APA, MENGAPA, DAN BAGAIMANA LESSON STUDY

Download Report

Transcript APA, MENGAPA, DAN BAGAIMANA LESSON STUDY

LESSON STUDY
APA, MENGAPA, DAN
BAGAIMANA
LESSON STUDY
Pengantar
Lesson Study (LS) dipilih & diterapkan karena:
 meningkatkan keprofesionalan guru
 meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran.
Yang Dibahas:
(1) apa Lesson Study,
(2) mengapa Lesson Study, dan
(3) bagaimana Lesson Study.
Tahap implementasi LS (Lewis, 2002:51-52):
(1) membentuk grup LS,
(2) memfokuskan LS,
(3) merenc research lesson-RL (study lesson/
pelajaran yg diteliti),
(4) mengajar & mengamati RL,
(5) mendiskusikan & menganalisis RL, dan
(6) merefleksikan LS & merenc tahap berikutnya.
Apa Lesson Study?
Fernandez dan Yoshida (2004:7) mengemukakan bahwa:
Lesson study is a direct translation for the Japanese term jugyokenkyu,
which is composed of two words: jugyo, which means lesson, and
kenkyu, which means study or research. As denoted by this term, lesson
study consists of the study or examination of teaching practice. How do
Japanese teachers examine their teaching through lesson study? They
engage in a well-defined process that involves discussing lessons that
they have first planned and observed together. These lessons are called
kenkyujugyo, which is simply a reversal of the term jugyokenkyu and
thus literally means study or research lessons, or more specifically
lessons that are the object of one’s study. Study lessons are “studied”
by carrying out the steps described next in an attempt to explore a
research goal that the teachers have chosen to work on (e.g.,
understanding how to encourage students to be autonomous learners).
Selanjutnya Fernandez dan Yoshida (2004:7-9)
mengemukakan 6 (enam) langkah dalam proses
melaksanakan suatu lesson study, yaitu:
(1) Collaboratively Planning the Study Lesson,
(2) Seeing the Study Lesson in Action,
(3) Discussing the Study Lesson,
(4) Revising the Lesson (Optional),
(5) Teaching the New Version of the Lesson (Optional),
dan
(6) Sharing Reflections About the New Version of the
Lesson.
Lewis (2002:1) mendefinisikan LS sbb.
As we will see, lesson study is a cycle in which
teachers work together to consider their longterm goals for students, bring those goals to
life in actual “research lessons,” and
collaboratively observe, discuss, and refine
the lessons.
Wang-Iverson & Yoshida, pd Appendix A ttg
Glossary of Lesson Study Terms, (2005:151-154)
mendefinisikan RL sbb: A research lesson
(kenkyujugyo), also commonly referred to as a
“study lesson,” is the lesson that is team-written,
taught in the presence of observing colleagues,
discussed during the discussion session, revised, retaught, and reported.
Selanjutnya, Lewis (2002:1-2) menyatakan hal-hal sbb.
Lesson study is a simple idea. If you want to improve
instruction, what could be more obvious than
collaborating with fellow teachers to plan, observe,
and reflect on lessons?
While it may be a simple idea, lesson study is a
complex process, supported by collaborative goalsetting, careful data collection on student learning,
and protocols that enable productive discussion of
difficult issues.
Wang-Iverson dan Yoshida (2005:5) mendef LS:
Lesson study is:
 teacher-led, ongoing professional learning
 conducted with a common overarching goal
 focused on subject content in the context of student
thinking
 informed by outside expertise (through
knowledgeable others)
Lesson study is not:
 teacher training
 about creating a perfect lesson
 done in isolation
 doing just one lesson study cycle
Wang-Iverson dan Yoshida (2005:23) juga
mengemukakan definisi & hal-hal yang terkait dgn
LS sbb.
Lesson study (jugyokenkyu) is a form of long-term
teacher-led professional learning, developed in
Japan, in which teachers systematically and
collaboratively conduct research on teaching and
learning in classroom in order to enrich students’
learning experiences and improve their own
teaching.
Research lessons are the centerpiece of “lesson
study,” a teacher-led instructional
improvement cycle pictured in Figure 1.
In lesson study, teachers work together to:
 Formulate goals for student learning and long-term
development.
 Collaboratively plan a “research lesson” designed to
bring to life these goals.
 Conduct the lesson, with one team member
teaching and others gathering evidence on student
learning and development.
 Discuss the evidence gathered during the lesson,
using it to improve the lesson, the unit, and
instruction more generally.
 Teach the revised lesson in another classroom, if
desired, and study and improve it again.
Hendayana dkk (2006:10)
mengemukakan pengertian LS
sbb.
 … Lesson Study yaitu suatu model pembinaan
profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk
membangun komunitas belajar.
 Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan
yaitu Plan (merencanakan), Do (melaksanakan),
dan See (merefleksi) yang berkelanjutan. Dengan
kata lain Lesson Study merupakan suatu cara
peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah
berakhir (continuous improvement).
BENTUK LESSON STUDY




Konaikenshu (in-house study workshps)
Subject matter associations.
Teachers’ unions.
School-based leson study atau entire school
lesson study.
 District-sponsored lesson study.
 University-attached laboratory schools
(including “national schools”-attached to
public universities).
Mengapa Lesson Study?
 Pertama, LS merup. suatu cara efektif yg dpt
meningkatkan kualitas mengajar & belajar serta
pelajaran di kelas. Hal ini benar, karena:
(1) pengemb LS dilakukan & didasarkan pd hasil “sharing”
pengetahuan profesional yg berlandaskan pada praktek
& hasil pengajaran yg dilaksanakan para guru,
(2) penekanan mendasar suatu LS adalah para siswa
memiliki kualitas belajar,
(3) tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian
utama dalam pembelajaran di kelas,
(4) berdasarkan pengalaman real di kelas, LS mampu
menjadi landasan bagi pengemb pembelaj, dan
(5) LS akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti
pembelajaran (Lewis, 2002:7).

Kedua, LS yg didesain dengan baik akan menghasilkan guru
yang professional dan inovatif.
Dengan melaksanakan LS para guru dapat:
(1) menentukan tujuan, pelajaran (lesson), satuan (unit)
pelajaran, dan mata pelajaran yang efektif;
(2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi
siswa;
(3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang
disajikan para guru;
(4) menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai para
siswa;
(5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif;
(6) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa;
(7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat
diandalkan; dan
(8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang
dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan
koleganya (Lewis, 2002:27).
Wang-Iverson & Yoshida (2005:13) Manfaat LS:
 reduces teacher isolation
 helps teachers learn to observe and critique
 deepens teachers’ understanding of content and
curricular scope and sequence
 allows teachers to focus on helping all students
learn
 creates shared expectations for and understanding
of student thinking and learning
 increases collaboration and respect for each other
Wang-Iverson & Yoshida (2005:16)
Keistimewaan LS:
 It is teacher-led, long-term professional learning
 It is plan collaboratively over a period of time through
intensive study of materials, standards, and students (in a
practical called kyozaikenkyu)
 It supports a collaborative focus on student thinking through
observation of classroom practice in real time with outside
guests
 It offers a process that makes concrete in an actual lesson a
good for learning (e.g., enhancing student motivation for
learning)
 It provides new and outsiders’ perspectives of teaching and
learning
 It fosters shared reflection based on classroom evidence
 It makes concrete what reflection means, what problem
solving looks like, and what thinking entails
 It involves long-term participation of knowledgeable others
Bagaimana LS
Tahap Implementasi LS (Lewis, 2002:51-52):
(1) Membentuk grup LS,
(2) Memfokuskan LS,
(3) Merencanakan RL,
(4) Mengajar & mengamati RL,
(5) Mendiskusikan & menganalisis RL, dan
(6) Merefleksikan LS & merencanakan tahap berikutnya.
1. Membentuk Grup LS
Ada empat kegiatan:
(1) merekrut anggota kelompok,
(2) menyusun komitmen waktu khusus,
(3) menyusun jadwal pertemuan, dan
(4) menyetujui aturan kelompok.
2. Memfokuskan LS
Ada tiga kegiatan:
 menyepakati tema penelitian (research
theme), fokus penelitian, atau tujuan utama
penelitian;
 memilih mata pelajaran; serta
 memilih topik (unit) & pelajaran (lesson)
Terkait tema penelitian suatu LS, kita perlu
memperhatikan tiga pertanyaan berikut:



bagaimana kualitas aktual para siswa saat
sekarang?
apa kualitas ideal para siswa yang diinginkan di
masa mendatang?
adakah kesenjangan antara kualitas ideal &
kualitas aktual para siswa yg menjadi sasaran LS?.
Kesenjangan inilah yg dapat diangkat menjadi
bahan tema penelitian.
Mata pelajaran (mapel) yg digunakan
untuk LS ditentukan oleh anggota kelompok LS.
Anggota bisa memilih misalnya mapel Kim, Fis,
Bhs, atau Mat.
Panduan memilih mapel, gunakan tiga
pertanyaan berikut:
(1) mapel apa yg paling sulit bagi siswa?
(2) mapel apa yg paling sulit diajarkan oleh guru?
(3) mapel apa yg ada pada kurikulum baru yg ingin
dikuasai & dipahami oleh guru?
Topik yg dipilih sebaiknya adalah yg:
(1) menjadi dasar bagi topik belajar berikutnya,
(2) sulit bagi siswa atau tidak disukai siswa,
(3) sulit diajarkan atau tidak disukai oleh guru, atau
(4) baru dalam kurikulum.
Setelah topik dipilih, kita menetapkan tujuan
topik tersebut. Berdasarkan tujuan topik ini kita
menetapkan beberapa pelajaran yg akan
menunjang tercapainya tujuan topik tersebut.
3. Merencanakan Research Lesson
Di dalam merencanakan suatu RL (a teacherled instructional improvement), di samping
mengkaji pelajaran-pelajaran yg sedang
berlangsung, kita perlu mengembangkan suatu
rencana untuk memandu belajar (plan to guide
learning). Rencana itu akan memandu
pengajaran, pengamatan, & diskusi ttg RL serta
mengungkap temuan yg muncul selama LS
berlangsung.
Format rencana untuk memandu belajar dapat
dilihat pada Appendix 5 (Lewis, 2002:127-
130).
Rencana untuk memandu belajar memuat:
 rencana RL yg terletak pada daerah pusat
lingkaran,
 rencana unit/satuan (unit plan) yg berada
pada daerah ring lingkaran yang lebih luar,
dan
 rencana pembelajaran menyeluruh yg
berlokasi di daerah ring lingkaran paling
luar.
Suatu rencana RL menjawab pertanyaan sangat
penting yaitu “perubahan-perubahan apa yg akan
terjadi pada siswa selama pelajaran berlangsung &
apa yg akan memotivasi mereka?
Rencana RL ini biasa ditulis dalam suatu tabel
yg memuat tiga atau empat kolom. Kolom-kolom
tsb memuat:
 pertanyaan, masalah, dan aktivitas yang
harus dikemukakan oleh guru
 jawaban-jawaban siswa yang diantisipasi
 jawaban-jawaban yang direncanakan guru
untuk siswa
 butir-butir yang perlu dicatat selama
pelajaran (atau “evaluasi”)
Pertanyaan berikut dapat membantu
untuk memandu perencanaan RL (Lewis,
2002:64):
1. Apa yg saat ini dipahami oleh siswa ttg topik ini?
2. Apa yg kita inginkan dari siswa utk dipahami
pada akhir pelajaran?
3. Apa “drama” atau rentetan pertanyaan dan
pengalaman yang akan mendorong para siswa
untuk berpindah dari pemahaman awal menuju
pemahaman yang diinginkan?
4. Bagaimana para siswa akan menjawab pertanyaan
dan aktivitas pada pelajaran tersebut? Apa
masalah dan miskonsepsi yang akan muncul?
Bagaimana guru akan menggunakan idea dan
miskonsepsi untuk meningkatkan pelajaran
tersebut?
5. Apa yang akan membuat pelajaran ini mampu
memotivasi dan bermakna bagi siswa?
6. Apa bukti tentang belajar siswa, motivasi siswa,
perilaku siswa yang harus dikumpulkan agar dapat
mendiskusikan pelajaran itu dan tema penelitian
yang lebih luas? Apa sajakah format pengumpulan
data yang diperlukan?
Elemen berikutnya dari daerah
lingkaran sepusat tadi adalah rencana
unit/satuan pelajaran. Unit ini lebih
luas dari RL. Rencana unit menunjukkan
bagaimana RL yg diamati sesuai dgn
serangkaian pelajaran.
Bagian terakhir dari rencana utk
memandu belajar adalah tema
penelitian. Tema penelitian ini telah
dikemukakan di depan. Tema penelitian
dan pelajaran mempunyai hubungan yang
erat.
Pembuatan rencana untuk pengumpulan
data juga merupakan suatu elemen penting dalam
menyusun rencana utk memandu belajar. Seperti
telah dikemukakan di depan, salah satu kolom
rencana RL memuat “point to notice” atau
“evaluation”.
Data yg dikumpulkan selama LS
biasanya memuat bukti tentang:
• belajar,
• motivasi,
• iklim sosial,
• ucapan atau ceramah guru, dan
• waktu yg digunakan guru pd
setiap elemen pelajaran.
Satu bgn penting lagi & patut dipertimbangkan
dalam merencanakan RL adalah ahli dari luar:
 guru atau
 peneliti yg memiliki penget ttg bidang studi yg
dipelajari dan/atau bagaimana mengajar
bidang studi tersebut.
 keterlibatan ahli dari luar ini akan lebih efektif
jika sudah berlangsung sejak awal.
 ahli tersebut mempunyai kesempatan dalam
membantu merancang pelajaran, memberi
saran tentang sumber-sumber kurikulum, dan
bertindak sebagai komentator terhadap RL.
4. Mengajar dan Mengamati RL
 Guru yg ditunjuk mengajar lesson yg sudah
ditetapkan,
 Anggota kelompok yang lain mengamati lesson
tersebut.
 Pengamat akan mengumpulkan data yg
diperlukan selama pelajaran berlangsung.
Untuk mendokumentasikan RL biasanya dapat dilakukan
dgn menggunakan:
• audiotape,
• videotape,
• handycam,
• kamera,
• karya siswa, dan
• catatan observasi naratif.
• Peranan pengamat selama lesson study adalah
mengumpulkan data dan bukan membantu siswa. Para
siswa harus diberitahu lebih dahulu bahwa pengamat
atau guru lain di kelas mereka itu hanya bertugas untuk
mempelajari pelajaran yang berlangsung dan bukan
untuk membantu mereka.
5. Mendiskusikan & Menganalisis
RL
RL yg sudah diimplementasikan perlu
didiskusikan & dianalisis. Hal ini dilakukan,
karena hasil diskusi & analisis tsb dpt dijadikan
sbg bahan masukan utk perbaikan atau revisi
RL. Dgn demikian RL diharapkan akan menjadi
lebih sempurna, efektif, & efisien.
Diskusi dan analisis ttg RL memuat
butir-butir:
(1) Refleksi instruktur,
(2) Latar belakang anggota kelompok LS,
(3) Presentasi & diskusi ttg data dari RL,
(4) Diskusi umum,
(5) Komentator dari luar (optional), dan
(6) Ucapan terimakasih (Lewis, 2002:69).
Beberapa bgn penting & berguna dari panduan
diskusi pelajaran adalah sbb.
1. guru yg mengajar RL diberi kesempatan menjadi
pembicara pertama & memp kesempatan utk
mengemukakan semua kesulitan dalam
pelajarannya sebelum kesulitan tersebut
dikemukakan oleh yg lain.
2. sbg suatu aturan main, pelajaran yg
disampaikan merup milik semua anggota klpk
LS. Ini adalah pelajaran “kita”, bukan pelajaran
“saya”, & hal ini direfleksikan dlm setiap
keterangan setiap orang. Anggota klpk
berasumsi bhw mereka bertanggungjawab utk
menjelaskan pemikiran & perencanaan yg ada
pada pelajaran tsb.
3. instruktur atau para guru yg merencanakan
pelajaran itu sebaiknya menceritakan mengapa
mereka merencanakan itu, perbedaan antara apa
yg mereka rencanakan dan apa yg sesungguhnya
terjadi, serta aspek-aspek pelajaran yg mereka
inginkan agar para pengamat mengevaluasinya.
4. diskusi berfokus pada data yg dikumpulkan oleh
para pengamat. Para pengamat membicarakan
secara spesifik ttg percakapan & karya siswa yg
mereka catat. Pengamat tidak membicarakan ttg
kualitas pelajaran berdasarkan kesan mereka
tetapi mereka membicarakan fakta yg ditemukan.
5. waktu diskusi bebas terbatas; oleh sebab itu
terdapat kesempatan yg terbatas utk
“grandstanding” dan penyimpangan (Lewis,
2002:69).
Diskusi & analisis RL ini dilaksanakan segera, pada
hari yg sama, setelah RL diimplementasikan. Hal
ini perlu, sbb seperti yg telah dikemukakan
sebelumnya bhw hasil diskusi & analisis ini dapat
digunakan & dipertimbangkan sbg bahan utk
merevisi pelajaran/unit/pendekatan pembelajaran.
6. Merefleksikan LS & Merencanakan Tahap
Berikutnya
Yang perlu dilakukan adalah:
• memikirkan ttg apa yg sudah berlangsung dgn
baik sesuai rencana dan
• apa yang masih perlu diperbaiki.
• apa yang harus dikerjakan selanjutnya oleh
kelompok LS.
• apakah anggota kelompok berkeinginan untuk
membuat peningkatan agar pelajaran ini menjadi lebih
baik?
• apakah anggota yang lain dari kelompok LS ini
berkeinginan untuk mengujicobakan pelajaran ini pada
kelasnya sendiri?
• apakah anggota kelompok LS puas dengan tujuantujuan LS dan metode operasi kelompok? (Lewis,
2002:71).
Pertanyaan-pertanyaan berikut juga dapat
membantu kita dlm melakukan refleksi terhdp
siklus LS maupun memikirkan langkah yg akan
dilakukan berikutnya:
1. apa yg berguna atau bernilai tentang LS yg
dikerjakan bersama?,
2. apakah LS membimbing kita utk berpikir dgn
cara baru ttg praktek pembelajaran seharihari?,
3. apakah LS membantu mengembangkan
penget. kita ttg mata pelajaran serta penget.
ttg belajar & perkembangan siswa?,
4. apakah tujuan LS menarik bagi kita
semua?,
5. apakah kita bekerja bersama-sama dlm
suatu cara yg bersifat produktif &
suportif?,
6. sudahkah kita membuat kemajuan
terhdp tujuan LS kita secara
menyeluruh?,
7. apakah semua anggota kelompok kita
merasa terlibat & berguna?, dan
8. apakah pihak yg bukan peserta merasa
terinformasikan & terundang dlm
kegiatan LS kita? (Lewis, 2002:71).
FREKUENSI LS
 Satu atau dua kali sebulan
 Dua atau tiga kali satu semester
 Alternatif lain sesuai kebutuhan dan
kesepakatan
IMPLEMENTASI LS
Kita dapat memilih dan menerapkan:
 metoda,
 teknik,
 pendekatan,
 strategi,
 media,
 trend pembelajaran, dan
 alat asesmen kelas
Metoda atau teknik asesmen mana yang diterapkan
sangat tergantung pada hakikat materi ajar serta pilihan
dan kesepakatan anggota kelompok.
Penutup
Apa, mengapa, dan bagaimana suatu LS perlu
dipahami oleh para guru. Kita perlu berupaya dan
memikirkan bagaimana agar pendekatan ini dapat
diimplementasikan di kelas masing-masing.
Pengimplementasian suatu LS akan lebih efektif,
jika kita memahami dgn baik apa & mengapa LS
serta menerapkan langkah-langkah yg telah
dikemukakan di atas secara benar dan seksama.
Dgn demikian, tujuan pengimplementasian suatu
LS yg berfokus pada peningkatan kualitas
pembelajaran, peningkatan belajar, peningkatan
profesional guru dapat diwujudkan dgn baik.
DAFTAR RUJUKAN
 Fernandez, Clea and Yoshida, Makoto. 2004. Lesson Study: A
Japanese Approach to Improving Mathematics Teaching and Learning.
Mahmah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
 Hendayana, Sumar; Suryadi, Didi; Abdul Karim, Muchtar; Sukirman;
Ariswan; Sutopo; Supriatna, Asep; Sutiman; Santosa; Imansyah,
Harun; Paidi; Ibrohim; Sriyati, Siti; Permanasari, Anna; Hikmat;
Nurjanah; dan Joharmawan, Ridwan. 2006. Lesson Study: Suatu
Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan
(Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press.
 Lewis, Catherine C. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher-Led
Instructional Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools,
Inc.
 Wang-Iverson, Patsy and Yoshida, Makoto (Editors). 2005. Building
Our Understanding of Lesson Study. Philadelphia, PA: Research for
Better Schools.