slaid tafsir surah al-insan

Download Report

Transcript slaid tafsir surah al-insan

‫ﭔ ﭕﭼ‬
‫ﭑﭒ ﭓ‬
‫ﭽ‬
AYAT PERTAMA
‫ﯦ ﯧﭼ‬
‫ﯟ ﯠ ﯡ ﯢﯣ ﯤ ﯥ‬
‫ﭽ ﯜﯝ ﯞ‬
Bukankah telah datang atas manusia satu
waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum
merupakan yang dapat disebut?(QS. 76:1)
Dalam ayat pertama ini Allah menegaskan
tentang proses kejadian manusia dari tidak
ada menjadi ada, pada saat manusia belum
berwujud sama sekali. Disebutkan bahawa
manusia berasal dari tanah yang tiada dikenal
dan disebut-sebut sebelumnya, apa dan
bagaimana jenis tanah itu tidak dikenal sama
sekali. Kemudian Allah meniupkan roh
kepadanya, sehingga jadilah dia makhluk yang
bernyawa.
AYAT KE-2
‫ﯨ‬
‫ﯪﯨ‬
‫ﯲ ﯱ ﯰ ﯯ ﯮ ﯭ ﯬﯫ‬
Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari setitis mani yang bercampur yang
Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan
larangan), kerana itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat.(QS. 76:2)
Ayat kedua ini menerangkan unsur-unsur yang
membentuk manusia (setelah lewatnya masa
ciptaan pertama) yakni bahawa manusia
diciptakan dari sperma (nutfah) laki-laki dan
ovum perempuan yang bercampur. Berasal dari
sulbi laki-laki dan tulang-tulang dada
perempuan dan keluar secara berpancaran
(surah At Tariq: 6-7).
Maksud Allah menjadikan manusia untuk
mengujinya dengan membebankan kepadanya
berupa perintah (taklif) dan larangan setelah
dia mencapai usia dewasa. Dengan kata lain
maksud penciptaan manusia adalah untuk
menjunjung tegaknya risalah Allah di atas
dunia ini. Untuk menguji mereka itu boleh pula
dalam bentuk apakah mereka (manusia) boleh
bersyukur pada waktu senang dan gembira,
sebaliknya apakah sanggup sabar (tabah)
ketika menghadapi musuh.
Maka yang dimaksud dengan "amsyaj"
(bercampur) dalam ayat ini ialah bercampurnya
sperma laki-laki yang berwarna keputih-putihan
dengan sel telur perempuan yang kekuningkuningan. Campuran itulah yang menghasilkan
segumpal darah ( 'alaqah ) kemudian segumpal
daging ( mudgah ) , lalu tulang belulang yang
dibungkus dengan daging, dan seterusnya,
sehingga setelah 9 bulan dalam rahim ibu
lahirlah bayi yang sempurna.
Kerana kelahiran manusia pada akhirnya
bertujuan sebagai penjunjung amanat Allah,
kepadanya
dianugerahkan
pendengaran,
penglihatan yang memungkinkan dia menyimak
dan menyaksikan kebesaran, kekuasaan dan
besarnya nikmat Allah. Manusia dianugerahi,
pendengaran dan akal fikirannya itu, sebagai
bukti tentang kekuasaan Allah SWT. Disebutkan
secara khusus pendengaran, penglihatan,
kerana keduanya adalah indra yang paling
berfungsi mengamati ciptaan Allah yang
membawa manusia mentauhidkan-Nya.
Dengan alat penglihatan, pendengaran dan
dilengkapi pula dengan fikiran (akal)
tersedialah dua kemungkinan bagi manusia.
Apakah ia cenderung kembali kepada sifat
asalnya sebagai makhluk bumi sehingga ia
sama dengan makhluk lainnya seperti haiwan,
tumbuh-tumbuhan, atau ia cenderung untuk
menjadi makhluk yang Ilahiyah, yang berpikir
yang memperhatikan tentang kebesaran Nya?.
Demikianlah setelah dia menjadi manusia
yang
sempurna
pancainderanya
yang
memungkinkan dia untuk memikul beban
(taklif) dari Allah, maka diberikanlah
kepadanya dua alternatif jalan hidup seperti
disebutkan dalam ayat berikutnya.
AYAT KE-3
‫ﯵ ﯴﯳ ﭼ‬
‫ﭽ ﯺ ﯹ ﯸ ﯷﯶ‬
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan
yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula
yang kafir.(QS. 76:3)
Ayat ini menerangkan bahawa sesungguhnya
Allah telah menunjuki ke jalan yang lurus, ada
yang bersyukur dan ada pula yang kafir. Maka
dengan
bimbingan
wahyu-Nya
yang
disampaikan lewat Nabi Muhammad SAW
manusia telah ditunjuki jalan yang lurus dan
mana pula jalan yang sesat Allah menunjukkan
kepadanya kebaikan dan kejahatan.
Dari perkataan "Sabil" yang terdapat dalam
ayat ini tergambar keinginan Allah SWT
terhadap manusia yakni membimbing manusia
kepada hidayah-Nya sebab Sabil lebih tepat
diertikan sebagai “petunjuk" berbanding
“jalan”. Hidayah itu berupa dalil-dalil keesaan
Allah dan kebangkitan Rasul yang disebutkan
dalam kitab suci.
Sabil (hidayah) itu dapat ditangkap dengan
pendengaran, penglihatan dan pikiran. Tuhan
hendak menunjukkan kepada manusia buktibukti kewujudan-Nya melalui penglihatan
terhadap diri (ciptaan) manusia sendiri dan
melalui penglihatan terhadap alam semesta,
sehingga fikirannya merasa puas untuk
mengimani-Nya.
Akan tetapi memang sudah merupakan
kenyataan bahawa terhadap pemberian Allah
itu, sebagian manusia ada yang bersyukur
tetapi ada pula yang ingkar (kafir). Tegasnya
ada yang menjadi mukmin yang berbahagia,
ada pula yang kafir. Dengan sabil itu pula
manusia bebas menentukan pilihannya antara
dua alternatif yang tersedia itu.
Pada ayat lain disebutkan:
‫ﭝ ﭞ ﭟ ﭠ ﭡ ﭢﭣ ﭤ ﭥ ﭦ‬
‫ﭛ ﭜ‬
Ertinya: Yang menjadikan mati dan hidup,
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa
lagi
Maha
Pengampun.
(Q.S. Al-Mulk: 2)
‫ﭥ ﭦ ﭧ‬
‫ﭣ ﭤ‬
‫ﭠ ﭡﭢ‬
Ertinya: Dan sesungguhnya Kami benar-benar
akan menguji kamu agar Kami mengetahui
orang-orang yang berjihad dan bersabar di
antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik
buruknya) hal ehwal mu. (Q.S. Muhammad: 31)
Bahawa manusia diciptakan atas fitrah, dan
hidayah yang terlebih dahulu diterimanya
kemudian datang godaan untuk mengingkari
Allah, disebutkan dalam suatu ayat:
‫ﯝ ﯞ‬
‫ﯙ ﯚ ﯛ ﯜ‬
Ertinya: (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu.
(Q.S. Ar Rum: 30)
Dalam suatu hadis disebutkan:
Ertinya: "Tiada seorang pun yang keluar
(rumah), kecuali di pintunya ada dua bendera:
Bendera (yang satu) di tangan malaikat dan
bendera (yang lain) di tangan setan. Jika
seseorang keluar kerana mengharapkan apa
yang dicintai dan disenangi Allah, nescaya ia
diikuti oleh malaikat dengan benderanya.
Ia senantiasa berada di bawah bendera
malaikat sampai ia kembali ke rumahnya. Dan
jika seseorang keluar kerana mencari apa yang
dimurkai Allah, nescaya ia diikuti oleh syaitan
dengan benderanya. Ia senantiasa berada di
bawah bendera setan sampai ia kembali ke
rumahnya".
AYAT KE-4
‫ﯿ ﯻﭼ‬
‫ﯾ‬
‫ﯽ‬
‫ﯼ‬
‫ﭽﰁ ﰀ‬
Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orangorang kafir rantai, belenggu dan neraka yang
menyala-nyala.(QS. 76:4)
Ayat ini menerangkan bahawa sesungguhnya
Allah telah menyediakan bagi orang-orang kafir
rantai, belenggu dan neraka yang menyalanyala. Orang yang kafir di sini maksudnya orang
yang mengingkari nikmat dan pemberian yang
telah dianugerahkan kepadanya bahkan selain
mengingkari juga membantahnya.
Azab yang disediakan bagi mereka berupa:
rantai, belenggu dan neraka yang bernyalanyala. Rantai mengikat kaki supaya tidak lari,
sedang belenggu untuk merantai tangan dan
leher yang diikat ke neraka. Neraka Sa'ir (yang
bernyala-nyala) seperti disebutkan dalam
keterangan surah yang lalu adalah neraka yang
nyalaanya tidak dapat dibandingkan dengan
jenis api mana pun di atas dunia ini
Ayat lain menyebutkan:
‫ﮛ‬
‫ﮚ‬
‫ﮙ‬
‫ﮖ ﮗﮘ‬
Ertinya: Ketika belenggu dan rantai dipasang di
leher mereka, seraya mereka diseret.
(Q.S. Ghafir: 71)
AYAT KE-5
‫ﰄ ﰃﰂ ﭼ‬
‫ﰈ ﰇ ﰆﰅ‬
‫ﰉ‬
‫ﭽﰊ‬
Sesungguhnya orang-orang yang berbuat
kebaikan mereka akan minum dari gelas
(berisi minuman) yang campurannya adalah air
kafur,(QS. 76:5)
Ayat ini menerangkan balasan Allah kepada
orang yang berbuat kebaikan yaitu berupa
minuman dari gelas yang berisikan air yang
campurannya adalah air kafur, iaitu nama
suatu mata air di syurga yang airnya putih dan
baunya sedap serta enak rasanya.
AYAT KE-6
‫ﭽ ﭑ ﭒﭓ ﭔ ﭕ ﭖ ﭗ ﭘ ﭼ‬
(Iaitu) mata air (dalam syurga) yang
daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang
mereka dapat mengalirkannya dengan sebaikbaiknya.(QS. 76:6)
(Iaitu) mata air (dalam syurga) yang darinya
hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat
mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Jadi
kafur itu berasal dari mata air yang airnya
diminum oleh para hamba Allah yang
muqarrabin (yang dekat kepada-Nya). Mereka
dapat mengalirkan air sungai itu menurut
kehendak hati tanpa ada yang menghalang.
Mereka bebas menikmati air itu sepuaspuasnya. Air itu akan mengalir ke tempattempat yang mereka kehendaki, ke dalam
kamar, mahligai atau ke dalam kebun-kebun
yang mereka inginkan.
AYAT KE-7
‫ﭽ ﭙ ﭚ ﭛ ﭜ ﭝ ﭞ ﭟ ﭠﭼ‬
Mereka menunaikan nazar dan takut akan
suatu hari yang azabnya merata di manamana.(QS. 76:7)
Dalam ayat ini Allah menyebutkan beberapa
sifat
orang-orang
“abrar”
itu,
yakni:
Mereka menunaikan nazar dan takut akan
suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.
Menunaikan nazar adalah menepati sesuatu
kewajiban yang datang dari peribadi sendiri
dalam rangka mentaati Allah
Berbeza dengan kewajiban syara' (agama) yang
datang dari Allah, maka nazar bersifat
pembebanan yang timbul kerana keinginan
sendiri dengan niat mensyukuri nikmat Allah.
Baik nazar mahupun syara' kedua-dua hukumnya
wajib dilaksanakan.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam
Malik, Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah,
Rasulullah SAW bersabda yang ertinya: "Barang
siapa yang bernazar mentaati Allah, hendaklah ia
mematuhi (mentaati) nazar itu, (tetapi) janganlah
mendurhakai-Nya (janganlah penuhi nazar itu)"
Lebih lanjut soal nazar ini disebutkan dalam
beberapa hadis antara lain dapat diperoleh
ketentuan, yakni:
1.
Hadis riwayat Bukhari dari `Aisyah
menjelaskan bahawa nazar yang bermaksud
hendak menaati Allah wajib dipenuhi,
sedangkan nazar dengan niat mendurhakai
Allah tidak boleh dipenuhi. Demikian pula hadishadis riwayat Tirmizi, Abu Daud dan An Nasa'i.
2.
Rasulullah
SAW
memerintahkan
kepada Saad bin Ubadah agar membayar
puasa nazar yang pernah diucapkan oleh
ibunya yang telah meninggal. Demikian
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari
Sa'ad bin Ubadah.
Selain dari menyempurnakan janji, orang "abrar"
itu adalah orang yang mahu meninggalkan
segala perbuatan terlarang ( muharramat )
kerana takut akan dahsyatnya pembalasan yang
harus diterima di Hari Kiamat akibat
mengerjakannya. Sebab pada hari itu segala
kejahatan dan kedurhakaan yang pernah
dikerjakan seseorang disebarluaskan. Hanyalah
orang-orang yang dikasihi Tuhan saja yang
selamat dari keadaan yang mengerikan itu.
AYAT KE-8
‫ﭥ ﭦ ﭧ ﭨﭼ‬
‫ﭡ ﭢﭣ ﭤ‬
‫ﭽ‬
Dan mereka memberikan makanan yang
disukainya kepada orang miskin, anak yatim
dan orang yang ditawan.(QS. 76:8)
Selanjutnya ayat ini menerangkan bahawa
orang "abrar" ini memberikan makanan yang
sangat diperlukan dan disukainya kepada orang
miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.
Memberikan makan kepada orang miskin, anak
yatim dan tawanan (pada musim perang)
bererti pula memberikan bantuan dan
sokongan kepada orang yang memerlukan.
Disebutkan di sini makanan, kerana makanan
itu merupakan keperluan utama hidup
seseorang. Boleh jadi pula memberikan
makanan bererti berbuat baik kepada orang
yang sangat memerlukannya dengan cara dan
bentuk apa jua pun.
Boleh jadi pula yang dimaksud dengan
memberikan makanan bererti pula berbuat
baik
kepada
makhluk
yang
sangat
memerlukannya dengan cara dan bentuk
apapun.
Disebutkan
secara
khusus
memberikan makanan kerana inilah bentuk
ihsan (kebaikan) yang paling tinggi nilainya.
Bentuk insan lain yang juga tinggi nilainya
disebutkan dalam ayat lain, yakni:
‫ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙﮚ ﮛ‬
‫ﮡ ﭨ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ‬
‫ﮠ‬
‫ﮞ ﮟ‬
‫ﮍ‬
‫ﮜ ﮝ‬
Ertinya: Dia mengatakan: "Aku telah
menghabiskan harta yang banyak". Apakah dia
menyangka bahawa tiada seorang pun yang
melihatnya?
Bukankah
Kami
telah
memberikan kepadanya dua buah mata, lidah
dan dua buah bibir. Dan Kami telah
menunjukkan kepadanya dua jalan. Maka
tidaklah sebaiknya (dengan bertanya itu) ia
menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?.
(Q.S. Al-Balad: 6-11)
Dari ayat ini dapat diambil kesimpulan
memberikan
bantuan
(pertolongan)
diutamakan kepada orang yang kuat berusaha
mencari
keperluan
hidupnya,
namun
penghasilannya tidak memenuhi keperluan
hidupnya sehari-harian. Atau miskin juga bererti
orang yang tidak berharta sama sekali dan
kerana keadaan fiziknya tidak memungkinkan
untuk berusaha mencari nafkah hidup.
Adapun orang yang ditawan, selain tawanan
perang musuh dapat pula bererti: orang yang
sedang dipenjarakan (kerana melanggar
ketentuan syara' atau berbuat kesalahan), atau
budak yang belum dapat memerdekakan
dirinya dan yang patut dibantu. Dengan
demikian bantuan berupa makanan kepada
orang yang memerlukan tidaklah harus dilihat
dari sudut agama apa yang dipeluk orang
tersebut, tidak harus dia beragama Islam.
(Tafsir Khazin, VII: 159)
Disebutkan bahawa latarbelakang turunnya
ayat ke 8 ini adalah demikian; Seorang laki-laki
Ansar bernama Abu Dahdah pada suatu hari
mengerjakan puasa. Ketika saat berbuka,
datanglah berkunjung ke rumahnya seorang
miskin, seorang anak yatim, dan seorang yang
sedang dalam tawanan. Ketiga-tiganya dijamu
oleh Abu Dahdah dengan tiga potong roti.
Untuk keluarga dan anak-anaknya hanya
tinggal sepotong roti saja lagi (padahal dia
hendak berbuka puasa). Untuk menghargai
perasaan insaniah dan ingin menolong orang
seperti dicontohkan Abu Dahdah, Allah
menurunkan ayat di atas.
Riwayat lain mengatakan bahawa sahabat Ali
bin Abi Thalib R.A. mendapat upah bekerja
dengan seorang Yahudi berupa Karung
gandum. Sepertiga gandum itu dimasak, ketika
siap dihidangkan datanglah seorang miskin
memintanya. Tanpa berfikir panjang Ali
langsung saja memberikannya. Kemudian
dimasaknya sepertiga lagi. Setelah siap
dimakan, datang pula seorang anak yatim
meminta bubur gandum itu. Ali pun
memberikannya.
Kali ketiga sisa gandum itu dimasak semuanya,
dan secara kebetulan datang pula seorang
tawanan yang masih musyrik dan mohon
dikasihani. Ali memberikan lagi sisa bubur
gandum itu, sehingga untuk dia sendiri tidak
ada lagi. Demikianlah untuk menghargai sikap
sosial itulah Allah menurunkan ayat ke 8 ini.
(Tafsir Al-Qasimy, XVIII: 6012)
Yang perlu diingat oleh seseorang yang hendak
beramal sosial seperti itu adalah keikhlasan
dan kejujuran hati dalam mengerjakannya
tanpa diminta upah dan balasan.
AYAT KE-9
‫ﭽ ﮣ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳﭼ‬
Sesungguhnya kami memberi makanan
kepadamu hanyalah untuk mengharapkan
keridhaan Allah, kami tidak menghendaki
balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan)
terima kasih.(QS. 76:9)
Ayat ini menerangkan keikhlasan orang-orang
"abrar" yang menyatakan bahawa mereka
memberikan makanan kepada orang miskin,
anak yatim dan tawanan hanyalah untuk
mengharapkan keridaan Allah semata-mata,
tidak menghendaki balasan dan tidak pula
mengharapkan ucapan terima kasih.
Jadi di saat hendak memulai usaha sosial itu
hendaklah hati dan lidah berniat ikhlas kerana
Allah tanpa dicampuri oleh perasaan lain yang
ingin menerima balasan yang setimpal atau
mengharapkan pujian dan sanjungan orang
lain.
AYAT KE-10
‫ﭽﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ‬
Sesungguhnya kami takut akan azab suatu
hari yang (di hari itu orang-orang bermuka)
masam, penuh kesulitan (yang datang) dari
Tuhan kami.(QS. 76:10)
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahawa
orang-orang abrar adalah orang yang
mengerjakan segala perbuatan kebaikan
seperti tersebut di atas kerana takut pada azab
Allah yang ditimpakan pada suatu hari yang
penuh kesulitan dan manusia bermuka
masam.
Ertinya kami membantu orang lain seperti
memberi makanan dan lain-lain, adalah
dengan harapan agar Tuhan mengasihi kami
dan memelihara kami dengan kasih sayangNya dari siksaan Hari Kiamat pada saat
manusia datang menemui Tuhan dengan
wajah masam kerana berbagai macam
kesulitan.
AYAT KE-11
‫ﭽ ﭼﭽﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄﭼ‬
Maka Tuhan memelihara mereka dari
kesusahan hari itu, dan memberikan kepada
mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan
hati.(QS. 76:11)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahawa
sebagai balasan kepada mereka. Dia
memelihara mereka dari kesusahan hari itu
dan memberikan kepada mereka kejernihan
wajah dan kegembiraan hati. Hal itu tampak
pada wajah mereka kegembiraan yang berseriseri menandakan kepuasan hati kerana
anugerah Allah yang telah mereka terima.
Dalam ayat yang lain yang serupa maksudnya
Allah berfirman:
‫ﰒ ﰑﰐ ﰏ ﰎ ﰍ‬
‫ﰓ‬
Ertinya: Banyak muka pada hari itu berseri-seri,
tertawa dan bergembira ria.
(Q.S. 'Abasa: 38, 39)
AYAT KE-12
‫ﭽ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊﭼ‬
Dan Dia memberi balasan kepada mereka
kerana kesabaran mereka (dengan) syurga dan
(pakaian) sutera,(QS. 76:12)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahawa Allah
memberi mereka ganjaran kerana kesabaran
mereka dengan syurga dan pakaian sutera.
Ertinya oleh kerana kesabaran mereka dalam
berbuat kebaikan ketabahan mereka menahan
diri dari godaan nafsu, dan terkadang-kadang
harus menahan lapar, kurang pakaian (kerana
berbuat sosial dalam keadaan miskin), maka
Allah membalas yang demikian itu dengan
kenikmatan surga dalam bentuk yang lain
berupa pakaian yang terbuat dari sutera.
Ayat ini sama ertinya dengan firman Allah yang
lain:
‫ﮆ‬
‫ﮈ‬
‫ﮄﮅ‬
‫ﮃ‬
‫ﮁ ﮂ‬
‫ﭾ ﭿﮀ‬
‫ﭽ‬
‫ﭻ ﭼ‬
‫ﮇ‬
Ertinya: (Bagi mereka) syurga Adn, mereka
masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi
perhiasan dengan gelang-gelang dari emas,
dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di
dalamnya adalah sutera. (Q.S. Fathir: 33)
AYAT KE-13
‫ﮏ ﮐ ﮑﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﭼ‬
‫ﭽ ﮋﮌﮍ ﮎ‬
Mereka berehat di dalam syurga dengan
berbaring
di atas pelamin-pelamin (yang
berhias), mereka tidak merasakan di dalamnya
bahang matahari dan tidak juga merasai
suasana yang terlampau dingin. (QS. 76:13)
Dalam ayat ini Allah menerangkan keadaan ahli
syurga bahawa mereka duduk bersandar di
atas pelamin. Mereka tidak merasakan teriknya
matahari dan tidak pula dinginnya udara.
Pelamin-pelamin di dalam syurga itu dikatakan
tidak pernah ditimpa terik matahari, tidak
disentuh oleh udara dingin yang menusuk
sumsum tulang seperti halnya di dunia ini,
akan tetapi di sana hanya ada satu iklim sejuk
yang tak pernah berubah. Tidak ada yang
merasakan panas mahupun dingin.
AYAT KE-14
‫ﭽ ﮗ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝﭼ‬
Dan naungan (pohon-pohon syurga itu) dekat
di atas mereka dan buahnya dimudahkan
memetiknya semudah-mudahnya.(QS. 76:14)
Tumbuhnya pohon yang sangat rendang dan
menyejukkan itu melindungi orang-orang
"abrar"
sehingga
makin
bertambahlah
kenikmatan yang mereka peroleh. Demikian
pula buah-buahan yang lazat cita rasanya, dan
mudah dipetik. Mereka menikmati sambil
berbaring duduk, atau berdiri sesuka hati
mereka.
AYAT KE-15
‫ﭽ ﮞ ﮟ ﮠﮡ ﭨ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦﭼ‬
Dan diedarkan kepada mereka bekas air yang
diperbuat daripada perak dan gelas-gelas
minuman yang keadaannya jernih laksana
kaca,(QS. 76:15)
Setelah menggambarkan makanan, pakaian
dan tempat tinggal, maka pada ayat-ayat
berikut ini Allah menerangkan pula bentuk
kenikmatan lain, makanan dan minuman yang
dihidangkan kepada mereka di dalam
bermacam bentuk, bejana yang terbuat dari
perak juga sejumlah gelas yang sangat bening
laksana kaca yang berkilauan. Bejana dan
gelas-gelas itu jernih sekali seolah-olah kaca
yang sangat indah dan tinggi sekali nilainya.
Hadis riwayat Ibnu Abi Hatim dari Ibnu `Abbas
menerangkan lebih lanjut:
‫ليس يف اجلنة يشء اال قد أعطيمت يف ادلنيا ش هبه اال قوارير من فضة‬
Ertinya: Tidak ada sesuatupun dalam syurga,
melainkan di dunia telah dianugerahkan Allah
kepadamu sesuatu yang mirip dengan itu,
kecuali kaca-kaca terbuat dan perak. (HR. Ibnu
Hatim dari Ibnu `Abbas)
Dalam sebuah ayat lain disebutkan pula:
‫ﯤ‬
‫ﯨ‬
‫ﯣ‬
‫ﯨ‬
‫ﯡﯢ‬
‫ﯪ‬
‫ﯟﯠ‬
‫ﯦﯧ‬
‫ﯞ‬
‫ﯜ ﯝ‬
‫ﯛ‬
‫ﯚ‬
‫ﯥ‬
Ertinya: Diedarkan kepada mereka piring-piring
dari emas, dan piala-piala dan di dalam syurga
itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati
dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di
dalamnya. (Q.S. Az Zukhruf: 71)
Kemudian disebutkan jenis minuman yang
dihidangkan itu yakni:
AYAT KE-16
‫ﭽ ﮧﮨ ﮩ ﮪ ﮫ ﮪ‬
(Iaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang
telah diukur mereka dengan sebaikbaiknya.(QS. 76:16)
AYAT KE-17
‫ﭽ ﮭﮮ ﮯﮰ ﮱ ﯓ ﯔ ﭼ‬
Di dalam syurga itu mereka diberi minum
segelas (minuman) yang campurannya adalah
jahe.(QS. 76:17)
Di dalam syurga itu mereka diberi minum
segelas (minuman) yang campurannya jahe.
Maksudnya
penduduk
surga
dihidangi
minuman yang terbuat dari "zanjabil", yakni
sejenis tumbuhan yang lezat cita rasanya dan
tumbuh di daerah Timur Tengah dahulu kata.
Biasanya Zanjabil digunakan untuk berharumharuman dan orang-orang Arab menyukainya.
Ada pula yang mengatakan nama dari Baitul
Ma'ruf.
Minuman, makanan, mata air, buah-buahan
dan lain-lain dalam syurga yang disebutkan alQuran, satupun tidak ada tandingannya di
dunia kecuali yang namanya mirip kata Ibnu
`Abbas.
AYAT KE-18
‫ﭽ ﯕ ﯖ ﯗ ﯘ ﯙﭼ‬
(Yang didatangkan dari) sebuah mata air
syurga yang dinamakan salsabil.(QS. 76:18)
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahawa
minuman ini didatangkan dari sebuah mata air
syurga yang dinamakan salsabil. Ertinya
mereka minum dari campuran zanjabil itu
berasal dari sebuah sungai disebut namanya
salsabil. Perkataan ini sendiri dalam bahasa
Arab bererti "minuman atau makanan yang
lezat" dan juga bererti "anak air yang mengalir".
Tetapi mufassir Ibnul Araby menegaskan: "Aku
tidak mendengar satu perkataan pun seperti
salsabil ini melainkan di dalam al-Quran saja".
Dari keterangan di atas ini kita hanya dapat
menyimpulkan bahawa nama seperti salsabil,
zanjabil dan sebagainya diberikan keterangan
sedemikian rupa yang tidak ada bandingannya
dengan yang ada di atas dunia ini, dan
mengenai surga itu kita telah yakin bahawa dia
adalah: Sesuatu yang baik dan penuh nikmat
yang mata belum pernah melihatnya, telinga
belum pernah mendengarnya". Oleh kerana itu
kita tak dapat memastikan apakah betul-betul
demikian makna yang dikehendaki ayat di atas.
AYAT KE-19
‫ﯡ ﯢ ﯣ ﯤﭼ‬
‫ﭽ ﯚ ﯛ ﯜ ﯝ ﯞﯟ ﯠ‬
Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan
muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat
mereka, kamu akan mengira mereka mutiara
yang bertaburan.(QS. 76:19)
Kemudian dilanjutkan lagi bahawa mereka
dikelilingi pelayan-pelayan muda. Apabila kamu
melihat mereka, kamu akan mengira mereka
mutiara yang bertaburan. Disebutkan pula
pelayan-pelayan surga yang muda belia dan
tetap selamanya muda akan datang dan
berkeliling guna melayani segala keperluan
sesuai dengan permintaan mereka.
Mereka tetap muda, cerah dan berseri-seri dan
tidak pernah jemu dan lelah melayani penghuni
surga itu. Begitu menarik wajah pelayan itu,
cerah
dan
gembira,
sehingga
yang
memandangnya melihat bagaikan mutiara
bertebaran.
AYAT KE-20
‫ﭽ ﯬ ﯫ ﯪ ﯥ ﯦ ﯧ ﯨ ﯨﭼ‬
Dan apabila kamu melihat di sana (syurga),
nescaya kamu akan melihat berbagai macam
kenikmatan dan kerajaan yang besar.(QS.
76:20)
Dan apabila kamu melihat syurga di sana,
niscaya kamu akan melihat berbagai macam
kenikmatan dan kerajaan yang besar. Kalau
dilihat syurga itu menurut penuturan ini
bagaikan sebuah kerajaan besar, yang tiada
taranya, sehingga banyak penafsiran yang saling
berbeza tentang pengertian kerajaan besar itu.
Yang terpenting bagi kita ialah beriman dan
percaya tentang adanya surga yang tidak dapat
dilukiskan.
AYAT KE-21
‫ﯲ ﯸ ﯷ ﯶﯵ ﯴ ﯳ‬
‫ﯱ ﯰ ﯯ ﯮ ﯭ‬
‫ﭽ‬
‫ﯻ ﯺ ﯹﭼ‬
Mereka memakai pakaian sutera halus yang
hijau dan sutera tebal yang dipakaikan kepada
mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan
memberikan kepada mereka minuman yang
bersih.(QS. 76:21)
Kemudian dalam ayat ini diterangkan pula
bahawa pakaian mereka terbuat dari sutera
halus yang hijau, dihiasi gelang yang terbuat
dari perak dan emas. Tuhan memberikan
kepada mereka minuman yang bersih dan lezat
citarasanya.
Pada ayat lain Allah berfirman:
‫ﯓ‬
‫ﮮ ﮯ ﮰﮱ‬
‫ﯝ‬
‫ﯜ‬
‫ﯛ‬
‫ﯘﯙ ﯚ‬
‫ﮭ‬
‫ﮫ ﮪ‬
‫ﮨ ﮩ ﮪ‬
‫ﯕ ﯖ ﯗ‬
‫ﯔ‬
‫ﭽ‬
Ertinya: mereka dihiasi dengan gelang mas dan
mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus
dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil
bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah
pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat
yang indah. (Q.S. Al-Kahfi: 31)
Dibandingkan dengan perhiasan mereka ada
dari perak, emas dan mutiara yang berbentuk
gelang. Dibandingkan dengan kebiasaan para
raja-raja di dunia ini yang memakai pakaian
kebesaran bertahtakan emas, dan berlian,
maka kesenangan yang dinikmati di dalam
syurga itu jauh lebih sempurna, hebat dan lebih
nikmat sekali. Dan sifatnya kekal abadi.
Demikianlah beberapa gambaran kebahagiaan
yang akan diperoleh golongan abrar di syurga
kelak.
AYAT KE-22
‫ﭽ ﰄ ﰃ ﰂ ﰁ ﰀﯼ ﯽ ﯾ ﯿ ﭼ‬
Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu,
dan usahamu adalah disyukuri (diberi
balasan).(QS. 76:22)
Selanjutnya dalam ayat ini Allah menegaskan
lagi bahawa sesungguhnya kenikmatan yang
dianugerahkan-Nya itu merupakan ganjaran
bagi orang abrar, kerana amal perbuatan
mereka di dunia disyukuri dan diredhai Allah,
"Inilah pemberian Kami kepadamu sebagai
balasan atas apa yang sudah kamu lakukan di
dunia".
Pada ayat lain Allah berfirman:
‫ﯙ ﯚ ﯛ ﯜ‬
‫ﯖ ﯗﯘ‬
‫ﯕ‬
Ertinya: (kepada mereka dikatakan): "Makan dan
minumlah dengan sedap disebabkan amal yang
telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah
lalu". (Q.S. Al-Haqqah: 24)
AYAT KE-23
‫ﭽ ﰋ ﰊ ﰉ ﰈ ﰇ ﰆﰅ ﭼ‬
Sesungguhnya Kami telah menurunkan alQuran kepadamu (Wahai Muhammad) dengan
beransur-ansur.(QS. 76:23)
Dalam
ayat
ini
diterangkan
bahawa
sesungguhnya Allah telah menurunkan Alquran
kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsurangsur. Al-Quran diturunkan selama 22 tahun
lebih secara beransur-ansur dan sedikit demi
sedikit. Gunanya agar mudah memahami
menghafal dan mengajarkannya kepada para
sahabat. Terkadang-kadang ayat ini diturunkan
dengan maksud menjelaskan sesuatu peristiwa
yang terjadi yang memerlukan bimbingan dari
Allah.
Dengan cara beransur-ansur itu, al-Quran
menjadi mantap diimani dan menambah
ketaqwaan mereka. Sekaligus ayat ini
membantah anggapan beberapa orang bahawa
al-Quran merupakan sihir atau barang
tenungan yang boleh dipelajari, atau
menganggapnya sebagai perkataan manusia
biasa.
AYAT KE-24
‫ﭽ ﰕ ﰔﰓ ﰒ ﰑ ﰐﰏ ﰎ ﰍ ﰌ ﭼ‬
Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan)
ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti
orang yang berdosa dan orang yang kafir di
antara mereka.(QS. 76:24)
Dalam ayat ini Allah menganjurkan kepada
Rasul-Nya agar menghadapi celaan dan sikap
permusuhan orang musyrik itu dengan sabar,
dan janganlah mengikuti mereka. Ayat ini
memerintahkan Muhammad SAW dan orangorang mukmin yang patuh kepada beliau agar
bersikap sabar dan tahan uji menghadapi seribu
satu gangguan dalam menegakkan agama Allah.
Bersikap sabar lah kerana terlambatnya datang
pertolongan menghadapi orang-orang musyrik
anti Islam. Bersabar ketika menyampaikan
kebenaran Allah yang pasti banyak menghadapi
tantangan penuh bahaya. Sebab tantangan itu
suatu
keharusan
dan
sikap
sabar
menghadapinya adalah sikap yang terpuji.
Kemudian Allah memerintahkan pula agar tidak
terbawa arus mengikuti jalan pikiran orang yang
sudah hanyut dalam lautan dosa, orang yang
sudah sangat keterlaluan memusuhi agama.
Orang yang seperti itu di antaranya adalah Abu
Jahal. Ketika Rasulullah SAW diperintahkan
buat pertama kali mengerjakan solat, Abu Jahal
berusaha
menghalangi
orang
Islam
melaksanakan perintah itu. Katanya: "Kalau
aku lihat Muhammad solat pasti akan aku
patahkan lehernya".
Contoh yang lain adalah Utbah bin Rabi'ah
(sahabat karib Abu Jahal). Dia lah yang
membujuk Nabi agar berhenti saja berdakwah,
Suatu kali dia bersama Al Walid datang
menemui Nabi sambil memujuk, "Kalau engkau
bermaksud dengan kegiatan dakwah itu hendak
memperoleh wanita cantik, atau harta yang
banyak, berhentilah dan saya berjanji akan
mengawinkan engkau dengan anakku sendiri
dan aku berikan kepadamu tanpa mahar".
Sementara itu Al Walid menyela pula, "Dan
saya hai Muhammad akan memberikan
kepadamu harta sebanyak-banyaknya sampai
engkau puas, asal saja engkau berhenti
melakukan kegiatan ini".
Allah mengingatkan kepada Nabi dan kepada
umatnya agar tidak terliur dengan pujukan dan
rayuan itu, sebab nilai akidah dan perjuangan
tidak dapat ditukar dengan kekayaan dunia.
Jelasnya ayat ini melarang seorang mukmin,
apalagi kalau ia sebagai pemimpin umat tergiur
akan berbagai kesenangan duniawi yang
ditawarkan oleh orang-orang yang penuh dosa
dan maksiat, dengan tujuan hendak mematikan
gerakan dakwah.
Namun yang betul-betul 100% bebas dari
pujukan dan rayuan itu hanyalah Nabi
Muhammad SAW saja, kerana beliau dijamin
suci dan maksum dari dosa. Akan tetapi kepada
umat Islam dianjurkan untuk mengikuti apa
yang dicontohkan beliau. Jangan terlalu mudah
mengikuti gejolak nafsu, agar selamat dari
kebinasaan, dan menemui Allah di Hari Kiamat
dengan lembaran amal yang putih bersih, bebas
dari cela dan aib. Ada yang mengatakan bahawa
maksud mengingat Allah pada waktu pagi dan
petang ialah mengerjakan solat pada saat-sat
itu.
AYAT KE-25
‫ﭽ ﰛ ﰚ ﰙﰘﰗ ﰖ ﭼ‬
Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu)
pagi dan petang.(QS. 76:25)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi
Muhammad supaya menyebut nama Tuhan
pada waktu pagi dan petang. Maksudnya
hendaklah kita selalu ingat kepada Allah
dalam keadaan bagaimanapun, di mana dan
kapan-pun, baik dengan hati (zikir) maupun
dengan lidah (zikir).
AYAT KE-26
‫ﭕ ﭖ ﭗ ﭘﭼ‬
‫ﭑﭒ ﭓﭔ‬
‫ﭽ‬
Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah
kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada
bagian yang panjang di malam hari.(QS. 76:26)
Selanjutnya dalam ayat ini Allah memerintahkan
Nabi supaya bersujud, solat malam, dan
bertasbih kepada-Nya bahagian yang panjang
pada malam hari. Perintah mengerjakan solat
pada sebahagian waktu malam, yakni solat
Magrib dan Isyak, kemudian lagi dengan solat
tahajjud pada malam hari,
sebagaimana disebutkan dalam ayat lain:
‫ﭿﮀ ﮁﮂ ﮃﮄ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈ‬
‫ﭽ ﭾ‬
Ertinya: Dan pada sebahagian malam hari
bersolat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Q.S.
Al-Isra': 79)
AYAT KE-27
‫ﭽ ﭙ ﭚ ﭛ ﭜ ﭝ ﭞﭟ ﭠ ﭡﭼ‬
Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai
kehidupan
dunia
dan
mereka
tidak
memperdulikan
hari
yang
berat
(hari
akhirat).(QS. 76:27)
Kemudian dalam ayat ini Allah mencela sikap
orang kafir yang mabuk kesenangan duniawi itu
dengan melupakan hari akhirat disebabkan
mereka itu menyukai kehidupan dunia dan
mereka tidak mempedulikan hari berat, hari
akhirat. Memang watak orang kafir itu
sebenarnya cinta dunia dan takut mati,
melupakan
hari
akhirat
bererti
tidak
mempercayai sama sekali. Dikatakan bahawa
hari akhirat itu sebagai "hari yang berat" kerana
begitu beratnya pertanggungjawaban manusia
di hadapan Allah.
AYAT KE-28
‫ﭤ ﭥﭦ ﭧ ﭨ ﮣ ﭪ ﭫ ﭬ ﭼ‬
‫ﭽﭢ ﭣ‬
Kami telah menciptakan mereka dan
menguatkan persendian tubuh mereka, apabila
Kami menghendaki, Kami bersungguh-sungguh
akan menggantikan (mereka) dengan orangorang yang serupa dengan mereka.(QS. 76:28)
Dalam ayat ini seolah-olah Allah menegur
manusia yang lalai itu, "Kenapa mereka
melupakan Allah, padahal Allah lah yang
menciptakan mereka, menyusun dan mengatur
demikian rapi tubuh mereka sehingga tiada
cacat
celanya.
Apakah
setelah
Allah
menciptakan mereka dengan sebaik-baiknya itu
lalu Allah membiarkan saja mereka berbuat
sesuka hatinya?
Oleh kerana itu Allah memperlihatkan
kekuasaan-Nya. yang maha mutlak untuk
sewaktu-waktu
mengganti,
melenyapkan
mereka dan menggantinya dengan generasi
manusia yang lain sebagai ganti mereka
Ayat lain yang senada dengan itu berbunyi:
‫ﯠ ﯡ ﯢ ﯣﯤ ﯥ ﯦ ﯧ‬
‫ﭽ ﯝﯞ ﯟ‬
Ertinya: "Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di
langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah
Allah sebagai Pemelihara". (Q.S. An Nisa': 132)
Demikianlah sunatullah telah berlaku di alam
semesta ini sejak dahulu, bahawa Allah
menghancurkan manusia-manusia yang ingkar
kepada-Nya kemudian segera menggantinya
dengan generasi baru yang menggantikan
mereka. Dan sunatullah ini pasti akan berlaku,
kerana manusia yang ingkar kepadanya tetap
akan muncul sepanjang masa.
AYAT KE-29
‫ﭽ ﭭ ﭮ ﭯﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭼ‬
Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu
peringatan, maka barangsiapa menghendaki
(kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil
jalan kepada Tuhannya.(QS. 76:29)
Dalam ayat ini Tuhan kembali mengingatkan
bahawa semua yang disebutkan di atas
merupakan peringatan, tazkirah dan pengajaran
mau'izah bagi siapa yang ingin mendengarnya.
Tegasnya segala peringatan yang terkandung
dalam surah al-Insan ini merupakan bahan
renungan bagi siapa yang suka belajar kepada
kenyataan yang pernah terjadi,
hendaklah ia belajar kepada kenyataan yang
pernah terjadi dan siapa yang ingin kebaikan
pribadinya untuk kehidupan dunia dan akhirat,
hendaklah ia menjadikan ayat-ayat ini sebagai
peringatan! Hendaklah ia mendekatkan diri
kepada Allah dengan perbuatan taat, mengikuti
segala perintah Nya dan menjauhi segala
larangannya,
agar
dia
memperoleh
mardhotillah, agar ia selamat dari segala
kesulitan hidup kampung akhirat kelak.
AYAT KE-30
‫ﭽ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄ ﭼ‬
Dan kamu tidak menghendaki (menempuh jalan
itu),
kecuali
bila
dikehendaki
Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.(QS. 76:30)
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahawa
manusia tidak akan mencapai keselamatan itu
kecuali dengan kehendak-Nya, bila Allah
memberikan taufik kepadanya. Sebab usaha
seseorang saja tanpa ada bimbingan Allah tidak
akan mencapai kebaikan dan tidak akan
sanggup menolak kejahatan
Ayat ini ditutup dengan suatu kepastian bahawa
Allah Maha Mengetahui, lagi pula Maha
Bijaksana. Maksudnya Allah Maha Tahu siapa di
antara hamba-Nya yang berhak menerima
hidayah itu sehingga dimudahkan jalan baginya
dan di datangkan sebab-sebab untuk
mendapatkan hidayah itu. Sebaliknya yang
sering
terlibat
dalam
perbuatan
memperturutkan hawa nafsu, hidayah itu
dipalingkan Allah darinya. Allah Maha Bijaksana
dan Maha Adil.
AYAT KE-31
‫ﮋ ﮌ ﮍ ﮎﮏ ﮐ ﭼ‬
‫ﭽ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉﮊ‬
Dia memasukkan siapa yang dikehendakinya
ke dalam rahmat-Nya (syurga). Dan bagi orangorang zalim disediakan-Nya azab yang
pedih.(QS. 76:31)
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahawa Dia
memasukkan siapa saja yang dikehendaki-Nya
ke dalam rahmat-Nya, syurga. Dan bagi orang
zalim disediakan-Nya azab yang pedih. Ertinya
Allah menunjukkan perbuatan taat kepada
orang tersebut sehingga dengan perbuatan itu
dia mempersiapkan dirinya memasuki rahmat
Allah berupa syurga, dan bagi orang-orang yang
merugikan diri mereka, mati dalam kekafiran.
Allah telah menyediakan bagi mereka di akhirat
azab yang paling hebat ialah neraka Jahanam.