pernikahan.2

Download Report

Transcript pernikahan.2

PERNIKAHAN
LANJUTAN
MAKNA PERNIKAHAN
I. Merupakan satu-satunya institusi yang sesuai
dan selaras dengan syariat Islam. Institusi dan
lembaga resmi yg dapat melegalkan adanya
hubungan antara laki-laki dan perempuan.
II. Merupakan asal dari sebuah sistem kekerabatan antara satu dengan yang lainnya.
Sistem yang akan menimbulkan adanya hak
kewarisan secara syar’i dlm sebuah keluarga.
III. Merupakan upaya dalam menghapuskan pelacuran dan maksiat. Sehingga keturunan yang
lahir dari sebuah pernikahan merupakan
keturunan yang sah dan baik.
IV. Merupakan sebuah hubungan yang terjalin dari
manifestasi cinta dan kasih sayang manusia
terhadap yang lainnya. Dengan demikian akan
terjaga regenerasi dlm upaya melestarikan dan
mengembangkan peradaban manusia di muka
bumi.
ASAS-ASAS PERNIKAHAN
I. Rasa Cinta,
yaitu seruan hati yg menyangkut eksistensi
manusia. yg kemudian tumbuh secara
spontan dan alami
II. Adanya kesiapan dan kerelaan antara kedua
belah pihak.
Yaitu kesiapan untuk menjalani ikatan dan
perjanjian yg telah disepakati hingga waktu
yang tidak terbatas.
III. Kebebasan,
Yaitu adanya kehendak diri sendiri untuk
menjalani ikatan dan perjanjian suci yang telah
disepakati dengan tanpa ada paksaan dari
siapapun.
RUKUN NIKAH
 Adanya mempelai laki-laki dan perempuan
 Adanya Wali Nikah
 Dua orang saksi
 Mahar atau maskawin
 Shighat akad (Ijab Kabul)
SYARAT-SYARAT PERNIKAHAN
A. Syarat bagi kedua mempelai :
1. Keduanya telah mencapai usia balig dan
berakal.
2. Mempelai bukanlah muhrim atau orang yang
tidak boleh dinikahi.
3. Perempuan yg dinikahi bukan perempuan yg
berada dlm masa iddah.
4. Keduanya tdk berada dlm ikatan perkawinan
dng orang lain.
5. Keduanya bukan dalam keadaan ihram dan
haji.
6. Perempuan yang dinikahi bukan perempuan
musyrik.
B. Syarat yg ditetapkan bagi wali nikah ;
1. Orang yg balig, berakal, dan mempunyai
sifat adil.
2. Orang yang terdekat dengan mempelai
perempuan secara kekerabatan.
4. Wali hendaklah laki-laki.
5. Perempuan yg tidak ada wali dari kerabat
atau wali nasab dan ketiadaan wali nasab
disebabkan hal yang diperbolehkan maka
boleh mengangkat wali hakim dengan
ketentuan yang telah ditentukan Kantor
Urusan Agama.
Adapun yang berhak menjadi wali perempuan
disesuaikan dengan kedekatan kekerabatan
sebagaimana tingkatan berikut :
1. Bapak
2. Kakek
3. Saudara laki-laki kandung atau seayah seibu
4. Saudara laki-laki seayah
5. Anak laki-laki dr sdr laki-laki seayah & seibu
6. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
7. Sdr laki-laki bpk atau paman dr pihak bpk
8. Anak laki-laki paman dari pihak bapak
9. Hakim (wali hakim), apabila tdk terdapat
susunan wali dengan tingkatan kekerabatan
di atas maka perempuan dapat mengangkat
wali nikah baginya.
BENTUK-BENTUK PERNIKAHAN
YANG DIHARAMKAN
 NIKAH MUT’AH
 NIKAH SYIGHAR
 PERNIKAHAN SEORANG LAKI-LAKI
DENGAN PEREMPUAN KAFIR.
 PERNIKAHAN SEORANG LAKI-LAKI
DENGAN PEREMPUAN YANG SEDANG
DALAM MASA IDDAH.
Hak seorang suami :
1. Berhak ditaati oleh istrinya selama suami
memerintahkan sesuatu hal yang baik atau segala
perbuatan yang tidak termasuk dalam maksiat.
2. Berhak mendapatkan penjagaan dan pemeliharaan
harta dan kehormatan yang baik dari istrinya.
3. Berhak mendapatkan penyerahan diri istrinya
dengan secara sungguh-sungguh atau secara lahir
batin.
4. Berhak menerima permintaan izin istrinya apabila
keluar rumah dan mau berpuasa sunah.
5. Berhak mendapatkan penyertaan dari istrinya
apabila bepergian.
Kewajiban suami terhadap istrinya :
1. Wajib menafkahi istrinya.
2. Wajib menggauli istrinya dengan cara yg baik dan
tidak menggaulinya ketika dlm keadaan haid dan
nifas.
3. Wajib membina akhlak istrinya.
4. Wajib menjaga istrinya dengan baik dengan
segala kehormatannya,
5. Wajib lemah lembut dan memberikan kasih
sayang yang penuh pada istrinya.
6. Wajib menjadi kepala keluarga yg baik dapat
melindungi dan dapat memberikan
kesejahteraan yg cukup bagi istri dan
keluarganya.
Hak istri dari suaminya :
1. Berhak mendapatkan nafkah yg baik dan
cukup dari suaminya.
2. Berhak mendapatkan kenikmatan lahir dan
batin.
3. Berhak mendapatkan penyertaan suaminya
sampai seminggu setelah menikah.
4. Berhak mendapatkan izin dari suaminya
ketika hendak merawat mahramnya,
mengunjungi atau melayat jenazah salah
satu keluarganya.
Kewajiban istri terhadap suami :
1. Wajib mentaati suami dlm segala hal yg
termasuk kepada kebaikan dan tidak wajib
taat terhadap hal-hal yg termasuk kepada
maksiat.
2. Wajib menjaga kehormatan dirinya, suami
dan keluarganya.
3. Wajib mengurus dan mengelola rumah
tangga dng baik.
4. Berusaha menyenangkan suami.
5. Wajib merawat dan mengurus anakanaknya dng baik dan memberikan
pendidikan yang baik.