya upaya peningkatan konsumsi kopi per kapita di dalam negeri
dari 860 gr/kapita/th menjadi 1.000 gr/kapita/th
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
7
Lanjutan..
Tantangan
• Penerapan kopi berkelanjutan (sustainable coffee production)
• Penerapan Standar ISO 9000, 14000
• Tingkat pendidikan yang lebih baik, mengubah pola hidup dan
kesadaran pada aspek kesehatan, yang menyebabkan semakin
ketatnya toleransi terhadap komponen bahan kimia yang
berbahaya bagi tubuh seperti Ochratoxin dan residu pestisida
• Kesepakatan dari anggota ICO untuk tidak mengekspor kopi
dengan kualitas rendah
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
8
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOPI
Mensinergikan seluruh potensi sumberdaya tanaman kopi dalam rangka peningkatan daya
saing usaha, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk, melalui partisipasi aktif para
pemangku kepentingan dan penerapan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola
pemerintah yang baik
Pengembangan komoditi kopi (kopi arabika dengan perluasan, intensifikasi dan kopi
robusta melalui peremajaan, rehabilitasi, dan intensifikasi)
Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengembangan kelembagaan dan kemitraan
Peningkatan investasi usaha
Pengembangan sistem informasi manajemen
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
9
PROGRAM
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Kopi
STRATEGI
Revitalisasi Lahan
Revitalisasi Perbenihan
Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana
Revitalisasi SDM
Revitalisasi Pembiayaan Petani
Revitalisasi Kelembagaan Petani
Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
10
KEGIATAN PENGEMBANGAN KOPI
2008 - 2014
• Peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi kopi robusta
• Intensifikasi dan pengembangan kopi arabika (spesialty)
• Pengembangan integrasi kopi dengan ternak
Tersebar di 12 provinsi dan 32 kabupaten
seluas 44.504 Ha
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
11
TUNTUTAN PENGEMBANGAN KOPI SAAT INI
Penerapan
GAP Kopi
Keamanan Pangan
Keamanan
Lingkungan
Sustainable
Coffee
Production
Penerapan pembatasan
Maximum Residu Limits
(MRLs)
Rasional
Standar Mutu
Kepastian Produksi Kopi
secara Berkelanjutan
Pembangunan perkebunan dilaksanakan
dengan azas berkelanjutan
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
UUD 1945
Pasal 33
Undang-Undang Nomor
18/2004 tentang
Perkebunan
Perlunya standar
nasional (ISCoffee)
12
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
13
DESAIN PENGEMBANGAN KLASTER
KAWASAN KLASTER
AGRIBISNIS KOPI
• PERBAIKAN TANAMAN
MELALUI PEREMAJAAN,
REHABILITASI, INTENSIFIKASI
• PERLUASAN TANAMAN
• BIBIT TANAMAN UNGGUL
BERMUTU
• PUPUK DAN PESTISIDA
• PENERAPAN GAP
KELEMBAGAAN
• GAPOKTAN
• KOPERASI
UNIT PENGOLAHAN
TINGKAT PETANI
• PEMBERDAYAAN PETANI
• PENINGKATAN MANAJEMEN
ADMINISTRASI
INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI
(kopi olahan)
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
14
DUKUNGAN YANG DIPERLUKAN
INTERNAL
Peningkatan peran Pemda untuk
penyediaan lahan, sertfikasi kebun,
SDM, infrastruktur dan sebagian
pendanaan untuk kegiatan
pengembangan, pembentukan
koperasi berbadan hukum berbasis
kopi
Peningkatan peran pemerintah
pusat dalam hal penyediaan
infrastruktur, energi, tenaga ahli,
perbaikan dan pengembangan
tanaman, peningkatan mutu,
fasilitasi untuk menarik investor
baru.
Fasilitasi kredit investasi (perbankan)
EKSTERNAL
K
L
A
S
T
E
R
Dukungan dari organisasi Kopi
internasional melalui peran aktif
pemerintah dan swasta dalam
keanggotaan ICO.
Peningkatan peran serta swasta
seperti perusahaan industri kopi,
eksportir, asosiasi di bidang kopi.
Melibatkan secara aktif NGO
dalam hal pemberdayaan SDM
petani dan petugas
Fasilitasi research and development
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
15
15
PENUTUP
•
•
•
Tuntutan pasar global untuk menghasilkan produk kopi berkelanjutan.
Dengan demikian maka penerapan kopi berkelanjutan harus segera
dilaksanakan dan sebagai langkah awal adalah penerapan sistem budidaya
kopi yang baik (Good Agriculture Practices/GAP).
Perlunya kriteria penilaian kopi berkelanjutan. Saat ini sertifikasi kopi
memiliki kriteria yang berbeda-beda tergantung pada konsumen. Apabila
akan dibuat standar/kriteria Kopi Berkelanjutan Indonesia (Indonesian
Sustainable Coffee/ISCoffee) dalam satu standar nasional, belum tentu
dapat diterima oleh konsumen yang lain sehingga memerlukan persepsi
yang sama dari para konsumen (harmonisasi). Contoh sertifikasi kopi di
dunia : Fairtrade, Utzkapeh, Organic Coffee, Common Code for Coffee
Community (C4), Rainforest Alliance, Coffee And Farmer Equity (CAPE),
Practices (Starbucks).
Ekspor kopi Indonesia ke Jepang yang selama ini mendapat pengawasan
100% atau Inspection order dari Pemerintah Jepang (karena terkontaminasi
carbaryl) telah diturunkan statusnya menjadi Stricter Monitoring
(pengawasan 30%).
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
16
Lanjutan..
•
•
•
Perlu ditingkatkan kualitas ekspor kopi dari kopi biji menjadi kopi bubuk
atau produk olahan lainnya. Dengan demikian akan meningkatkan nilai
tambah dan daya saing kopi Indonesia di pasar Internasional.
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk kopi spesialty. Untuk itu perlu
terus diupayakan potensi kopi spesialty lainnya yang belum muncul dan
bagi kopi spesialty yang telah dikenal serta memiliki nama agar segera
dilakukan sertifikasi Indikasi Geografisnya.
Pengembangan kopi ke depan dilaksanakan dalam model kawasan
agribisnis kopi yang meliputi pengembangan dari hulu sampai hilir yang
memerlukan infrastruktur yang cukup memadai antara lain jalan, listrik,
energi dan pelabuhan.
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
17
17