DHASARING KAWERUH SEJATI - Quls-Edu

Download Report

Transcript DHASARING KAWERUH SEJATI - Quls-Edu

DHASARING
KAWERUH
SEJATI
(Dasar Ilmu yang Utama)
Reviewer:
Kulsum Nur Hayati
Jundanah
Wasinah
Pendahuluan
• Sampun dados satunggaling tujuan tumrap
dhateng sedaya janma punapa dene ingkang
sami kumelip ing madiya pada, bilih sedaya
sediyanipun sageda kasembadan.
• Inggih sediya punapa kemawon. Sediya awon,
sediya sae, sediya nistha, sediya wirang,
sediya adamel sakiting manahing sanes,
sediya adamel renaning penggalihing sanes,
lan sanes-sanesipun. Wosipun sedaya
sediyanipun sageda katurutan.
Pendahuluan
• Sudah menjadi tujuan semua manusia yang
hidup di dunia, semua itu akan tercapai. Ilmu
sejati itu merupakan tujuan hidup semua
makhluk hidup yang ada di dunia.
• “Sedya” baik, “sedya” buruk, mencelakakan
orang lain, menyakitkan hati, menyenangkan
hati orang lain, dan sebagainya. Semuanya itu
dapat terlaksana.
Pokok Bahasan
•
•
•
•
Apakah arti “sedya”?
Kaweruh
Kaweruh Sejati
Kaweruh: kelahiran jati, salwa
budhi, lan budhi jati
Apakah arti “Sedya”?
• Sedya diartikan sebagai niat atau
keinginan.
• Umat manusia bila sudah
mempunyai keinginan atau niat,
timbul pemikiran bagaimana cara
mencapai niat/keinginan tersebut.
• Tercapainya tujuan berdasarkan kesabaran dan
kerja keras yang dilakukan, berhati-hati, pantang
menyerah, bersungguh-sungguh, fokus, teliti,
tidak mudah bosan, dan lain-lain.
• Cara-cara untuk mencapai tujuan dinamakan
ilmu. Ilmu itu apa saja, ilmu daya kelahiran itu
ilmu yang mempelajari tentang kelahiran. Ilmu
kebatinan mempelajari tentang kekuatan batin,
ilmu hidup mempelajari tentang tentang upaya
hidup.
• Jadi sangat jelas, jika ingin mengetahui tentang
kelahiran menggunakan ilmu kebatinan, itu tidak
akan bisa. Begitu juga sebaliknya bila ingin
mengetahui tentang kebatinan, tidak bisa
menggunakan ilmu kelahiran.
Kaweruh
• Ilmu yang digunakan untuk mencapai satu
tujuan disebut “kaweruh”. Bila kita ingin
berupaya mencapai suatu tujuan harus
menggunakan ilmu atau “kaweruh”.
• Ilmu atau “kaweruh” itu satu sama lain
mempunyai dasar sendiri-sendiri, satu sama
lain tidak sama karena perbedaan “sedya”
(niat/keinginan). Dasar untuk menyalahkan
ilmu satu dengan yang lain adalah perbedaan
itu.
Kaweruh
• Jika kita bisa menggunakan rasa yang seperti dijelaskan di atas
(ilmu itu), maka akan merasa tenang dan tenteram lahir dan
batinnya. Istilah ilmu (kaweruh) itu artinya salah satu cara yang
diketahui, perlu untuk berupaya agar semua niatnya dapat
tercapai.
• Jadi, ilmu manusia yang mempunyai keinginan/niat jelek, harus
menggunakan cara-cara yang jelek. Dan jika manusia mempuyai
keinginan baik, ilmunya harus baik. Jelas sekali bahwa, baik
buruknya ilmu tergantung pada niat atau keinginan orang yang
menggunakan ilmu itu.
• Dengan dasar itu, maka ilmu dapat diketahui baik dan buruknya,
tergantung dari niatnya. Semua manusia, biasanya menginginkan
meraih hal yang baik atau hal yang utama. Sehingga sebaiknya
manusia sendiri berupaya mencari ilmu (kaweruh) yang baik saja.
Jika ada orang yang menginginkan ilmu / hal yang jelek dibiarkan
saja, tergantung pada niat masing-masing.
Kaweruh Sejati
• Kaweruh berasal dari kata ka lan weruh, kata
ka akan bermakna atau bila sudah dipasangkan.
• Weruh artinya tau, kuasa, bisa, terlihat jelas,
gamblang, nyata, tidak tumpang tindih (salah
kaprah), tidak salah arti, pilih-pilih, sendirisendiri.
• Jika diperjelas artinya mengetahui, yang asalnya
dari kata “pinaringan rasa”.
• Kaweruh artinya sudah memiliki pemahaman,
atau sudah mendapatkan inti dari rasa yang
sesungguhnya.
Kaweruh Sejati
• Kaweruh itu bermacam-macam, yaitu ilmu kelahiran, ilmu
kebatinan, atau ilmu budi pekerti.
• Jika akan mempelajari/ mengetahui tentang ilmu tersebut,
harus menyatukan semua rasa yang sudah dimiliki, artinya
rasanya sendiri, bukan rasa orang lain, yang tidak dimiliki.
• Ilmu yang diperoleh hanya dari rasa orang lain, itu jelas bukan
ilmunya sendiri, tapi tetap ilmu orang lain. Penjelasan
tersebut sangat bermanfaat, untuk mengetahui apakah ilmu
(kaweruh) tersebut sudah dimiliki atau belum. (dinarbenan 
ilmu yang dimiliki sendiri).
• Itulah yang dikatakan sejatinya ilmu yang tidak dapat dilihat
oleh orang lain. Orang yang ingin mendapatkan sebuah ilmu
harus belajar terlebih dahulu tentang hal-hal berkaitan
dengan ilmu yang akan dipelajari tersebut, misalnya: belajar
ilmu sastra.
Belajar Ilmu Sastra
• Belajar ilmu sastra harus mengetahui apa itu sastra.
• Sastra adalah tulis.
• Tulis itu apa? Tulis merupakan salah satu gambaran yang
dapat diketahui oleh orang lain, apa yang diinginkan.
• Tulis itu untuk apa? Tulis digunakan untuk berkomunikasi
yang tidak dapat dilakukan dengan tatap muka.
Bagaimana caranya?
• Caranya menulis harus menggunakan tangan tengen
(tidak kidal). Menulis menggunakan apa? Yang
digunakan untuk menulis adalah barang yang digoreskan
di salah satu barang yang rata dan luas akan membekas.
Belajar Ilmu Sastra
• Bagaimana cara memegang barang tersebut?
Caranya adalah jari jempol dan jari tengah dan
telunjuk dijadikan satu, posisi barang tersebut
di tengah-tengah antara jempol dan telunjuk,
dipegang dengan erat-erat tidak ragu-ragu.
Sebab jika ragu-ragu, barang tersebut akan
terlepas dari pegangan. Jika sudah digoreskan
diawali dari kanan, dilakukan terus menerus
sampai apa yang dimaksudkan dapat tertulis
semuanya.
Bagaimana cara membuat tulisan?
• Caranya harus belajar, belajar tentang ilmu
sastra. Misalnya menulis “ha”, dimulai dari sisi
kiri bawah kemudian piranti tadi ditarik ke
atas sampai di atas garis, kemudian ditarik ke
kanan sedikit terus belok ke bawah.
Diteruskan ke kanan sedikit terus naik ke atas
kemudian ke kanan 2 kali yang tingginya sama,
itulah yang disebut tulisan “ha”.
Manfaat Bisa Menulis
• Jika sudah dapat membuat tulisan, selanjutnya
tanpa bertemu sudah dapat dimengerti orang
lain, kemudian bagaimana maksudnya?
• Maksudnya supaya cepat dimengerti, dan kita
dapat melakukan kegiatan yang lain, jadi
keduanya dapat tercapai dengan mudah. Sebab
jika harus datang sendiri harus berembug
sehingga hanya dapat menyelesaikan satu
keperluan saja, keperluan yang lain belum dapat
tercapai.
Bontos ing kaweruh
Ilmu yg dimiliki harus dapat di:
• Dengarkan
• Rasakan
• Pahami
• Lakukan
• Dapat dirasakan oleh diri sendiri dan orang
lain.
Jika belum dapat seperti itu, ilmu yg dimiliki hanya samarsamar saja, yang berarti semua belum sempurna dan belum
paham benar (bontos). Jika belum bontos, bisa salah memaknai
atau tumpang tindih.
Kawruh Kasampurnan
1. Kawruh Kelahiran Jati (berasal dari
kekuatan panca indera)
2. Kawruh Salwa Budhi (berasal dari
kekuatan batin disebut “parakitan”)
3. Kawruh Budhi Jati (berasal dari
kekuatan hidup sejati disebut
“pengracutan”)
Kawruh Kelahiran Jati
• Bersumber dari penginderaan semua manusia, pengetahuan
ini didasarkan pada aktivitas seperti menulis, menghitung,
menggambar, bekerja, membaca, berbicara, mencium/
membau, mendengarkan, melihat alam, bumi, dan jagad
seisinya, yang semuanya itu dapat dinalar menggunakan
kekuatan pancaindera lahir.
• Ilmu tsb apabila diupayakan secara sungguh-sungguh akan
mendatangkan kebaikan terhadap perbuatan sehingga
perbuatan seperti itu sebagai kemampuan bertindak, yaitu
kemampuan bertindak menggunakan panca indra.
• Sisi buruknya, dapat memperbesar keserakahan karena
sifatnya yang serakah, misalnya: meminta upah, meminta
tebusan materi, meminta pengganti berupa segala sesuatu
yang setara apa yang dilakukan.
Kawruh Kelahiran Jati
• Kawruh kelahiran jati berkaitan dengan semua
kondisi lahir atau nampak (nyata).
Contoh:
• Pengetahuan tentang bumi, bulan, bintang, suasana,
dan lain-lain.
• Pengetahuan tentang kejadian hujan, angin, angin
ribut, bencana, panas, dan lain-lain.
• Pengetahuan tentang samudera, bengawan, sungai,
pegunungan, dan lain-lain.
• Pengetahuan tentang manusia, binatang, tumbuhan,
dan lain-lain.
Kawruh Kelahiran Jati
• Semua pengetahuan yang masih dapat dinalar
dengan kekuatan panca indera lahir disebut
pengetahuan tentang kelahiran jati. Kata jati
mempertegas maknanya.
• Jadi kata jati dalam hal ini tidak diartikan sebagai
kenyataan suatu kejadian, melainkan jati dalam arti
sejatinya kelahiran.
• Dengan dasar pengetahuan tersebut, setidaktidaknya manusia sudah dapat menggambarkan
mana yang dapat disebut sebagai pengetahuan
kelahiran.
Kawruh Salwa Budhi
• “Kawruh Salwa Budhi” yang berasal dari kekuatan
pendriyaan batin.
• Ilmu yg terkait dg rasa mencintai sesama, belas
kasihan, sopan santun, dapat menempatkan diri,
rendah hati, berani mengalah, tidak mudah menyerah,
selalu berusaha menemukan ketenteraman hati, takut
melakukan kesalahan, tapi berani ketika benar, lancar
dalam bahasa dan sastra, pintar menyenangkan orang
lain, tidak suka bergunjing, selalu mencari keutamaan,
selalu berusaha menciptakan suasana tenteram,
dihormati sesama, dicintai sesama, yang semua itu
dianggap baik.
Kawruh Salwa Budhi
• Disebut pengetahuan batin demikian karena
kekuatannya bersumber dari kekuatan hidup sejati
yang muncul dari panca indera yang tampak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
salwa budhi berada diantara pengetahuan budhi
jati dan kelahiran jati.
• Hal ini pulalah yang menyebabkan pengetahuan
salwa budhi disebut sebagai pengetahuan yang
masih dapat diamati.
• Pengetahuan salwa budhi sudah berkaitan dengan
pengetahuan budhi jati meskipun letaknya masih
dalam pengetahuan kelahiran jati.
Kawruh Budhi Jati
• Pengetahuan tentang hakekat kehidupan, yaitu
tentang asal mula kejadian manusia.
• Dalam pengetahuan Budhi Jati, manusia mulai
menelusuri awal kejadiannya, bentuk kejadiannya,
perjalanan hidupnya, hal-hal yang diperolehnya,
hingga ia kembali ke asalnya yang disebut sebagai
asal mula kejadian manusia, yaitu ke mana tujuan
hidup manusia.
• Bila manusia sudah mulai memasuki tahapan
pengetahuan budhi jati, maka biasanya alam
kehidupan manusia tersebut sudah berbeda dengan
ketika ia masih berada dalam dua alam pengetahuan
yang disebut sebelumnya.
Kawruh Budhi Jati
• Manusia yang sudah memiliki pengetahuan budhi jati tidak lagi
mempedulikan dunia nyata, namun hanya selalu
mementingkan keinginan yang berdasar pada hakekat
kehidupan.
• Manusia yang demikian bila memerintah pasti benar. Bila
berbuat apa saja sudah tanpa berpikir, tanpa berhitung, tanpa
mengira-ira, karena baginya segala sesuatu sudah sangat jelas.
Tidak ada segala sesuatu yang melenceng, seperti cerita Sang
pandhita rengganis mencari ilmu di argapura setelah
meninggalkan kerajaannya pada jaman dahulu kala.
• Bila manusia sudah mampu melakukan hal seperti ini, berarti ia
menjadi manusia yang memiliki kelebihan, namun sayangnya
hingga kini masih sangat sedikit orang yang mampu mencapai
tahapan itu.
Kesimpulan
• Manusia yang sudah mengetahui bagian-bagian dari
masing-masing pengetahuan di atas, seluruh
tindakannya menjadi mudah karena sudah
mengalami pengalaman yang jauh sekali, sedangkan
bila belum mengetahui bagian-bagian pengetahuan
tersebut, akan terjadi sebaliknya.
• Jauh atau dekat maupun susah atau mudah untuk
memahami ilmu tersebut, segalanya tergantung
pemahaman dari masing-masing pribadi, untuk
mengetahui suatu hal maka harus menguasai dulu
pengetahuan sebelumnya.
Matur Nuwun
Materi dapat diunduh di:
quls-edu.com