Ekonomi - WordPress.com

Download Report

Transcript Ekonomi - WordPress.com

PERSEDIAAN
Prepared by M. Anwar Kadir
PSAK 14
PERSEDIAAN
PSAK 14 (Revisi 2008) mendefinisikan persediaan sbb.:
• Persediaan adalah aktiva :
– Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
– Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
– Atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan / supplies untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa
Jadi asset diklasifikasikan sebagai persediaan tergantung pada nature
business suatu entitas.
• Persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih mana yang
lebih rendah (the lower of the cost and net realizable value)
PERSEDIAAN
Klasifikasi Persediaan
Klasifikasi persediaan berbeda antara satu entitas dgn entitas lainnya.
Perusahaan dagang mencatat persediaan sebagai persediaan barang dagang
(merchandise inventory). Persediaan ini merupakan barang yg dibeli oleh
perusahaan dagang untuk dijual kembali dalam usaha normalnya.
Perusahaan manufaktur, klasifikasi persediaan lebih beraneka ragam. Misal
perusahaan yg memproduksi suku cadang otomotif dgn membeli material
produk, melakukan proses produksi, dan menjual suku cadang tsb. Kedealer
Bagi perusahaan spt ini, persediaan mencakup persediaan barang jadi
(finished goods) yg merupakan barang yg sdh siap dijual, persediaan barang
dalam penyelesaian (work in process inventory) yg merupakan brg setengah
jadi, dan persediaan bahan baku (raw material inventory) yg merupakan
bahan ataupun perlengkapan yg akan digunakan dalam proses produksi.
Bagi perusahaan jasa, biaya jasa yg belum diakui pendapatannya
diklasifikasikan sebagai persediaan.
Paragraf 18 PSAK 14 (Revisi 2008), biaya persediaan pemberi jasa meliputi
biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yg secara langsung
menangani pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan overhead yg
dpt diatribusikan.
PERSEDIAAN
Cakupan Barang Dalam Persediaan
Salah satu masalah yg sering dihadapi oleh perusahaan adalah terkait dgn
pengakuan kepemilikan atas persediaan. Secara tehnis, seharusnya
perusahaan mencatat pembelian atau penjualan atas persediaan ketika tlh
mendapatkan atau melepaskan hak kepemilikan atas barang tsb. Namun
seringkali penentuan atas perpindahan hak kepemilikan tsb. relatif sulit
dilakukan. Klasifikasi dr barang dlm persediaan mencakup: 1. Brg yg ada
pd suatu entitas dan merupakan miliknya; 2. Brg yg ada pd suatu entitas ttp
bukan miliknya; dan 3. Brg milik suatu entitas ttp tdk ada pd entitas tsb.
Pada klasifikasi no.2 dan no.3 seringkali suatu entitas mengalami kesulitan
dlm menentukan perpindahan hak kepemilikan atas barang. Kesulitan
penentuan tsb. terjadi pd barang dalam transit dan barang konsinyasi.
Barang Dalam Transit
Dalam proses pembelian barang, bisa terjadi dimana barang masih berada pd
posisi transit – belum diterima oleh pembeli ttp sdh dikirim oleh penjual –
pd akhir periode fiskal. Pada dasarnya suatu barang diakui sebagai
persediaanoleh suatu entitas yg memiliki tanggung jawab finansial thdp
biaya transportasi. Tanggung jawab finansial ini dpt diindikasikan dari
istilah pengiriman (shipping term) yg biasanya diistilahkan sebagai FOB.
PERSEDIAAN
Penjualan Konsinyasi
Pada kerja sama penjualan konsinyasi, pemilik barang(consignor) mengirimkan
barang kepada penjual (consignee), dimana penjual setuju utk menerima
barang tanpa ada kewajiban apapun, kecuali perawatan dan penjagaan
terhadap kehilangan dan kerusakan, hingga barang tsb terjual kpd pihak
lain.
Barang atas Penjualan dengan Perjanjian Khusus
Dalam perjanjian penjualan, perusahaan seringkali hrs melihat substansi atas
penjualan tsb. Ketika transaksi dilakukan dan hak kepemilikan tlh beralih
maka resiko dan manfaat kepemilikan itu seharusnya juga beralih dr penjual
kpd pembeli. Namun bisa terjadi dimana penjual msh memegang resiko dan
manfaat atas kepemilikan atas barang tsb. Dalam kondisi itu mka penjual
masih hrs mengakui kepemilikannya dan tdk terjadi pengurangan atas
persediaan penjual. Beberapa perjanjian khusus semacam itu adalah :
1. Penjualan dgn perjanjian pembelian kembali. Disini pembeli tdk dpt mengakui perjanjian tsb. sebagai penjualan dan tdk mengurangi barang tsb. dari
persediaannya.
2. Penjualan dgn tingkat pengembalian tinggi. Disini penjual memiliki dua
pilihan, pertama adalah mencatat penjualan pd nilai penuh dan membentuk
PERSEDIAAN
akun penyisihan atas estimasi pengembalian penjualan, kedua adalah tidak
mencatat adanya penjualan hingga dpt diperkirakan tingkat pengembalian
oleh pembeli. Ketika tingkat pengembalian tdk dpt diperkirakan maka
penjual tdk dpt mengakui penjualan dan tdk mengeluarkan barang tsb. dari
persediaannya.
3. Penjualan dgn cicilan. Penjual akan mengakui adanya penjualan dan
mengeluarkan penjualan dari persediaannya apabila dapat diestimasikan
secara baik nilai persentase kemungkinan penjualannya tdk tertagih.
PENGUKURAN PERSEDIAAN
Salah satu masalah utama persediaan adalah mengukur nilai persediaan tsb.
PSAK 14 (Revisi 2008) menyatakan bhw persediaan diukur berdasarkan
biaya atau nilai realisasi neto, mana yg lebih rendah.
PERSEDIAAN
PENGUKURAN PERSEDIAAN
Salah satu masalah utama persediaan adalah mengukur nilai persediaan tsb.
PSAK 14 (Revisi 2008) menyatakan bhw persediaan diukur berdasarkan
biaya atau nilai realisasi neto, mana yg lebih rendah.
• Biaya persediaan meliputi :
– Biaya pembelian
– Biaya konversi
– Biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and
condition)
• Biaya pembelian meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya
kecuali yang dapat ditagih kembali kepada kantor pajak, biaya
pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yg secara langsung
dpt diatribusikan pd perolehan brg jadi, bahan dan jasa.
• Biaya konversi meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit
yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variable yang
dialokasikan secara sistematis dlm mengkonversi bahan menjadi brg jadi.
PERSEDIAAN
• Biaya lainnya. Biaya lain yg dpt dibebankan sebagai biaya persediaan
adalah biaya yg timbul agar persediaan tersebut berada dalam kondisi dan
lokasi saat ini. Yang termasuk biaya lainnya misalnya biaya desain dan
biaya praproduksi yg ditujukan utk konsumen yg spesifik. Sedangkan
biaya-biaya seperti penelitian dan pengembangan, biaya administrasi dan
penjualan, biaya pemborosan, biaya penyimpanan tidak dapat
dibebankan sebagai biaya persediaan.
PERSEDIAAN
Penilaian Persediaan
Ada dua metode penilaian fisik persediaan :
1. Metode Periodeik (physical method)
2. Metode Kartu (Perpetual Method).
Ad.1. Metode Periodik
Dalam metode ini unit fisik persediaan diketahui dr perhitungan akhir
periode, sedangkan rupiah per unit diketahui berdasarkan asumsi aliran
persediaan.Jadi nilai persediaan bisa diketahui dengan perhitungan :
Unit Fisik
x
Rupiah per unit
Dari perhitungan fisik akhir periode
Berdasarkan asumsi aliran harga
persediaan
- FIFO
- LIFO
- Rata – Rata
Contoh :
Dari PT. ABC pd Desember 2008 diperoleh informasi persediaan sbb.:
PERSEDIAAN
1 Desember
Persediaan awal
1.000 unit
@ Rp.500
10 Desember
Pembelian
800 unit
@ Rp.550
20 Desember
Pembelian
700 unit
@ Rp.600
18 Desember
Penjualan
900 unit
27 Desember
Penjualan
500 unit
31 Desember
Persediaan akhir
1.100 unit
a. Metode Periodik FIFO (First In First Out)
Dengan anggapan aliran harga persediaan adalah FIFO, maka nilai
persediaan sebesar 1.100 unit dihitung sbb.:
Urutan Aliran
Unit per Aliran
Harga Per Unit
Jumlah Harga
Keterangan
I
II
1.000
400
Rp.500
Rp.550
Rp.500.000
Rp.220.000
Dijual pada
Bln Desember
II
III
400
700
1.100
Rp.550
Rp.600
Rp.220.000
Rp.420.000
Rp.640.000
Persediaan
PERSEDIAAN
b. Metode Periodik LIFO (Last In First Out)
Dengan anggapan aliran harga persediaan adalah LIFO, maka persediaan
yg terakhir masuk dijual pertasma, sehingga nilai persediaan yg ada
berurutan dr harga pertama, ke dua, dst. Dengan demikian nilai
persediaan LIFO sebesar 1.100 unit dihitung sbb.:
Urutan Aliran
Harga Per Unit
Jumlah Harga
Keterangan
700
700
Rp.600
Rp.550
Rp.420.000
Rp.385.000
Dijual pada
Bln Desember
II
I
100
1.000
1.100
Rp.550
Rp.500
Rp. 55.000
Rp.500.000
Rp.555.000
Persediaan
c.
Metode Periodik Rata – Rata
Ada dua metode rata-rata
1. Rata-rata Sederhana
2. Rata-rata Tertimbang
III
II
Unit per Aliran
PERSEDIAAN
c.1. Rata-rata Sederhana
Dalam metode ini, harga per unit persediaan dihitung dgn cara membagi
antara penjumlahan harga per unit setiap kali pembelian dgn jumlah
waktu pembelian.
Harga I + Harga II + Harga III = Harga per unit Persediaan
3
Jumlah Unit Persediaan
=
x
(x)
Nilai Persediaan
=
Rp. xxx
Jadi dari contoh di muka bila dinilai berdasarkan metode rata-rata
sederhana sbb.:
Rp. 600.000 + Rp. 550.000 + Rp. 500 =
Rp. 550
3
Jumlah unit Persediaan
=
1.100 unit (x)
Nilai persediaan
Rp. 605.000
c.2. Rata-rata Tertimbang
Apabila persediaan dinilai dengan rata-rata tertimbang maka harga per
PERSEDIAAN
unit persediaan dihitung sbb.:
Jumlah Harga beli
= Harga per unit
Unit yang Dibeli
Jumlah Unit Persediaan
=
x
(x)
Nilai Persediaan
=
Rp. xxx
Jadi dari contoh di muka bila dinilai berdasarkan metode rata-rata
Tertimbang sbb.:
Harga per Unit =
Rp. 500.000 + Rp. 440.000 + Rp. 420.000 =
Rp. 544
1000 + 800 + 700
Jumlah unit Persediaan
=
1.100 unit (x)
Nilai persediaan
Rp. 598.400
Ad.2 Metode Kartu (Perpetual Method)
PERSEDIAAN
• Biaya yang dikeluarkan dari persediaan :
– Jumlah pemborosan yang tidak normal
– Biaya penyimpanan kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses
produksi sebelum tahap produksi berikutnya
– Biaya administrasi dan umum
– Biaya penjualan
• Teknik pengukuran biaya persediaan Metode biaya standar,
Metode eceran (retail) dapat digunakan bila hasilnya mendekati
biaya historis
• Persediaan yang dibeli dengan pembayaran ditunda tidak boleh
memasukkan unsur bunga.
RUMUS BIAYA
• Untuk barang yang tidak dapat diganti dengan barang lain (not
interchangeable) serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk
proyek khusus  identifikasi khusus terhadap biaya masing-masing.
• Untuk barang lain dihitung dengan menggunakan rumus biaya :
– Masuk pertama keluar pertama / FIFO
– Rata-rata / Weighted Average
• Entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua
persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama.
• Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda,
rumusan biaya yang berbeda diperkenankan.
NILAI REALISASI NETO
• Konsisten dengan pendapat: aktiva seharusnya tidak dinyatakan
melebihi jumlah yang mungkin dapat direalisasi
• Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan
usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi
biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.
NILAI REALISASI NETO
• Estimasi nilai realisasi bersih :
– Berdasarkan bukti yang paling andal yang tersedia
– Mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang
langsung terkait
– Mempertimbangkan tujuan persediaan
• Nilai realisasi bersih :
– Biaya ganti / replacement cost
– Harga jual dikurangi dengan biaya untuk melakukan
penjualan
TEKNIK PENGUKURAN
BIAYA
• Teknik pengukuran biaya  standar, eceran, laba kotor
• Dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya.
• Biaya standar  harus direview
• Metode eceran  industri eceran  jumlah besar item yang
berubah dengan cepat, dan memiliki marjin yang sama di
mana tidak praktis untuk menggunakan metode lainnya.
PENURUNAN KE NILAI
REALISASI BERSIH
• Penurunan dapat dilakukan item per item atau group.
• Penurunan yang terjadi langsung dibebankan ke beban periode
berjalan/menambah beban persedian.
• Pemulihan nilai akan diakui sebagai pengurang jumlah beban
persediaan
• Nilai realisasi bersih yang telah ditentukan harus ditinjau
kembali pada setiap periode berikutnya.
PENGAKUAN SEBAGAI
BEBAN
• Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan
tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya
pendapatan.
• Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi
nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus
diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan
atau kerugian tersebut.
• Setiap pemulihan kembali diakui sebagai pengurangan
terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya
pemulihan tersebut.
PENGUNGKAPAN
• kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran
persediaan, termasuk rumus biaya yang digunakan;
• total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat
menurut klasifikasi yang sesuai bagi entitas;
• jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual;
• jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama
periode berjalan;
PENGUNGKAPAN
• jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai
pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai
beban dalam periode berjalan;
• jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan
nilai yang diakui
• kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya
pemulihan nilai persediaan; dan
• nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan
sebagai jaminan kewajiban.
PERSEDIAAN BARANG DAGANG
(MERCHANDISE INVENTORY)
BARANG YANG DIBELI UNTUK DIJUAL KEMBALI
SISTEM PENCATATAN :
- INVENTARISASI PERIODIK / METODE FISIK
- PERPETUAL / BALANCE PERMANEN
METODE FISIK :
- PEMBELIAN : DICATAT PADA PERKIRAAN “PEMBELIAN”
SEBESAR HARGA POKOKNYA
- PENJUALAN : DICATAT PADA PERKIRAAN “PENJUALAN”
SEBESAR HARGA JUAL
- HARGA POKOK PENJUALAN :
PERSEDIAAN AWAL
PEMBELIAN BERSIH
PERSED.BRG U/ DIJUAL
PERSEDIAAN AKHIR
HARGA POKOK PENJUALAN
Rp. XXX
Rp. XXX +
Rp. XXX
Rp XX –
Rp. ……
- PERK.”PERSEDIAAN BRG.DAG” DIGUNAKAN UNTUK
MENCATAT JUMLAH PERSEDIAAN PADA AWAL / AKHIR
PERIODE SESUAI HASIL INVENTARISASI
- PERLU ADJUSTMENT PADA AKHIR PERIODE AKUNTANSI
AJE :
MENIADAKAN PERSEDIAAN AWAL :
IKHTISAR L/R
PERSEDIAAN BRG. DAG (AWAL
MENAMPAKKAN PERSEDIAAN AKHIR :
PERSEDIAAN BRG. DAG (AKHIR)
IKHTISAR L/R
METODE PERPETUAL
- PERK. “PERSEDIAAN BRG.DAG.” DIGUNAKAN UNTUK
MENCATAT SETIAP TERJADI MUTASI PERSEDIAAN
- TRANSAKSI PENJUALAN – 2 AYAT JURNAL :
1. MENCATAT HASIL PENJUALAN
2. MENGKREDIT PERSEDIAAN SBESAR HARGA POKOKNYA
- TIDAK PERLU ADJUSMENT PADA AKHIR PERIODE AKUNTANSI
PENETAPAN HARGA POKOK PENJUALAN :
- METODE RATA-RATA
- METODE FIFO
- METODE LIFO
NILAI AKHIR PERSEDIAAN :
LOWER COST OR MARKET
HARGA TAKSIRAN : - METODE LABA KOTOR
- METODE ECERAN
PENCATATAN
Transaksi
Pembelian
Prepetual
Periodik
Persediaan xx
Pembelian xx
Kas/Hut xx
Kas/Hut xx
Retur pembelian Hutang xx
Hutang xx
& pot harga
Persediaan xx Retur Pemb xx
Biaya Angkut
Persediaan xx
Bi. Angkut xx
Kas
xx kas
xx
Pembayaran
Hutang xx
Kas
xx
Persed
xx
Hutang xx
Kas
xx
Pot pemb xx
Penjualan
Kas/Piut xx
Kas/Piut xx
Penjualan xx
Penjualan xx
HPPenj xx
Persed xx
Retur penj & pot Retur penj xx
Retur penj xx
harga
Piutang xx
Piutang xx
Persediaan xx
HPPenj
xx
Pelunasan/
Kas
xx
Kas
xx
Penerimaan kas Pot Penj xx
Pot Penj xx
Piutang xx
Piutang xx
PENETAPAN HARGA POKOK
SISTEM PERIODIK
• RATA-RATA
• Misal:
Unit HP/Unit
H.Pokok
1/1 Persd aw 100
Rp.10
Rp. 1000
12/4 Pembel
200
Rp.11
Rp. 2200
20/9 Pembel
300
Rp.12
Rp. 3600
29/11Pembel
400
Rp.13
Rp. 5200
1000
Rp.12.000
Harga pokok rata2 Rp.12.000 = Rp.12
1000
Persed akhir diket = 450 unit
Nilai Persediaan akhir = 450 x Rp.12 = Rp. 5400
•
•
•
•
•
•
Harga pokok Penjualan:
Persediaan awal
Rp. 1.000
Pembelian
Rp. 11.000
Persed siap dijual Rp. 12.000
Persed akhir
Rp. 5.400
Harga Pokok Penj Rp. 6.600
FIFO (First In First Out)
• Harga Pokok Persed akhir:
Unit
HP/U
H.Pokok
29/11
400
Rp.13
Rp.5.200
20/9
50
Rp.12
Rp. 600
450
Rp.5.800
H.Pokok Penjualan
Persediaan tersedia dijual
Rp.12.000
Persediaan akhir
Rp. 5.800
H.Pokok Penjualan
Rp. 6.200
LIFO (Last In First Out)
• Harga Pokok Persediaan akhir
Unit
HP/U
H. Pokok
1/1
100
Rp.10
Rp.1.000
12/4
200
Rp.11
Rp.2.200
20/9
150
Rp.12
Rp.1.800
450
Rp.5.000
H.P.Penjualan:
Persediaan tersedia dijual
Rp.12.000
Persediaan akhir
Rp. 5.000
H.P.Penjualan
Rp. 7.000
Perpetual Inventory Costs
Inventory cost data to demonstrate
FIFO and LIFO Perpetual Systems
Item 127B
Jan. 1 Inventory
4CostSale
of
10 Purchase
Mdse.
Sold
22 Sale
28 Sale
30 Purchase
Units
Cost
10
7
8
4
2
10
$20
Price
$30
21
31
32
22
METODE RATA-RATA
BERGERAK
KARTU PERSEDIAAN
NAMA BARANG
KODE
TGL PEMBELIAN
HPP
SALDO
Q HP TOT Q HP
TOT Q HP
TOT
1-Jan
10
20 200
4-Jan
7
20 140 3
20 60
10-Jan 8 21 168
11 20.7 228
22-Jan
4 20.7 82.8 7 20.7 145
28-Jan
2 20.7 41.5 5 20.7 104
30-Jan 10 22 220
15 21.6 324
388
HPP
264
So
324
METODE FIFO
KARTU PERSEDIAAN
NAMA BARANG
KODE BARANG
TGL
PEMBELIAN
HPP
SALDO
Q HP TOT Q HP TOT Q HP
TOT
1-Jan
10 20
200
4-Jan
7 20 140 3
20
60
10-Jan 8 21 168
3
20
60
8
21
168
22-Jan
3 20 60 7
21
147
1 21 21
28-Jan
2 21 42 5
21
105
30-Jan 10 22 220
5
21
105
10 22
220
388
HPP 263 15 So
325
METODE LIFO
TGL
PEMBELIAN
Q HP TOT Q
1-Jan
4-Jan
10-Jan 8
21
168
30-Jan 10 22
220
22-Jan
28-Jan
388
HPP
HP TOT
Q
10
7 20 140 3
3
8
4 21
84
3
4
2 21
42
3
2
3
2
10
HPP 266 15
SALDO
HP
TOT
20
200
20
60
20
60
21
168
20
60
21
84
20
60
21
42
20
60
21
42
22
220
So
322
Valuation of Inventory at
Lower-of-Cost-or-Market
Inventory
Item Quantity
A
B
C
D
Total
400
120
600
280
Unit
Cost
Price
$10.25
22.50
8.00
14.00
Unit
Market
Price
$ 9.50
24.10
7.75
14.75
Total
Cost
Total
Market
Lower
C or M
$ 4,100
2,700
4,800
3,920
$ 3,800
2,892
4,650
4,130
$ 3,800
2,700
4,650
3,920
$15,520
$15,472
$15,070
The market decline based on individual items
($15,520 – $15,070) = $450
Estimating Inventory Cost
Retail Method of Estimating Inventory Cost
 Metode hrg eceran berdasarkan hubungan
antara hrg pokok brg tersedia dijual dgn hrg
eceran dari barang yg sama.
 Harga eceran semua brg dag harus ditetapkan
dan dijumlah keseluruhan.
 Persediaan eceran = HP Brg tersedia dijual
(hrg eceran) – penjualan bersih satu periode.
 Rasio biaya = HP brg tersedia dijual
HP brg tersedia dijual (eceran).
 Estimasi Hrg pokok Persediaan = persediaan
eceran x rasio biaya terhadap harga eceran brg
tersedia dijual.
Retail Inventory Method
Merchandise inventory, Jan. 1
Purchases in January (net)
Merchandise available for sale
Cost
$19,400
42,600
$62,000
Retail
$ 36,000
64,000
$100,000
$62,000
Rasio biaya thd hrg eceran =
= 62%
$100,000
Step 1: Menentukan rasio biaya
thd harga eceran.
Retail Inventory Method
Cost
$19,400
42,600
$62,000
Retail
Merchandise inventory, Jan. 1
$ 36,000
Purchases in January (net)
64,000
Merchandise available for sale
$100,000
Sales for January (net)
70,000
Merchandise inventory, January 31, at retail $ 30,000
Step 2: Menentukan persediaan
akhir menurut hrg eceran.
Retail Inventory Method
Cost
$19,400
42,600
$62,000
Retail
Merchandise inventory, Jan. 1
$ 36,000
Purchases in January (net)
64,000
Merchandise available for sale
$100,000
Sales for January (net)
70,000
Merchandise inventory, January 31, at retail $ 30,000
Merchandise inventory, January 31, at cost
($30,000 x 62%)
$18,600
Step 3: Menghitung estimasi
persediaan akhir.
Gross Profit Method of Estimating
Inventory Cost
1. Prosentase Laba kotor diestimasikan dari tk aktual
tahun sebelumnya yg disesuaikan dgn setiap
perubahan dlm hrg pokok & hrg jual selama
periode berjalan.
2. Estimasi laba kotor = tk estimasi laba kotor x aktual
penjualan bersih.
3. Estimasi HP Penjualan = aktual penjualan bersih –
estimasi laba kotor.
4. Estimasi Persediaan akhir = HP Brg tersedia dijual
– HPPenjualan.
Gross Profit Method
Merchandise inventory, January 1
Purchases in January (net)
Merchandise available for sale
Sales in January (net)
Less: Estimated gross profit
($250,000 x 30%)
$ 57,000
180,000
$237,000
$250,000
75,000
Estimated cost of merchandise sold
Estimated merchandise inventory, January 31
175,000
$ 62,000
Metode Laba kotor berguna untuk estimasi
persediaan pada lap keuangan bulanan atau
triwulanan dalam sistem persediaan periodik.