Bab VIII Ke-PGRI-an - stkip pgri sumenep

Download Report

Transcript Bab VIII Ke-PGRI-an - stkip pgri sumenep

BAB VIII
PGRI
MENYONGSONG
MASA DEPAN


Pada masa mendatang, PGRI harus terus
mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan
jamannya. Sesuai dengan dinamika yang terus
berlangsung, PGRI harus dapat memberikan jawaban
terhadap masalah yang muncul, menyikapi tantangan
yang menghadang dan memberikan kontribusi terhadap
tuntutan dan pemenuhan kebutuhan yang dihadapi
bangsa, khususnya berkaitan dengan dunia pendidikan
yang secara lebih spesifik bersentuhan dengan persoalan
guru.
Mohamad surya (2003) menyatakan, bahwa menghadapi
era Reformasi menyongsong masa depan, PGRI harus
memiliki paradigma baru yang paham dan mampu
menyikapi tantangan, memiliki jati diri yang kuat, memiliki
keterbukaan untuk membangun tata kelola organisasi, dan
membangun hubungan kemitraan internasional. PGRI
menyongsong masa depan perlu diketahui dan dipahami
oleh calon guru dan guru serta tenaga kependidikan
lainnya.
A. Paradigma Baru PGRI
1. Tantangan PGRI
 Tantangan global adalah kecenderungan
kehidupan di masa depan khususnya pada
abad ke-21 yang ditandai dengan berbagai
perubahan yang berlangsung dengan cepat
terutama dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan segala dampaknya.
Tantangan nasional bersumber dan perkembangan
reformasi di segala bidang :
a. pergeseran dan pola-pola pemerintahan yang otoriter
menjadi lebih demokratis dengan melibatkan partisipasi
seluruh warga negara;
b. kehidupan yang tertutup dan kaku akan bergeser
menuju kehidupan yang terbuka dan luwes;
c. atanan ekonomi yang mengandalkan monopoli,
konglomerasi, nepotisme dan kronisme akan bergeser
menuju tatanan ekonomi yang berpangkal pada
pemberdayaan ekonomi kerakyatan;
d. komunikasi satu arah dan top-down akan bergeser
pada komunikasi dua arah yang bersifat bottom-up;
dan
e. model pengelolaan sentralistik akan bergeser menuju
pengelolaan yang desentralistik dengan memberi
peluang yang lebih besar bagi pemberdayaan
daerah.



Tantangan organisasional adalah tantangan yang
bersumber dari terjadinya perubahan dalam kehidupan
berbagai organisasi sebagai konsekuensi dari perkembangan
global dan nasional sebagaimana dikemukakan di atas
Sebagai suatu organisasi pembelajar, PGRI harus memiliki
kecakapan untuk:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
lebih siap berpartisipasi dan beradaptasi dengan
perkembangan lingkungan,
melakukan akselerasi dan mengembangkan hasil, proses
dan layanan yang lebih baik,
menjadi lebih cakap untuk belajar dan pesaing dan mitra
kerja,
melakukan transfer pengetahuan dan satu bagian
organisasi ke bagian lainnya,
belajar secara efektif dan kesalahan-kesalahan sendiri,
memberdayakan sumberdaya manusia pada setiap jenjang
organisasi,
mempersingkat waktu yang diperlukan untuk menerapkan
perubahan strategis,
merangsang perbaikan yang tenus menerus pada setiap
bidang dan jenjang organisasi.
 Nilai
Keterbukaan dan Lingkup Reformasi PGRI
 Reformasi PGRI sesuai dengan visi dan misi
yang dikemukakan di atas hanya dapat
terwujud apabila didasari nilai-nilai
keterbukaan. Keterbukaan tersebut menurut
Surya (2003) mencakup keterbukaan terhadap
partisipasi, perbedaan, konflik, keterbukaan
terhadap pandangan dan refleksi serta
keterbukaan terhadap kesalahan.
 Keterbukaan
terhadap partisipasi. Di masa lalu,
kehidupan organisasi cenderung mengikuti dan
melakukan “apa maunya” pimpinan. Akibatnya,
organisasi menjadi pasif dan kurang inisiatif. Di
masa kini dan masa depan, organisasi harus diberi
kesempatan untuk berpartisipasi secara pro-aktif
dalam setiap pembahasan dan keputusan yang
menyangkut kinerja organisasi.
 Pengurus dan anggota PGRI yang selama ini hanya
berada dalam posisi “harus siap melaksanakan”
perlu dilibatkan dan diajak bicara mengenai
berbagai kebijakan organisasi.
 Keterbukaan
terhadap perbedaan. Di masa lalu,
setiap unsur organisasi bekerja sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan “dan atas”, dan
semua harus siap melaksanakannya apakah suka
atau tidak suka.
 Perbedaan pendapat adalah tabu. Kondisi ini
harus diubah dengan membuka seluas-luasnya
adanya perbedaan perspektif tentang berbagai
isu yang dihadapi, khususnya dalam
pengembangan organisasi.
 Keterbukaan
terhadap konflik. Di masa lalu,
komunikasi dalam organisasi selalu diarahkan untuk
terciptanya keharmonisan dan kebahagiaan
kelompok dengan sekecil mungkin menekan
terjadinya konflik. Padahal konflik pada
hakekatnya merupakan hal yang normal sebagai
wujud dan dinamika organisasi. Pada era
reformasi, konflik bukannya sesuatu yang harus
dihindari sama sekali, melainkan harus diselesaikan
secara terbuka dan transparan melalui cara-cara
yang sehat.
 Keterbukaan
terhadap pandangan dan refleksi.
Di masa lalu, segala pola perilaku individu
dalam organisasi tetap ditetapkan secara baku
dan ditentukan pula tata caranya, sehingga
kecil sekali kesempatan tampilanya kreativitas
dan inovasi.
 Pada era reformasi, keadaan itu harus bergeser
dengan membuka kesempatan kepada setiap
individu untuk mengemukakan pikiran dan
perasaannya, dan di pihak lain menghargai
pola pikir orang lain dalam upaya mencapai
keputusan organisasi yang lebih baik.
 Keterbukaan
terhadap kesalahan. Di masa lalu,
setiap orang dituntut untuk berbuat tanpa
kesalahan dan bekerja seefisien mungkin, bahkan
ada kecenderungan pimpinan seolah-ohuh
selalu benar. Pada era reformasi, terjadi
pergeseran pandangan bahwa siapapun dan
pihak manapun dapat berbuat kesalahan atau
kekeliruan; yang diperlukan adalah kesediaan
untuk selalu belajar dan kesalahan itu untuk
perbaikan pada masa kini dan masa
mendatang. Justru dinamika organisasi terjadi
apabila semua orang mau belajar dari
kesalahan-kesalahan di masa lalu.
B. PGRI pada Era Otonomi Daerah
Surya (2003), perkembangan yang harus direspons oleh
PGRI dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah
melakukan adaptasi dalam aspek struktur, kultur,
substansi, dan sumberdaya manusia.
Pertama, dalam aspek struktur harus dilakukan
penyesuaian struktur organisasi yang sesuai dengan
semangat otonomi daerah tanpa kehilangan jatidirinya.
Kedua, dengan adaptasi organisasi dalam konteks
otonomi daerah, PGRI di daerah harus memiliki kualitas
keberdayaan, kemandirian, kreativitas, dan wawasan
yang unggul dalam mewujudkan kinerjanya
Ketiga, program-program kerja yang terfokus pada
amanat anggota dan sesuai dengan kondisi daerah
perlu dikembangkan melalui berbagai forum organisasi.
Keempat, kualitas sumberdaya manusia PGRI merupakan
modal utama dalam mewujudkan kinerja organisasi
pada era otonomi daerah.


PGRI dalam Kancah International
Dalam kancah Internasional PGRI harus proaktif. Surya
(2003) menegaskan, bahwa PGRI pada masa
globalisasi tidak cukup membangun kemitraan dengan
segenap pemangku kepentingan yang ada di dalam
negeri sebagai bagian dari elemen bangsa. Akan
tetapi, kiprahnya harus diperluas dengan membangun
kemitraan secara internasional, khususnya melalui
Educational International (EI). Dengan memperkuat
bangunan kemitraan dengan Educational International
(EI), PGRI dapat belajar banyak dari organisasi guru
dari banyak negara di dunia; dan PGRI dapat
mentransformasikan keberadaan PGRI, ide dan
gagasan PGRI untuk masyarakat dunia dalam
membangun tatanan dunia baru yang lebih baik,
khususnya pada aspek pendidikan.







Soal dan Tugas
Jawablah soal-soal dan kerjakan tugas-tugas di bawah ini
PGRI sebagai organisasi yang terus berjalan akan dihadapkan pada
tantangan. Berilah penjelasan bagaimana PGRI menjawab
tantangan jamannya.
PGRI memiliki harus memiki keterbukaan dalam menyikapi
perkembangan yang terus berlangsung. Berilah penjelasan
bagaimana membangun keterbukaan di PGRI.
PGRI di era otonomi daerah harus pula menunjukkan kiprahnya
secara maksimal. Berilah penjelasan bagaimana kiprah PGRI di era
otonomi pendidikan.
PGRI di era globalisasi harus membangun kerjasama dengan
masyarakat Internasional. Bagaimana PGRI membangun kerjasama
Internasional sebagai respon terhadap perkembangan global.
Buatlah suatu karya tulis huruf arial, font 12, spasi 1,5, dan minimal 2
halaman kuarto dengan pilihan topik:



Jatidiri PGRI menjawab tantangan masa depan;
Terobosan PGRI menghadapi tuntutan pembangunan pendidikan di era
otonomi daerah;.
Tanggung jawab PGRI dalam membangun tatanan dunia baru pendidikan
yang lebih baik.