download-behaviristik

Download Report

Transcript download-behaviristik

KONSEP DASAR

Manusia mahluk reaktif yang tingkah
lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh
faktor-faktor dari luar

Manusia memulai kehidupannya dengan
memberikan reaksi terhadap lingkungannya
dan interaksi ini menghasilkan pola
perilaku yang kemudian membentuk
kepribadian

 Tingkah
laku seseorang ditentukan oleh
banyak dan macamnya penguatan yang
diterima dalam situasi hidupnya
 Tingkah
laku dipelajari ketika individu
berinteraksi dengan lingkungan, melalui
hukum-hukum belajar :
• Pembiasaan klasik,
• Pembiasaan operan
• Peniruan.
 Perilaku
manusia bukanlah hasil dari
dorongan tidak sadar melainkan
merupakan hasil belajar, sehingga ia
dapat diubah dengan memanipulasi dan
mengkreasi kondisi-kondisi
pembentukan tingkah laku.
 Manusia
cenderung akan mengambil
sti-mulus yang menyenangkan dan
menghindarkan stimulus yang tidak
menyenangkan.
Kepribadian
seseorang merupakan
cerminan dari pengalaman, yaitu
situasi atau stimulus yang diterimanya.
Memahami kepribadian manusia :
mempelajari dan memahami
bagai-mana terbentuknya suatu
tingkah laku
KARAKTERISTIK KONSELING BEHAVIORAL :
 Berfokus
pada tingkah laku yang tampak
 Cermat
dan operasional dalam merumuskan
tujuan konseling
 Mengembangkan
 Penilaian
prosedur perlakuan spesifik
obyektif terhadap tujuan konseling
ASUMSI TINGKAH LAKU
BERMASALAH
 Tingkah
laku bermasalah adalah
tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan
negatif atau tingkah laku yang tidak
tepat, yaitu tingkah laku yang tidak
sesuai dengan tuntutan lingkungan
 Tingkah laku yang salah hakikatnya
terbentuk dari cara belajar atau
lingkungan yang salah
 Manusia
bermasalah mempunyai
kecenderungan merespon tingkah laku
negatif dari lingkungannya
 Tingkah
laku maladaptif terjadi karena
kesalapahaman dalam menanggapi
lingkungan dengan tepat
 Seluruh
tingkah laku manusia didapat dengan
cara belajar dan juga dapat diubah dengan
menggunakan prinsip-prinsip belajar
TUJUAN KONSELING
 Menghapus/menghilangkan
tingkah laku maldaptif (masalah)
untuk digantikan dengan tingkah
laku baru yaitu tingkah laku adaptif
yang diinginkan klien.
 Tujuan
yang sifatnya umum harus dijabarkan
ke dalam perilaku yang spesifik
 Diinginkan oleh
klien
 Konselor mampu dan bersedia membantu
mencapai tujuan tersebut
 Klien dapat mencapai tujuan tersebut
 Dirumuskan secara spesifik
 Konselor
dan klien bersama-sama (bekerja
sama) menetapkan/merumuskan tujuantujuan khusus konseling.
DESKRIPSI PROSES KONSELING
 Proses
konseling dibingkai oleh kerangka
kerja untuk mengajar klien dalam mengubah
tingkah lakunya
 Proses
konseling adalah proses belajar,
konselor membantu terjadinya proses belajar
tersebut
1. Identifikasi
Konselor
mendorong klien untuk
mengemukakan keadaan yang benarbenar dialaminya pada waktu itu
Assesment
diperlukan untuk
mengidentifikasi motode atau teknik
mana yang akan dipilih sesuai dengan
tingkah laku yang ingin diubah.
2. Perumusan Tujuan

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah
assessment konselor dan klien menyusun dan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam
konseling

Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Konselor dan klien mendifinisikan
masalah yang dihadapi klien
b. Klien mengkhususkan perubahan positif
yang dikehendaki sbg hasil konseling
c. Konselor dan klien mendiskusikan
tujuan yang telah ditetapkan klien :
1) apakah tujuan benar-benar
diinginkan klien
2) apakah tujuan itu realistik
3) kemungkinan manfaatnya
4) kemungkinan kerugiannya.
d.
Konselor dan klien membuat
keputusan apakah :
1) melanjutkan konseling dengan
menetapkan teknik yang akan
dilaksanakan
2) mempertimbangkan kembali
tujuan yang akan dicapai
3) melakukan referal
3. Implementasi Teknik
menentukan dan melaksanakan teknik konseling
yang digunakan untuk mencapai tingkah laku
yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling
4. Evaluasi
melakukan penilaian apakah kegiatan konseling
yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai
hasil sesuai dengan tujuan konseling
5. Tindak lanjut
memberikan dan menganalisis umpan balik untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses
konseling.
TEKNIK KONSELING
 Teknik
konseling behavioral
diarahkan pada penghapusan respon
yang telah dipelajari (yang
membentuk tingkah laku
bermasalah) terhadap perangsang,
dengan demikian respon-respon
yang baru (sebagai tujuan
konseling) akan dapat dibentuk
Prinsip Kerja Teknik Konseling
Behavioral
•
Memodifikasi tingkah laku melalui
pemberian penguatan agar klien
terdorong untuk merubah tingkah lakunya,
penguatan tersebut hendaknya mempunyai
daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara
sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui
tingkah laku klien.
 Mengurangi
frekuensi berlangsungnya tingkah
laku yang tidak diinginkan
 Memberikan
penguatan terhadap suatu respon
yang akan mengakibatkan terhambatnya
kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan
 Mengkondisikan
pengubahan tingkah laku
melalui pemberian contoh atau model (film,
tape recorder, atau contoh nyata langsung)
 Merencanakan
prosedur pemberian penguatan
terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan
sistem kontrak
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
Latihan Asertif
 Digunakan untuk melatih klien yang
mengalami kesulitan untuk menyatakan diri
bahwa tindakannya adalah layak atau benar
Terutama berguna di antaranya untuk
membantu individu yang tidak mampu
mengungkapkan perasaan tersinggung,
kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan
afeksi dan respon posistif lainnya
Cara : permainan peran dengan
bimbingan konselor, diskusi kelompok

Desensitisasi
Sistematis
Memfokukskan bantuan untuk
menenangkan klien dari ketegangan yang
dialami dengan cara mengajarkan klien
untuk rileks
Esensi teknik ini adalah menghilangkan
tingkah laku yang diperkuat secara negatif
dan menyertakan respon yang berlawanan
dengan tingkah laku yang akan
dihilangkan
o Dengan
pengkondisian klasik responrespon yang tidak dikehendaki dapat
dihilangkan secara bertahap
o Tingkah
laku yang diperkuat secara
negatif biasanya merupakan
kecemasan, dan ia menyertakan
respon yang berlawanan dengan
tingkah laku yang akan dihilangkan.
Pengkondisian
Aversi
o
Digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk
dengan cara menyajikan stimulus yang tidak
menyenangkan (menyakitkan) shg tk laku tsb terhambat
kemunculannya. Stimulus dpt brp sengatan listirk atau
ramuan yang membuat mual
o
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan
tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya
tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya
o
Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara
tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus
yang tidak menyenangkan.
 Pembentukan
Tingkah laku Model
o
Digunakan untuk membentuk tingkah laku baru
pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang
sudah terbentuk
o
Konselor menunjukkan kepada klien tentang
tingkah laku model, dapat menggunakan model
audio, model fisik, model hidup atau lainnya
yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku
yang hendak dicontoh
o
Tingkah laku yang berhasil dicontoh
memperoleh ganjaran dari konselor : dapat
berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
KETERBATASAN Konseling
Behavioral
1.
Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek
pribadi, bersifat manipulatif, dan
mengabaikan hubungan antar pribadi
2.
Lebih terkonsentrasi kepada teknik
3.
Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh
konselor
4.
Konstruksi belajar yang dikembangkan
dan digunakan oleh konselor behavioral
tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan belajar dan harus dipandang hanya
sebagai suatu hipotesis yang harus diuji
5. Perubahan klien hanya berupa gejala yang
dapat berpindah kepada bentuk tingkah laku
yang lain.
KONSEP DASAR

Manusia dalam kehidupannya selalu aktif
sebagai suatu keseluruhan.

Setiap individu bukan semata-mata
merupakan penjumlahan dari bagian-bagian
organ-organ seperti hati, jantung, otak,
dan sebagainya, melainkan merupakan suatu
koordinasi semua bagian tersebut.

Manusia aktif terdorong kearah
keseluruhan dan integrasi pemikiran,
perasaan, dan tingkah lakunya

Setiap individu memiliki kemampuan
untuk menerima tanggung jawab
pribadi, memiliki dorongan untuk
mengembangkan kesadaran yang akan
mengarahkan menuju terbentuknya
integritas atau keutuhan pribadi.

Hakikat manusia menurut
Gestalt :
 Hanya
dapat dipahami dalam
keseluruhan konteksnya
 Merupakan
bagian dari
lingkungannya dan hanya dapat
dipahami dalam kaitannya dengan
lingkungannya itu
 Aktor
bukan reaktor
 Berpotensi
untuk menyadari
sepenuhnya sensasi, emosi,
persepsi, dan pemikirannya
 Dapat
memilih secara sadar dan
bertanggung jawab
 Mampu
mengatur dan mengarahkan
hidupnya secara efektif.
 Dalam
hubungannya dengan
perjalanan kehidupan manusia :
tidak ada yang “ada”
kecuali “sekarang”.
Masa lalu telah pergi dan masa depan belum
dijalani, oleh karena itu yang menentukan
kehidupan manusia adalah masa sekarang.
 Kecemasan
:
“kesenjangan antara
saat sekarang dan
yang akan datang”
Jika individu menyimpang dari saat
sekarang dan menjadi terlalu terpukau pada masa depan, maka mereka
mengalami kecemasan.

Unfinished business
(urusan yang tak selesai)
perasaan-perasaan yang tidak
tersalurkan/terungkapkan
seperti : dendam, kemarahan,
kebencian, sakit hati,
kecemasan, kedudukan, rasa
berdosa, rasa diabaikan

Karena tidak terungkapkan di dalam
kesadaran, perasaan-perasaan di bawa pada kehidupan sekarang dengan
cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain

Urusan yang tak selesai itu akan
bertahan sampai ia berani menghadapi dan menangani/mengatasinya
ASUMSI TINGKAH LAKU
BERMASALAH

Individu bermasalah terjadi karena adanya
pertentangan antara kekuatan “top dog” dan
keberadaan “under dog”
o
Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan,
o
Under dog adalah keadaan defensif, membela diri,
menuntut, mengancam
tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.

Perkembangan yang terganggu
karena terjadi ketidakseimbangan
antara apa-apa yang diinginkan dan
apa-apa yang dilakukan

Terjadi pertentangan antara
keberadaan sosial dan biologis

Ketidakmampuan individu
mengintegrasikan pikiran, perasaan,
dan tingkah lakunya
Mengalami gap/kesenjangan sekarang
dan yang akan datang
 Melarikan diri dari kenyataan yang
harus dihadapi

 Spektrum
tingkah laku
bermasalah :
1. Kepribadian kaku (rigid)
2. Tidak mau bebas-bertanggung
jawab, ingin tetap tergantung
3. Menolak berhubungan dengan
lingkungan
4. Memeliharan unfinished bussiness
5. Menolak kebutuhan diri sendiri
6. Melihat diri sendiri dalam
kontinum “hitam-putih” .
TUJUAN KONSELING

Tujuan utama :
Membantu klien berani
menghadapi tantangan dan
kenyataan
Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap
lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri,
dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan
kebermaknaan hidupnya.

Individu yang bermasalah pada umumnya
belum memanfaatkan potensinya secara
penuh, ia baru memanfaatkan sebagian dari
potensinya yang dimilikinya
Melalui konseling konselor
membantu klien agar potensi
yang baru dimanfaatkan
sebagian ini dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal.

Tujuan spesifik
1. Membantu
klien agar dapat
memperoleh kesadaran pribadi,
memahami kenyataan atau
realitas, serta menda-patkan
insight secara penuh
2. Membantu
klien menuju
pencapaian integritas
kepribadiannya
3. Mengentaskan klien dari
kondisinya yang tergantung pada
pertimbangan orang lain ke
mengatur diri sendiri (to be true
to himself)
4. Meningkatkan kesadaran
individual agar klien dapat
beringkah laku menurut prinsipprinsip Gestalt, semua situasi
bermasalah (unfisihed bussines)
yang muncul dan selalu akan
muncul dapat diatasi dengan
baik.
DESKRIPSI PROSES
KONSELING
Fokus utama konseling : bagaimana keadaan klien
sekarang serta hambatan-hambatan apa yang
muncul dalam kesadarannya
Tugas konselor : mendorong klien untuk
dapat melihat kenyataan yang ada pada
dirinya dan mau mencoba
menghadapinya
Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif,
menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau
membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya
terjadi pada dirinya sekarang

Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran
yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk
melakukan diagnosis, interpretasi maupun
memberi nasihat

Konselor sejak awal konseling sudah
mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang
dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn
yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri
sendiri

Konselor membantu klien menghadapi transisi
dari ketergantungannya terhadap faktor luar
menjadi percaya akan kekuatannya sendiri.
Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan
membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.

Pada saat klien mengalami gejala
kesesatan dan klien menyatakan
kekalahannya terhadap lingkungan dengan
cara mengungkapkan kelemahannya,
dirinya tidak berdaya, bodoh, atau gila

Konselor membantu membuat perasaan
klien untuk bangkit dan mau menghadapi
ketersesatannya sehingga potensinya
dapat berkembang lebih optimal.
Deskripsi Fase-fase Proses Konseling

:
Fase pertama

konselor mengembangkan pertemuan
konseling, agar tercapai situasi yang
memungkinkan perubahan-perubahan yang
diharapkan pada klien

Pola hubungan yang diciptakan untuk
setiap klien berbeda, karena masingmasing klien mempunyai keunikan sebagai
individu serta memiliki kebutuhan yang
bergantung kepada masalah yang harus
dipecahkan.
 Fase
kedua

Konselor berusaha meyakinkan dan
mengkondisikan klien untuk
mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan sesuai dengan kondisi
klien

Ada dua hal yang dilakukan
konselor dalam fase ini, yaitu :
1. Membangkitkan
klien :


2.
motivasi
memberi kesempatan klien untuk menyadari
ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya
Makin tinggi kesadaran klien terhadap
ketidakpuasannya semakin besar motivasi
untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga
makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja
sama dengan konselor.
Mebangkitkan otonomi klien :

menekankan kepada klien bahwa klien boleh
menolak saran-saran konselor asal dapat
mengemukakan alasan-alasannya secara
bertanggung jawab.
 Fase
ketiga

Konselor mendorong klien untuk
mengatakan perasaan-perasaannya
pada saat ini

Klien diberi kesempatan untuk
mengalami kembali segala
perasaan dan perbuatan pada
masa lalu, dalam situasi di sini
dan saat ini.

Kadang-kadang klien diperbolahkan
memproyeksikan dirinya kepada konselor

Melalui fase ini, konselor berusaha
menemukan celah-celah kepribadian atau
aspek-aspek kepribadian yang hilang,
dari sini dapat diidentifikasi apa yang
harus dilakukan klien.

Fase keempat

Setelah klien memperoleh pemahaman
dan penyadaran tentang pikiran,
perasaan, dan tingkah lakunya,
konselor mengantarkan klien memasuki
fase akhir konseling

Pada fase ini klien menunjukkan gejalagejala yang mengindikasikan integritas
kepribadiannya sebagai individu yang
unik dan manusiawi.

Klien telah memiliki kepercayaan pada
potensinya, menyadari keadaan dirinya
pada saat sekarang, sadar dan
bertanggung jawab atas sifat
otonominya, perasaan-perasaannya,
pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya.

Dalam situasi ini klien secara sadar dan
bertanggung jawab memutuskan untuk
“melepaskan” diri dari konselor, dan siap
untuk mengembangan potensi dirinya.
TEKNIK KONSELING
 Prinsip
Gestal

Kerja Teknik Konseling
Penekanan Tanggung Jawab Klien,
konselor menekankan bahwa konselor
bersedia membantu klien tetapi
tidak akan bisa mengubah klien,
konselor menekankan agar klien
mengambil tanggung jawab atas
tingkah lakunya.
 Orientasi
Sekarang dan Di Sini

Konselor tidak merekonstruksi masa
lalu atau motif-motif tidak sadar,
tetapi memfokuskan keadaan sekarang

Masa lalu hanya dalam kaitannya
dengan keadaan sekarang

Konselor tidak bertanya dengan
pertanyaan “mengapa”.
Orientasi

Eksperiensial
konselor meningkatkan kesadaran klien
tentang diri sendiri dan masalahmasalahnya, sehingga klien mampu
mengintegrasikan kembali dirinya:
klien mempergunakan kata ganti personal
 klien mengubah kalimat pertanyaan
menjadi pernyataan
 klien mengambil peran dan tanggung jawab
 klien menyadari bahwa ada hal-hal positif
dan/atau negative pada diri atau tingkah
lakunya

Teknik-teknik
Gestalt

Konseling
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien
dikondisikan untuk mendialogkan dua
kecenderungan yang saling bertentangan,
yaitu kecenderungan top dog dan
kecenderungan under dog, misalnya :
kecenderungan
orang tua lawan anak
 Kecenderungan
“anak baik”
lawan “anak bodoh”
 Kecenderungan bertanggung
jawab lawan masa bodoh
 Kecenderungan otonom lawan
tergantung
 Kecenderungan kuat atau tegar
lawan lemah

Melalui dialog yang kontradiktif ini,
menurut pandangan Gestalt pada
akhirnya klien akan mengarahkan
dirinya pada suatu posisi di mana ia
berani mengambil resiko

Latihan “Saya Bertanggung Jawab”

Teknik untuk membantu klien agar mengakui
dan menerima perasaan-perasaannya dari
pada memproyek-sikan perasaannya itu
kepada orang lain.

Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk
membuat suatu pernyataan dan kemudian
klien menambahkan dalam pernyataan itu
dengan kalimat : “...dan saya bertanggung
jawab atas hal itu”.


Misalnya :

“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas
kejenuhan itu”

“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan
sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan
itu”.

“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas
kemalasan itu”.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut
Gestalt akan membantu meningkatkan
kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang
mungkin selama ini diingkarinya.

Bermain Proyeksi

Proyeksi :
 Memantulkan
kepada orang lain perasaanperasaan yang dirinya sendiri tidak mau
melihat atau menerimanya
 Mengingkari
perasaan-perasaan sendiri
dengan cara memantulkannya kepada orang
lain

Sering terjadi, perasaan-perasaan
yang dipantulkan kepada orang lain
merupakan atribut yang dimilikinya

Dalam teknik bermain proyeksi
konselor meminta kepada klien untuk
mencobakan atau melakukan hal-hal
yang diproyeksikan kepada orang
lain.

Teknik Pembalikan

Gejala-gejala dan tingkah laku
tertentu sering kali mempresentasikan
pembalikan dari dorongan-dorongan
yang mendasarinya

Dalam teknik ini konselor meminta klien
untuk memainkan peran yang
berkebalikan dengan perasaanperasaan yang dikeluhkannya.
 Misalnya
:
Konselor memberi kesempatan
kepada klien untuk memainkan peran
“ekshibisionis” bagi klien pemalu
yang berlebihan
 Tetap
dengan Perasaan

Teknik ini dapat digunakan untuk klien
yang menunjukkan perasaan atau
suasana hati yang tidak menyenangkan
dan ia sangat ingin menghindarinya

Konselor mendorong klien untuk tetap
bertahan dengan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.

Kebanyakan klien ingin melarikan diri
dari stimulus yang menakutkan dan
menghindari perasaan-perasaan yang
tidak menyenangkan

Dalam hal ini konselor tetap
mendorong klien untuk bertahan
dengan ketakutan atau kesakitan
perasaan yang dialaminya sekarang
dan mendorong klien untuk menyelam
lebih dalam ke dalam tingklah laku
dan perasaan yang ingin dihindarinya
itu.

Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan
yang lebih baru :
tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaanperasaan yang ingin dihindarinya

membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
KETERBATASAN
KONSELING BEHAVIORISTIK
1. Pendekatan gestalt cenderung kurang
memperhatikan faktor kognitif
2.
Pendekatan gestalt menekankan
tanggung jawab atas diri sendiri,
tetapi mengabaikan tanggung jawab
pada orang lain
3.
4.
Menjadi tidak produktif bila
penggunaan teknik-teknik gestalt
dikembangkan secara mekanis
Dapat terjadi klien sering
bereaksi negatif terhadap
sejumlah teknik gestalt karena
merasa dirinya dianggap anak
kecil atau orang bodoh.
CLIENT CENTRED THEORY
Tokoh :
Carl Rogers (1902)
Konsep unggul :
Konselor bukan orang yang tahu segalanya
Konseli adalah orang yang mampu mengarahkan
dirinya sendiri (self-direction), sehingga tidak perlu
: advice, suggestion, persuassion, teaching,
diagnosis dan interpretation
Hakekat Manusia
1.
2.
3.
Organisme (the total individual)
Medan phenomenal (the totally of
experience)
Self, merupakan bagian dari medan
phenomenal yang terdeferensiasikan dan
tediri dari pola pengamatan dan penilaian
sadar dari “I” atau “Me”
Tujuan Konseling
Membantu konseli agar menjadi
manusia yang berfungsi
seutuhnya
Sifat Organisme dan self
Oganisme : memenuhi kebutuhan,
mengaktualisasi diri dan melambangkan
pengalamanmenolak
2. Self : berinteraksi dengan lingkungan,
menginteraksi nilai orang lain secara tidak wajar,
mengnginkan keselarasan, ertindak selaras dengan
self, pengalaman yang tidak selaras dengan self
dianggap ancaman dan self mungkin berubah
karena hasil kematangan dan belajar
1.
Kepribadian
SEHAT :
1.Terbuka dengan
pengalaman baru
2.Percaya pada diri sendiri
3.Mempergunakan
sumber dari dalam diri
untuk mengevaluasi
4.Keinginan untuk terus
tumbuh
Ke[ribadian
TIDAK SEHAT :
Tidak selaras
antara konsep diri
dengan
pengalaman
Tehnik Konseling
Tidak ada tehnik khusus, yang penting dalam
komunikasi banyak menggunakan tehnik
“bersama” konseli.
PSYCHOANALYSIS THERAPY
Tokoh : Sigmund Schlomo Freud
 Konsep unggulan : Investigasi pemikiran
dan perasaan yang tidak disadari
 Konsep Id, Ego dan Superego

Hakekat Manusia
Manusia ditentukan oleh tekanan
irasional, motivasi yang tidak disadari,
dorongan biologis, dorongan instink dan
kejadian psikoseksual 6 th pertama
 Manusia memiliki instink hidup dan
instink mati
 Manusia ibarat gunung es, hal yang
tampak adalah kesadaran dan yang
terbenam adalah ketidaksadaran

Kepribadian :
 SEHAT
: Mampu
mengintegrasikan id dan ego
 TIDAK SEHAT : Memiliki ego
defence mechanism
Tujuan Konseling :
1. Mengembalikan fungsi ego agar
lebih kuat dengan menumbuhkan
self- knowledge
2.Mampu mencapai kesadaran diri,
berbuat jujur, mengendalikan
perilaku
3. Memberi lingkungan yang
kondusif
Tehnik Konseling :
1.
2.
3.
Penafsiran
Analisis mimpi
Asosiasi Bebas
TRAIT AND FACTOR
Tokoh :
E.Griffit Williamson
Konsep Unggulan :
penggunaan alat-alat pengukur
ilmiah atribut manusia
Hakekat Manusia :
1
2
3
Manusia mempunyai potensi untuk
berbuat baik maupun buruk
Manusia berkembang dalam
masyarakat dan tidak bisa sepenuhnya
hidup diluar masyarakat
Manusia ingin mencapai kehidupan
yang baik
Kepribadian
SEHAT :
memahami diri
2. TIDAK SEHAT :
tidak memahami diri
1.
Tujuan Konseling
Membantu menerima pandangan diri
sendiri, berpikir jernih dan mengontrol
perkembangan secara rasional
2. Memperkuat pemahaman sifat agar
dapat bereaksi secara wajar
3. Mengubah sifat subyektif dan
kesalahan dalam konsep diri
1.
Prosedur konseling
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Rapport
Activity of understanding
Planning
Advicing
Try out of planning
Referral
Extensial therapy
Tokoh :
Victor Frankl (1905)
Konsep Unggulan :
semua manusia akan berusaha untuk
mendapatkan arti hidup dan tujuan yang
ingin diraihnya selama hidupnya.
Hakekat manusia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Berpusat pada diri sendiri
Memiliki karakter untuk menyatakan diri dan
melindungi diri
Memiliki kemungkinan bergerak
Memiliki kesadaran subyektifitasnya sendiri dalam
hubungan denngan orang lain
Memiliki keunikan : kesadaran diri(pengetahuan
terhadap bahaya dari luar)
Memiliki kecemasan  perasaan untuk bertahan
terhadap sesuatu yang akan mencelakakan diri
PRIBADI SEHAT :
Freedom
2. Choice
3. Independent
4. Responsibility
1.
Tujuan Konseling :
Membantu individu agar mampu
bertindak dan menerima kebebasan
dan bertanggungjawab dalam
tindakan
REALITY THERAPY
Tokoh :
William Glasser
Konsep Unggulan :
1. Konseling yang menekankan pada masa kini dan nyata
2. Menolak konsep sakit mental,tetapi tidak bertanggung jawab
3. Berorientasi pada masa yang akan datang
4. Menekanan pentingnya nilai
5. Mencarikan alternatif nyata(apa yang harus dilakukan, apa
yang diinginkan) dalam membantu
6. Menghapus hukuman, tetapi penanaman disiplin
7. Menekankan konsep tanggungjawab
Hakekat manusia
1.
2.
3.
4.
Manusia mempunyai kebutuhan psikologis
tunggal
Ciri kepribadian yang khas menimbulkan
dinamika tingkah laku
Setiap orang mempunyai kemampuan
potensial
Potensi harus diusahakan untuk
berkembang
Kepribadian sehat
1. Berperilaku penuh tanggung jawab
2. Memiliki disiplin
Tujuan Konseling
1.
2.
3.
4.
Menolong individu agar mampu
mengurus diri sendiri
Mendorong berani bertanggung jawab
Mengembangkan rencana-rencana nyata
Membantu untuk disiplin dan
bertanggung jawab atas kesadaran sendiri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Prosedur konseling
Menciptakan rapport
Identifikasi perilaku bermasalah
Evaluasi perilaku
Merencanakan perilaku yang bertanggung
jawab
Komitmen
Pengakhiran Konseling
Prinsip-prinsip konseling
Involvement
Making value judgment
Making a plan
Getting a commitment
Never give up (pantang
menyerah/ulet)
6. Eliminated punishment
(konsekuensi logis tetap)
1.
2.
3.
4.
5.
Tehnik Konseling
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Role playing
Humor
Modelling
Konfrontasi (kejutan verbal), ditantang
Melibatkan secara lebih efektif
Membuat perencanaan (planning)
Pembatasan konseling  structuring
Bertanya (What, who, when, where, how)
Humanistic therapy
Sejarah :
Tokoh : Abraham A. Maslow

Konsep Unggulan :
1.Manusia mempunyai kemampuan khas : refleksi diri,
aktualiasi potensi kreatif, menentukan bagi diri sendiri secara
aktif
2.Mengerti manusia sebagaimana adanya,mengetahui mereka
dari realitasnya,melihat dunia sebagaimana mereka
melihatnya,memahami mereka bergerak dan keberadaannya
unik dan konkrit
3.Potensi kreatif, kesehatan psikologis dan hirarki motivasi
Hakekat manusia
Filsafat eksistensialis (manusia bertanggung
jawab atas apa yang dilakukan)
 Bebas menentukan dan berkeinginan
 Manusia tidak pernah statis
 Pengalaman personal berhubungan dengan
eksistensi dalam dunia orang lain

Kepribadian ideal
Melihat kehidupan sebagaimana yang diinginkan, tidak
emosional
 Dapat meramalkan masa depan berdasar pada apa yang benar
dan apa yang salh
 Memiliki kerendahan hati
 Persepsinya murni tidak dipalsukan kecemasan,
harapan,ketakutan ataupun optimisme palsu
 Mengabdi pada tugas, pekerjaan dan jabatan
 Kreatif (fleksibel, berani, spontan,terbuka)
 Dalam mengalami konflik derajatnya ringan
 Tidak egois
 Menghormati diri sendiri secara sehat
 Bebas dari pengaruh orang lain
 Mempunyai kebebasan psikologis
 Dapat mengalami pengalaman puncak

Tujuan Konseling
Mengoptimalkan kesadaran individu akan
keberadaannya dan menerima apa adanya
 Meningkatkan self-actualizaton
 Menghilangkan hambatan dalam selfactualization
 Membantu menemukan pilhan bebas sesuai
kondisi diri
