FGD 3b Bandung Raya - Metropolitan Jabar

Download Report

Transcript FGD 3b Bandung Raya - Metropolitan Jabar

PEREKONOMIAN METROPOLITAN
BANDUNG RAYA
Acuviarta Kartabi
Dosen / Peneliti / Pengamat Ekonomi
DEFINISI
• Metropolitan: sebuah pusat populasi besar yang terdiri atas satu metropolis
besar dan daerah sekitarnya, atau beberapa kota sentral yang saling
bertetangga dan daerah sekitarnya. (wikipedia.org)
• Metropolitan: kota besar yg menguasai daerah sekelilingnya dng adanya
kota satelit dan kota pinggiran. (kamusbahasaindonesia.org)
• Metropolitan: wilayah cepat tumbuh penuh persaingan yang mempunyai
peran penting dalam membangun ekonomi wilayah, mensejahterakan
masyarakat, modernisasi, dan keberlanjutan pembangunan sehingga perlu
dikelola dengan baik dan dikembangkan sebagai penggerak percepatan
pembangunan di seluruh wilayah di Jawa Barat (Raperda)
• Metropolitan: melihat ukuran dimana daerah-daerah administratif yang
bersebelahan dan telah berciri kota akan membentuk konurbasi (suatu
kawasan tempat bergabungnya beberapa kota) dan menjadi suatu kota yang
sangat besar. (Mc Gee, dan Robison 1995, Jones, 2002; Montgomery, dkk,
2003; Doxiadis, 1969)
INDIKATOR EKONOMI (1)
KAB/KOTA
KOTA
BANDUNG
JUMLAH
PENDUDUK
(JIWA)
PDRB
KAB/KOTA
(JUTA RP)
PMA DAN PMDN
(JUTA RP)
PMA DAN PMDN
(JUTA RP)
JAN-JUNI 2014
2.394.873
37.558.320 (2012)
5.977.939 (2013)
1.127.467
541.177
7.231.284 (2012)
-
15.750
KAB. BANDUNG
3.178.543
24.443.222 (2012)
1.620.104 (2013)
646.150
KAB. BANDUNG
BARAT
1.510.284
8.329.988 (2011)
308.451 (2013)
383.106
KAB.
SUMEDANG
1.093.602
5.879.092 (2011)
623.369 (2013)
376.089
KOTA CIMAHI
INDIKATOR MAKRO INDUSTRI: PDRB/PDB 2011-2013
INDONESIA
2011
2012
2013
633,8
670,2
707,5
2.464,6
2.618,9
2.770,3
25,72
2011
25,59
2012
25,54
2013
Industri Manufaktur (Triliun Rupiah)
144,01
149,68
157,64
PDRB (Triliun Rupiah)
343,19
364,75
386,84
Industri Manufaktur (Triliun Rupiah)
PDB (Triliun Rupiah)
Share Sektor Industri Terhadap PDB (%)
JAWA BARAT
Share Sektor Industri Terhadap PDRB (%)
1.
2.
3.
41,96
41,04
40,75
Kontribusi sektor industri menurun dalam 3 tahun terakhir (2011-2013),
baik di Jawa Barat maupun Indonesia
Peran sektor industri dalam Perekonomian Jawa Barat lebih besar
dibandingkan indikator yang sama secara nasional
Kontribusi sektor industri di Jawa Barat terhadap Sektor Industri
Nasional juga turun dalam 3 tahun terakhir (2011-2013): Masingmasing 22,72% (2011), 22,33% (2012) dan 22,28% (2013)
INDIKATOR MAKRO (KREDIT DAN INVESTASI)
•
•
•
Saat ini kita dihadapkan pada kondisi 42,15% dari total
outstanding penyaluran kredit di Jabar ada di Kota
Bandung.
Tentu bukan tanpa alasan mengapa investasi hanya terpusat
pada 3-4 wilayah saja, data BKPPMD Jabar : 36%
investasi PMA dan PMDN ada di Kabupaten
Karawang, 33% di Kabupaten Bekasi, 13% di Kota
Bekasi. Bagaimana investasi Kabupaten/Kota lainnya?
KOTA BANDUNG?
Untuk menyerap satu orang tenaga kerja di dibutuhkan
investasi antara Rp.191 Juta hingga Rp.273 Juta, BISA
KITA BAYANGKAN BERAPA JUMLAH TENAGA
KERJA YANG MAMPU KITA SERAP DENGAN
INVESTASI YANG ADA?
KONSUMEN BANDUNG RAYA
•
•
•
•
•
Sekarang tinggal bagaimana kita, KONSUMEN SUDAH MENUNGGU, MARKET
SIZE KITA BESAR.
PT.Jasa Marga menginformasikan, ada 55.991 ribu kendaraan yang melewati 11 pintu
tol masuk ke wilayah di Jabar (bayangkan ada 55 juta 991 ribu kendaraan roda 4).
Tidak kalah fantastis, ada 698.238 orang yang masuk ke Jawa Barat (Bandung)
melalui Bandara Husein Sastra Negara.
299.754 orang dari total 698.238 orang, masuk ke Bandung melalui Husein Sastra
Negara melalui Jalur Penerbangan Internasional. Dari 299.754, sekitar 74,1% berasal
dari Malaysia dan 14,2% dari Singapura
Dengan 74,1% adalah wisatawan Malaysia dari total 299.754 orang yang masuk
melalui jalur penerbangan internasional adalah sebanyak 222.117 orang dan 42.565
orang Singapura ( 14,2% dikali 229.754) kemudian saya kalikan dengan rata-rata
pengeluaran wisatawan Malaysia (685 USD) dan Singapura (603 USD) per kunjungan
ke Indonesia, maka total pengeluaran wisatawan Malaysia dan Singapura mencapai
177,8 Juta USD. Kalau saya kalikan dengan kurs (katakanlah Rp.10.000/USD), maka
nilai Rupiah pengeluaran mereka (asumsi) selama di Jawa Barat lebih Rp.1,7Triliun
INDIKATOR MAKRO INDUSTRI: INVESTASI 2013
PERINGKAT 10 BESAR INVESTASI
LANGSUNG (PMA/PMDN)
Jumlah LKPM Jumlah Investasi (Rp.) Rasio (%)
KAB/KOTA JAWA BARAT 2013
Kab Karawang
2.410
41.073.102.357.000
43,92
Kab Bekasi
4.198
22.198.437.840.526
23,74
Kab Purwakarta
611
6.739.909.597.821
7,21
Kota Bandung
6.671
5.977.939.300.460
6,39
Kab Bogor
211
2.660.937.683.500
2,85
Kota Bekasi
474
2.392.114.424.298
2,56
Kota Depok
1.191
1.698.926.145.654
1,82
Kab Bandung
1.894
1.620.104.992.904
1,73
Kab Subang
900
1.548.712.304.000
1,66
Kab Sukabumi
704
1.282.953.083.867
1,37
INDIKATOR MAKRO INDUSTRI
PERDA (2)
METROPOLITAN:
• WILAYAH CEPAT TUMBUH
• TINGKAT PERSAINGAN TINGGI
• BERPERAN PENTING DALAM
PEMBANGUNAN WILAYAH /
KESEJAHTERAAN / MODERNISASI /
KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN
PERDA (3)
TANDA METROPOLITAN DI JAWA BARAT:
• AGLOMERASI KEGIATAN EKONOMI
• AGLOMERASI KEGAITAN PENDUDUK
• PENINGKATAN INTENSITAS LAHAN
TERBANGUN
• AKTIVITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
MENINGKAT DALAM KURUN WAKTU YANG
RELATIF SINGKAT
MEGAPOLITAN BANDUNG RAYA
• MASALAH KOTA BANDUNG TERKAIT DENGAN
MASALAH DENGAN KAB/KOTA SEKITARNYA
• MASALAH KOTA BANDUNG ADALAH MASALAH
PENGGUNAAN/KETERBATASAN LAHAN
• PERUBAHAN KOTA BESAR MENJADI
METROPOLITAN HARUS DIIKUTI DENGAN
PERUBAHAN STRUKTUR (TITIK KRITISNYA DI
PENATAAN RUANG SEPERTI PENENTUAN
KAWASAN
INDUSTRI/PERDAGANGAN/JASA/SISTEM
TRANSPORTASI/FASILITAS UMUM/PERUMAHAN
DAN SEBAGAINYA
METROPOLITAN BANDUNG RAYA
•
•
•
•
•
•
Kota Bandung,
Kota Cimahi,
Sebagian Wilayah Kab Bandung,
Sebagian Wilayah Kab Bandung Barat,
Sebagian Wilayah Kab Sumedang)
PASAL 23 PERDA tentang Pengelolaan Pembangunan dan
Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Provinsi
Jawa Barat DISEBUTKAN: BANDUNG RAYA BERBASIS
WISATA PERKOTAAN, INDUSTRI KREATIF, DAN IPTEK +
SENI
METROPOLITAN BANDUNG: PERSPEKTIF EKONOMI
•
•
•
•
•
•
•
•
Mobilitas Penduduk Antar DaerahTinggi
Bottlenecking Tinggi
Koordinasi Pengembangan Kawasan Ekonomi
Sinergi Hulu (Produksi) dan Hilir (Pemasaran)
Distribusi Tingginya Mobilitas Penduduk
Sinergi Kebijakan Ekonomi
Sinergi Pembiayaan Pembangunan
Strategi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi (Backward Linkage
and Forward Linkage Effect)
• Mengatasi Masalah-Masalah Kebencanaan
KONSEP DASAR METROPOLITAN BANDUNG RAYA
• Ide/Konsep METROPOLITAN BANDUNG RAYA perlu dianalisis
dan dipersiapkan secara matang.
• Perkembangan ekonomi KOTA BANDUNG sebagai suatu economic
region, telah melampaui batas wilayah administrasinya (political
region), sehingga dibutuhkan pengaturan dan perencanaan yang lebih
terintegrasi untuk kebutuhan masa depan untuk kepentingan bersama.
• Konsep METROPOLITAN BANDUNG RAYA merupakan suatu
sudut pandang alternatif solusi yang bersifat alamiah.
• Ide dasarnya bagaimana Kota Bandung dan sekitarnya dapat menjadi
kawasan yang memiliki competitiveness yang tinggi SELANJUTNYA
BISA MENARIK INVESTASI
• Seandainya KOTA BANDUNG gagal menjadi lokasi tujuan investasi,
maka dampak negatif ini tidak hanya dirasakan oleh daerah sekitarnya
dan bahkan dirasakan secara nasional
KONSEP DASAR METROPOLITAN BANDUNG RAYA
METROPOLITAN BANDUNG RAYA harus bisa
memadukan fungsi ekonomi dan sosial melalui:
(1) suatu jaringan fisik (seperti transportasi dan
komunikasi),
(2) jaringan ekonomi (keterhubungan produksi, pola
interaksi pasar, aliran kapital, barang, dan jasa),
(3) jaringan administrasi.
•
KONSEP DASAR METROPOLITAN BANDUNG RAYA
DARI SUDUT PANDANG SPASIAL:
• Dari sudut pandang ekonomi spasial, Megapolitan
Bandung Raya Merupakan Pusat Produksi dan
Arus Distribusi (Perdagangan) Dari Jabar Bagian
Barat ke Jabar Bagian Selatan
• Kota Bandung sebagai pusat destinasi ekonomi
yang kemudian terdistribusi ke wilayah sekitarnya
• Masalah bersama Kota Bandung dan Kab/Kota
Sekitarnya: banjir, transportasi, sampah, penataan
ruang, dan urbanisasi.
KONSEP DASAR METROPOLITAN BANDUNG RAYA
• Metropolitan Bandung Raya Dapat Dilihat Sebagai
Aglomerasi Ekonomi Dalam Skala Besar (Melewati
Batas Wilayah) karena pertimbangan:
(1) Minimalisasi biaya transport, biaya produksi,
kekuatan ekonomi aglomeratif, permintaan pasar,
maksimisasi laba, dll (Teori Tempat Sentral)
(2) Industri yang mengalami ekspansi yang berlokasi di
suatu daerah perkotan, mendorong berkembangnya
kegiatan industri lain keseluruh daerah dalam lingkup
yang luas (Teori Kutub Pertumbuhan)
DAYA SAING PEREKONOMIAN
DAYA SAING PEREKONOMIAN (WCR 2013-2014)
DAYA SAING PEREKONOMIAN (MP3EI)
Daya Tarik Investasi
Faktor
Pertimbangan
Bisnis

Kedekatan Dengan Pasar
 Ketersedian Bahan Mentah
 Kedekatan Dengan Konsumen
 Kesiapan Lokasi
Pendukung

Tenaga Kerja

Biaya

Infrastruktur

Dukungan Perbankan
 Dukungan Pemerintah
 Dukungan Bahasa dan Karakteristik Lokal
 Tingkat Pajak Perusahan (Insentif)
Ketersedian Buruh
 Keterampilan Buruh
 Karakteristik Perburuhan
Harga dan Sewa Tanah
 Upah Buruh
Kualitas Infratruktur Transportasi
 Kedekatan Dengan Pelabuhan dan Bandar Udara
Dukungan Yang Dibutuhkan
•
•
•
•
•
•
•
Dukungan Perkembangan Ekonomi Wilayah Sekitar
Adanya Sosialisasi Kepada Calon Investor Dan Semua Stakeholders
Linkage Pengembangan Investasi Dengan Investasi di Daerah Sekitarnya
Penyedian Jasa Pendukung Yang Menunjang
Adanya Insentif Pemerintah Kota
Komitmen Semua Stakeholders
Menyelesaikan Hambatan Struktural:
1.
2.
3.
4.
Keterbatasan Infrastruktur Karena Keterbatasan Anggaran
Rendahnya Profesionalisme Tenaga Kerja
Areal Investasi Terbatas Sehingga harga Tanah dan Sewa Tanah Tinggi
Birokrasi Yang Berbelit-Belit
Parameter Daya Saing Investasi
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Institusi
Infrastruktur
Stabilitas Makro Ekonomi
Pasar Yang Baik dan Efisien
Pasar Tenaga Kerja Yang Efisien
Pasar Keuangan Yang Memuaskan
Kesiapan Teknologi
Ukuran Pasar
Kepuasan Bisnis
Inovasi
Kriteria Penentuan Lokasi Investasi
(Survei UNCTAD 2012)
• Market-Related Factor (Size of local Market,
Growth of local market, Access of Regional market)
• Resources-Related Factor (Skilled labour, Access to
Natural resources, Access to capital market)
• Efficiency Seeking (Cheap labour)
• Quality of Business Environment (Government
Effectiveness incentives, Stable investment
environment)
• Others Motivations (Follow the leader, others)
• TERIMA KASIH