B. WAWANCARA (INTERVIEW)

Download Report

Transcript B. WAWANCARA (INTERVIEW)

BEBERAPA CARA PENGUMPULAN DATA
II. WAWANCARA (INTERVIEW)
• Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan
untuk mengumpulkan data, Dimana peneliti
mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan
dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau
bercakap-cakap berhadapan muka dengan oranmg
tersebut (face to face).
• Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden
melalui suatu pertemuan atau percakapan.
Wawancara sebagai pembantu utama dari metode
observasi. Gejala-gejala sosial yang yang tidak
dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat
digali dari wawancara
Wawancara bukanlah sekedar angka lisan saja, sebab
dengan wawancara peneliti akan dapat :
a. Memperoleh kesan langsung dari responden
b. Menilai kebenaran yang dikatakan oleh
responden
c. Membaca air muka (mimik) dari responden
d. Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidak
dimengerti responden
e. Memancing jawaban bila jawaban macet
Di dalam wawancara hendaknya antara
pewawancara (interviewer) dengan sasaran
(interviewee)
a. Saling melihat, saling mendengar, dan saling
mengerti
b. Terjadi percakapan biasa, tidak terlalu kaku
(formal)
c. Mengadakan persetujuan /perencanaan
pertemuan dengan tujuan tertentu
d. Menyadari adanya kepentingan yang berbeda,
antara pencari informasi dan pemberi
informasi
Beberapa jenis wawancara :
1). Wawancara tidak terpimpin (non Directive or
Unguided Interview)
Ini diartikan tidak ada pokok persoalan yang menjadi
fokus dalam wawancara tersebut sehingga dalam
wawancara
ini
pertanyaan-pertanyaan
yang
dikemukakan itu tidak sistimatis, melompat-lompat
dari satu peristiwa/topik ke peristiwa/topik yang lain
tanpa berkaitan. Oleh karena itu wawancara ini tidak
mempergunakan pedoman yang tegas.
Maka tidak jarang wawancara ini dapat menjurus ke
arah “free talk” yang sulit disebut wawancara lagi,
karena situasinya sudah tidak dapat dikuasai atau
dibimbing lagi oleh interviewer.
Interviu ini hanya cocok sebagai suatu teknik
pengumpulan data guna memperoleh data-data
khusus yang mendalam, yang tidak dapat
diperoleh dengan wawancara terpimpin
Wawancara tak terpimpin banyak kelemahannya
antara lain :
- Kurang efisien
- Tidak ada pengecekan secara sistimatis,
sehingga relibialitasnya kurang
- Memboroskan tenaga, pikiran, biaya, dan waktu
dsb;
- Sulit untuk diolah / dianalisis
2).
Wawancara terpimpin (structured or
Interview)
Interview jenis ini dilakukan berdasarkan
pedoman-pedoman berupa kuesioner yang
telah disiapkan masak-masak sebelumnya
Sehingga
interviu
tinggal
membacakan
pertanyaan-pertanyaan
tersebut
kepada
interviewee
Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner
tersebut disusun sedemikian rupa sehingga
mencakup variabel-variabel yang berkaitan
dengan hipotesisnya
Keuntungan dari wawancara terpimpin antara lain :
- pengumpulan data dan pengolahannya dapat
berjalan denga cermat / teliti
- Hasilnya dapat disajikan secara kualitatif maupun
kuantitatif
- Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang,
karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang uniform
Kelemahan wawancara terpimpin antara lain :
- Pelaksanaan wawancara kaku (rigid), interview
selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang sudah
tersusun.
- Disamping itu interviewer menjadi terlalu formal,
sehingga hubunganya dengan responden kurang
fleksibel.
3). Wawancara bebas terpimpin
Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari
wawancara tidak terpimpin dan wawancara
terpimpin.
Meskipun terdapat unsur kebebasan, tetapi ada
pengaruh pembicaraan secara tegas dan mengarah.
Jadi wawancara ini mempunyai ciri fleksibilitas
(keluesan) dan arah yang jelas
Oleh sebab itu sering digunakan untuk menggali
gejala-gejala kehidupan psychis antropologis, mis;
latar belakang suatu keyakinan, motivasi dari suatu
perbuatan, harapan-harapan, dan unsur-unsur
terpendam lainnya yang bersifat sangat pribadi
Unsur keluwesan tersebut sebenarnya tergantung dari
keterampilan pewawancara dalam memanipilasi
pada saat-saat psychologis yang tepat. Mis; kita
akan mengadakan penelitian tentang seorang
pemimpin yang otoriter, maka konsep otoriter itu
kita jabarkan kedalam variabel-variabel-variabel
yang dapat dioservasi.
Dari analisis tersebut disusun kedalam pokok-pokok
hal (pedoman interviu) yang sifatnya masih mentah.
Artinya interviewer diberi kebebasan untuk
memesak sendiri pertanyaan tersebut sehingga
diperoleh jawaban –jawaban yang diharapkan.
Jadi dengan hanya berpodoman pada pola ini
pewawancara melakukan wawancara dalam
suasana atau dengan cara yang sesantai
mungkin, interviewee secara bebas dapat
memberikan informasi selengkap mungkin.
Maka dengan jalan penggalian dan pancinganpancingan pewawancara, akan diperoleh
data yang lebih luas tentang latar belakang,
motivasi-motovasi,
afeksi-afeksi,
dan
sebagainya yang menjadi landasan bagi
sikap pemimpin yang otoriter tersebut.
4). Free Talk dan Diskusi
Apabila di dalam suatu wawancara terjadi suatu
hubungan yang sangat terbuka antara interviewer dan
interviewee, maka disini sebenarnya kedua bela pihak
masing-masing menduduki dwifungsi, yaitu masingmasing sebagai “information hanter” dan “Information
supplier” dan dalam keadaan demikian ini kedua bela
pihak dengan hati terbuka bertukar pikiran dan
perasaan, dan sesubyektif mungkin mereka saling
memberi keterangan-keterangan
Maka dlm situasi demikian ini berlangsunglah suatu “free
talk” atau berbicara bebas. Disini interviewer
sebenarnya bukan hanya bertindak sebagai pencari
data, tetapi juga sebagai sugester, motivator, dan
edukator sekaligus.
Kebaikan dari metode omong-omong bebas
ini adalah bahwa dengan adanya partisipasi
aktif dari peneliti pada anggota masyarakat,
maka pihak informan akan merasa
terangsangdan
merasa
mendapatkan
manfaat dalam memberikan informasiinformasi yang benar kepada peneliti
Kelemahan dari pada metode ini adalah
kurang relevan untuk penelitian dalam
rangka menguji hipotesis
5). Teknik wawancara
Berhasil atau tidaknya wawancara pada garis
besarnya tergantung pada 3 hal, yaitu :
a. Hubungan baik antara interviewer dengan
interviewee,
b. Ketrampilan sosial interviewer,
c. Pedoman dan cara pencatatan
a). Hubungan baik antara pewawancara dengan
sasaran (interviewee)
Dalam suatu wawancara interviewee akan
memberikan informasi-informasi atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan dengan baik atau benar,
apabila tercipta suasana yang bebas dan tidak
kaku.
Suasana seperti ini akan dapat terbentuk apabila ada
hubungan
yang
baik,
saling
percaya
mempercayai antara pewawancara dengan yang
diwawancarai
Suasana semacam ini disebut “rapport” jadi tugas
pertama dari pewawancara adalah menciptakan
“rapport”
Untuk menciptakan keadaan semacam ini dapat
dicapai dengan :
1). Lebih dahulu mengadakan pembicaraan
pendahuluan atau “warming up” untuk
perkenalan dan sekaligus untuk menjelaskan
tujuan wawancara
2). Menggunakan bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti. Apabila mungkin gunakan bahasa
sehari-hari dari responden, atau mungkin
bahasa daerah
3). Masalah dengan permasalah yang sesuai
dengan minat atau keahlian responden,
sehingga mereka tertarik lebih dahulu
4). Menciptakan suasana yang bebas dan
santai, sehingga responden tak merasa
tertekan/terpaksa
5). Hindarkan kesan yang terburu-buru, tidak
sabar, dan sikap yang kurang menghargai
(sinis)
6). Memberikan sugesti kepada interviewee
bahwa keterangan atau jawaban mereka
sangat berharga, tetapi dijaga pula jangan
sampai mereka “over Acting”
7). “Probing” menstimulasi percakapan). Apabila
jawaban itu masih kurang lengkap, atau mungkin
macet (tdk memperoleh jawaban dari interviewee,
rangsanglah hingga jawaban muncul). Hal semacam
ini disebut “probing” Probing juga diperlukan untuk
mengarahkan atau menyaring jawaban-jawaban
yang relevan
8). Hendaknya bersikap hati-hati, jangan sampai
menyentuh titik-titik kritis (critical point) dari
interviewee, mis hal-hal yang sangat sensitif dan
rahasia
9). Harus memegang teguh “kode etik” interviewer
yang antara lain tdk membicarakan dengan pihak
siapapun tentang rahasia dari interviewee
b). Ketrampilan sosial Interviewer
Seorang pewawancara disamping mempunyai
tugas untuk menciptakan “rapport” dengan
responden , ia juga harus mempunyai
penampilan diri yang baik.
Dengan kata lain, ia harus mempunyai
keterampilan sosial
Keterampilan sosial tersebut antara lain meliputi :
1). Bersikap ramah, sopan, dan berpakaian rapi
2). Menggunakan bahasa yang sopan, ringkas dan
mudah ditangkap
3). Bersikap luwes, supel, dan bijaksana
4).
Menggunakan lagu dan nada suara yang
menarik, tidak terlalu keras, tetapi jangan terlalu
lembut
5). Bersikap responsif, pada saat-saat tertentu dapat
ikut merasakan sesuatu yang terjadi pada diri
interviewee. Mis; bila interviewee sedang
menceritakan penderitaan atau kegembiraannya,
interviewerdapat ikut menghayati
6). Memberikan sugesti yang halus, tetapi tidak
sampai mempengaruhi jawaban responden
7). Menunjukan sikap keterbukaan dan setia,
sukarela, tidak menunjukkan sikap tertutup dan
terpaksa
8). Apabila interviewer menggunakan alat-alat
pencatat (kuesioner misalnya), gunakanlah secara
informal. Bila mungkin tidak sampai terlihat oleh
interviewee
9). Waktu bicara tataplah wajah interviewee,
demikian pula waktu mendengarkan jawabanjawaban dari mereka.
10). Waktu wawancara, lebih baik menyebut nama
responden (interviewee) daripada hanya dgn
menyebut bapak, ibu, anda atau saudara. Mis;
“berapa anak Pak Kijo?” (lebih baik, daripada
”berapa anak Bapak?”
c). Pedoman dan cara pencatatan wawancara
Secara garis besarnya pencatatan data
wawancara dapat dilakukan dengan 5
cara, yaitu :
1. Pencatatan langsung
2. Pencatatan ingatan
3. Pencatatan dengan alat recording
4. Pencatatan dengan field ratting
5. Pencatatan dengan field coding
1). Pencatatan langsung
Maksudnya pewawancara dengan langsung
mencatat jawaban - jawaban dari
interviewee, sehingga alat-alat dan pedoman
penelitian selalu ada harus siap di tangan.
Keuntungannya, bahwa interviewer belum
lupa tentang jawaban-jawaban atau data
yang diperoleh
Kerugiannya, hubungan antara pewawancara
dengan responden menjadi kaku dan tidak
bebas, sehingga rapport dapat terganggu
2). Pencatatan dari ingatan
Dalam jenis pencatatan ini, pencatatan dilakukan setelah
wawancara selesai seluruhnya. Jadi dalam wawancara
ini pewawancara tidak memegang apa-apa, sehingga
hubungan antara kedua pihak tidak terganggu, dan
raport mudah tercipta.
Tetapi cara ini mempunyai beberapa kelemahan antara
lain :
- Bayak data/jawaban yang hilang karena terlupakan
- Banyak data yang terdesak oleh keterangan-keterangan
lain yang oleh informan diceritakan secara menonjol
dan daramatis
- Data yang dicatat dari ingatan, terutama dalam waktu
yang agak lama akan mengandung banyak kesalahan
- Sering juga data yang dicatat dari ingatan kehilangan
sarinya
3). Pencatatan dengan alat Recording
Pencatatan alat rekording ini sangat
memudahkan pewawancara, karena dapat
mencatat jawaban secara tepat dan detail.
Kelemahannya adalah memerlukan kerja dua
kali. Sebab interviewer harus menyalin atau
menulis lagi dari alat recording tersebut
disamping itu pencatatan semacam ini
sangat mahal harganya
4). Pencatatan dengan Field Rating (dengan
Angka)
Sebelum mengadakan pencatatan dengan
sendirinya interviewer mempersiapkan lebih
dahulu formulir isian atau kuesioner
mengenai data yang akan dikumpulkan, dan
sekaligus memperhitungkan jawaban yang
digolongkan kedalam beberapa kategori.
Tiap kategori diberi nilai atau “kata nilai”
Misalnya kita ingin mengukur tanggapan dan
penilaian terhadap program keluarga
berencana, maka jawaban yang kita
sediakan :
- sangat setuju sekali atau dgn angka 5
- Sangat setuju, dengan angka
4
- Setuju, dengan angka
3
- Tidak setuju, dengan angka
2
- Sangat tidak setuju, dengan angka 1
- Tak ada tanggapan, dengan angka 0
5). Pencatatan data wawancara dengan Kode (Field
Coding)
Jawaban responden tidak dinilai dengan angka “kata
angka”, malainkan hanya dengan tanda atau kode
saja.
Biasanya kodetersebut berupa huruf atau tanda-tanda
lain yang mengkiaskan jawaban-jawabannya
Misalnya : dengan huruf A, B, C, D, dan sebagainya.
Atau dengan tanda positif (+) atau tanda negatif (-),
untuk jawaban “YA” atau “TIDAK”
Kelebihan Metode Wawancara
- Metode ini tidak akan menumui kesulitan
meskipun respondennya buta huruf sekalipun,
atau pada lapisan masyarakat yang manapun,
karena alat utamanya adalah bahasa verbal.
Dengan pengertian, bahwa interviewer harus dapat
menyesuaikan bahasa dan cara dengan latar
belakang responden
- Karena keluaesan dan fleksibilitasnya ini maka
metode wawancara dapat dipakai sebagai
verifikasi data terhadap data yang diperoleh
dengan cara observasi atau angket
- Kecuali
untuk
menggali
informasi,
sekaligus dipakai untuk mengadakan
observasi terhadap perilaku pribadi
- Merupakan suatu teknik yang efektif untuk
menggali gejala-gejala psychis, terutama
yan berada di bawa sadar
- Dari pengalaman para peneliti, metode ini
sangat cocok untuk dipergunakan di dalam
pengumpulan data sosial
Kekurangan metode wawancara
- Kurang efisien, karena memboroskan
waktu, tenaga, pikiran, dan biaya
- Diperlukan adanya keahlian / pengasaan
bahasa dari interviewer
- Memberi kemungkinan interviewer dengan
sengaja memutar balikkan jawaban. Bahkan
memberikan kemungkinan interviewer
untukmemalsukan jawaban yang dicatat di
dalam catatan wawancara (tidak jujur)
- Apabila interviewer dan interviewee
mempunyai perbedaan yang sangat
menjolok, sulut untuk mengadakan rapport
sehingga data yang diperoleh kurang akurat
- Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh
kondisi sekitar, sehingga akan menghambat
dan mempengaruhi jawaban dan data yang
diperoleh