Keperawatan Sistem Neurobehavior 1 Pertemuan 7

Download Report

Transcript Keperawatan Sistem Neurobehavior 1 Pertemuan 7

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN STROKE
Ns. KRISTIANAWATI, S.Kep M.Biomed
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN STROKE
Definisi :
Disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah yang timbul secara
mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan
daerah otak yang terganggu (WHO, 1989)
Stroke terbagi atas 2 kategori yaitu :
- Stroke hemoragik (terjadi perdarahan serebral)
- Stroke non hemoragik (terjadi oklusi trombosis &
emboli)
Patofisiologi
STROKE
Hemoragik
Non Hemoragik
Pecahnya pembuluh darah otak
Oklusi/sumbatan aliran darah otak
Penurunan perfusi jaringan otak
Iskemia
Metabolisme anaerob
Pelebaran kolateral
Aktifitas elektrolit terganggu
Asam laktat
Pompa Na dan K gagal
Edema otak
Perfusi otak menurun
Nekrosis jaringan otak
Penyebab Stroke
Trombosis serebral  Arteriosklerosis
serebral dan perlambatan sirkulasi 
pusing, perubahan kognitif atau kejang (
secara umum tidak terjadi secara tiba-tiba,
kehilangan bicara sementara)
Embolisme serebral : Abnormalitas
patologik pada jantung kiri dll ( tempattempat asal emboli). Embolus menyumbat
arteri serebral tengah atau cabangcabangnya yang merusak sirkulasi
serebral.
Iskemia serebral  insufisiensi suplai darah ke
otak
Hemoragi serebral :
- H.ekstradural (epidural)  kedaruratan bedah
neuro  perlu perawatan segera
- H.subdural  jembatan vena robek  perode
pembentukan hematom lebih lama 
menyebabkan tekanan pada otak
- H.subarakhnoid  dapat terjadi akibat trauma
atau hipertensi
- H.intraserebral  perubahan degeneratif 
ruptur pembuluh darah
Manifestasi Klinik
Kehilangan motorik
Kehilangan komunikasi
- Afasia ekspresif (tdk mampu membentuk
kata)
- Afasia reseptif (tdk mampu memahami
kata yg dibicarakan)
- Afasia global (kombinasi keduanya)
Kerusakan fungsi kognitif dan efek
psikologik
Disfungsi kandung kemih
Defisit sensori
Pengkajian
- Perubahan tngkat kesadaran
- Adanya atau tidak adanya gerakan
volunter atau involunter
- Kekakuan
- Pembukaan mata
- Warna wajah dan ekstremitas
- TTV
- Kemampuan untuk bicara
- volume cairan dan volume urin
Diagnosa Keperawatan ;
- Kerusakan mobilitas fisik b.d hemparesis
- Nyeri b.d hemiplegi
- Kurang perawatan diri
- Inkontnensia urin b.d ketidakstabilan
detrusor
- Kerusakan proses pikr
- Kerusakan komunikasi verbal
- Risiko terhadap kerusakan integritas kulit
- Perubahan proses keluarga
Tugas
Eksplorasi jurnal & Texbook
- Peningkatan tekanan intrakranial
- Epilepsi
- Myastenia gravis
- Trauma kranial
Komplikasi
Hipoksia serebral  diminimalkan
dengan memberi oksigenasi ke otak
Aliran darah serebral  Hidrasi
adekuat dengan penurunan viskositas
darah
Embolisme serebral  dapat terjadi
setelah infark
Penatalaksanaan
Pasien ditempatkan pada posisi lateral
dengan kepala tempat tidur ditinggikan
sampai tekanan vena serebral berkurang
Bila perlu ventilasi mekanik bg stroke masif
Pantau komplikasi pulmonal (aspirasi,
atelektasis, pneumonia)
Pantau jantung serta tanda gagal jantung
kongestif
Diuretik  menurunkan edema serebral
Antikoagulan
Antitrombosit
ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh :
Lydia Moji L
Elisabeth K. Nalur
A. TINJAUAN TEORITIS
a. Definisi
Miastenia gravis merupakan gangguan yang
mempengaruhi tranmisi neuromuscular pada otot
tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran
seseorang (volunter).
( Keperawatan Medikal Bedah, vol 3, Edisi 8,
Brunner & Sudarth, 2000)
Jadi dapat kita definisika miastenia gravis adalah
suatu penyakit yang bermanifestasi sebagai
kelemahan dan kelelahan otot-otot rangka akibat
defisiensi reseptor asetilkolin pada sambungan
neuromuskular.
b. Klasifikasi
Kelp 1 Miastenia Okular
Hanya menyerang otot-otot okular disertai ptosis dan diplopia.
Sangat ringan dan tidak ada kematian
Kelp 2. Miastenia Umum, dibagi menjadi:
a. Miastenia umum ringan
Permulaan lambat, sering terkena otot mata, pelan-pelan meluas ke otot-otot skelet dan bulbar.
System pernafasan tidak terkena. Respon terhadap terapi obat baik. Angka kematian rendah.
b. Miastenia umum sedang
Awitan bertahap dan sering disertai gejala-gejala ocular, lalu berlanjut semakin
berat dengan terserangnya seluruh otot-otot skelet dan bulbar. Disartria,
disfagia dan sukar mengunyah lebih nyata dibandingkan dengan miastenia
umum ringan. Otot-otot pernapasan tak terkena. Respon terhadap terapi obat
kurang memuaskan dan aktivitas pasien terbatas, tetapi angka kematian
rendah.
c. Miastenia umum berat
1. Awitan yang cepat dengan kelemahan otot-otot skelet dan bulbar yang berat
disertai mulai terserangnya otot-otot pernapasan. Biasanya penyakit
berkembang maksimal dalam waktu 6 bulan. Respon terhadap obat buruk,
insiden terhadap krisis miastenik, kolinergik, maupun krisis gabungan keduanya
tinggi. Tingkat kematian tinggi.
2. Lanjut: miastenia gravis berat timbul paling sedikit 2 tahun sesudah awitan
gejala-gejala kelp 1 atau 2. Miastenia gravis dapat berkembang secara
perlahan-lahan atau secara tiba-tiba. Respon terhadap obat dan prognosis
buruk
c. Patofisiologi (Patoflodiagram)
Tumor kelj. Tymus
Abnormal kelj Tymus
Gangguan konduksi
neuromuskuler
Hyperplasia Tymus
Defisiensi jml ACh dari
membran presinaps ke sinaps
Stimulus antigen yg
memprod Antiasetilkoline
reseptor antibody tganggu
Proses autoimun
pada fungsi neuromuskuler
pd mebran postsinaps otot
(tmpt antibodi mhancrkn reseptor
Ach)
Gangguan pembentukan &
pelepasan ACh
Hantaran presinap & postsinap terganggu
Gangguan permebilitas Na & K
Gangguan potensial aksi
Kontraksi otot menurun
Sambungan patofisiologi(patoflodiagram)
Pd otot mata:
diplopia, ptosis,
Ggn persepsi
sensori:
penglihatan
Pd otot wajah:
ekspresi wajah
spt patung, pd
laring:disfonia
Pd otot leher:
kepala sulit
tegak, cenderung
jatuh
Pd otot sendi &
bahu: tdk dpt
mengkat tangan
m> kepala
Ggn kom verbal
Defisit prwtn diri
Defisit prwtn diri
Pd otot bulbar:
kesulitan
mengunyah, menelan
Pd otot pernapasan:
otot diapragma &
otot2 interkostal
Perub nutrisi kurang
dari kebut tubuh
Pola napas tdk
efektif
Gawat
napas
Gambar
www.med.nagoyacu.ac.jp/.../mgenglish/index.html
Normal Neuromuscular Junction
Neuromuscular Junction in Myasthenia Gravis Patient
There are enough number of acetylcholine receptor
transmitting the signal from the nerve
to the muscle.
Antibody (Y-shaped) binds and
reduces the number of acetylcholine receptor
and makes the transmission of the signal difficult.
d. Komplikasi
Krisis Miastenia
Meningkatnya tekanan darah
Takikardia
Gelisah
Ketakutan
Meningkatnya sekresi bronkhial,
airmata dan keringat
Kelemahan otot umum
Kesulitan bernapas, menelan,
mengunyah, bicara
Kehilangan refleks batuk
Penurunan output urine
Krisis Kolinergik
Menurunnya tekanan darah
Bradikardia
Gelisah
Ketakutan
Meningkatnya sekresi bronkhial,
airmata dan keringat
Kelemahan otot umum
Kesulitan
bernapas,
menelan,
mengunyah, bicara
Mual, muntah
Diare
Kram abdomen
e. Pemeriksaan Diagnostik
Uji tensilon ( endrofnium klorida )
Elektromiografi.
.
CT scan timus, pemeriksaan tiroid, kreatinin-fosfokinase serum, laju
sedimentasi, kadar antinukleus-antibodi, dan pemeriksaan imunologi.
Thorax foto: Foto dada dalam posisi antero-posterior dan lateral perlu
dikerjakan, untuk melihat apakah ada timoma. Bila perlu dapat
dilakukan pemeriksaan dengan CT Scan.
Tes Wartenberg: Bila gejala-gejala pada kelopak mata tidak jelas,
dapat dicoba tes Wartenberg.
Tes prostigmin: Prostigmin 0,5-1,0 mg dicampur dengan 0,1 mg
atropin sulfas disuntikkan intramuskular atau subkutan. Tes dianggap
positif apabila gejala-gejala menghilang dan tenaga membaik.
f. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan diarahkan pada perbaikan fungsi melalui
pemberian obat antikolinesterase dan mengurangi serta
membuang antibodi yang bersirkulasi (plasmaporesis)
Timektomi ( pembedahan eksisi kelenjar timus ) untuk
mengangkat sumber antigen
Pergantian plasmaferesis atau plasma dapat dilakukan untuk
membuang antibody reseptor antiasetilkolin yang beredar
dari plasma, mengakibatkan sebagian perbaikan klinis.
Jika gagal pernapasan terjadi mungkin perlu dipasang
ventilator mekanik.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Riwayat Kesehatan :
Riwayat kelemahan otot: lamanya, sejak kapan, berangsur-angsur
atau cepat, meningkat dengan pergerakan tenaga, membaik bila
istirahat, tiba- tiba cepat lelah
Pemeriksaan fisik
- Otot mata : Diplopia, ptosis, kelemahan otot bola mata
- Otot wajah : kelemahan otot wajah, kesulitan tersenyum,
kesulitan mengunyah, menelan, suara dari hidung
hilang.
- Otot leher : kesulitan mempertahankan posisi kepala
- Otot respirasi : pernapasan lambat, kegagalan pernapasan dengan
penurunan tidal volume dan vital capacity, tidak
efektifnya
batuk.
- Otot lain : kelemahan otot rangka dan ekstremitas
Status nutrisi : penururnan berat badan, tanda- tanda kekurangan
nutrisi
b. Diagnosa keperawatan
Tidak efektifnya pola napas b.d
kelemahan otot pernapasan
Defisit perawatan diri b.d kelemahan
otot, keletihan umum.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b. d kelemahan
otot bulbar menyebabkan kesulitan
mengunyah, menelan.
c. Rencana keperawatan Dp 1
:
1. Kaji frekuensi pernapasan, irama, pola nafas,
penggunaan otot tambahan pernapasan, bunyi
napas, warna kulit dan tingkat kesadaran setiap 2
jam
2. Kaji vital capacity dan tidal
volume, hasil laboratorium
analisa gas darah
3. Pertahankan posisi kepala 30 –
45 derajat
4. Catat adanya peningkatan
kelemahan, kesulitan bernafas,
peningkatan PaCO2,
penurunana PaO2, menururnnya
kapsitas vital dan meningkatnya
kesulitan mengunyah dan bicara.
5. Kolaborasi dalam pemberian
obat antikolinesterasedan berikan oksigen
6. Kaji keadaan pernafasan, capasitas vital dan tidal
volume sebelum dan sesudah pemberian obat
Rencana keperawatan Dp 2
:
1. Kaji kekuatan otot, ptosis, diplopia,
pergerakan bola mata, kemampuan
mengunyah, menelan, reflek batuk,
bicara
2. Kaji kekutan otot sebelum dan sesudah
pemberian antikolineterase
3. Lakukan jadwal istirahat, dan berikan
lingkungan yang tenang
4. Menganjurkan berpartisipasi dalam
perawatan
5. Bantu dalam perawatan diri pasien
selama kelemahan otot yang sangat
berlebihan terjadi.
Rencana keperawatan Dp 3
:
1. Kaji status nutrisi pasien
2. Kaji kemampuan mengunyah dan menelan
3. Hentikan pemberian makan peroral jika pasien tidak
dapat mengatasi sekresi oral atau jika reflek gag,
menelan, batuk, tertekan.
4. Berikan diet tinggi protein, tinggi kalori
5. Kolaborasi dalam pemasangan NGT bila terjadi
kesulitan menelan.
6. Timbang berat badan setiap 3 hari
7. Kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral total
jika pemberian makan peroral/NGT tidak dapat dilakukan.
Terima Kasih
by: Lis & Lydia