Neuro Imunologi ppt
Download
Report
Transcript Neuro Imunologi ppt
NeuroImunologi
Farida,SpS
Penyakit –penyakit neuroimunologi
Bell’s Palsy inflamasi N.VII
Syndroma Guillan Barre (AIDP) radixs dan saraf
perifer
Myasthenia Gravis NMJ
(NeuromucularJunction,paut saraf otot)
Multiple Sklerosis
Syndroma Guillan Barre
(Ascending
paralisis, AIDP(Acut Inflamatory
Demyelinating Poliradikuloneuropathy)
Penyakit autoimmun yang bersifat self limited
Agak jarang
Insiden di dunia berkisar antara 0,4 – 1,7% tiap
100.000 penduduk
ETIOLOGI
-Serangan autoimun pada selaput
myelin perifer
-Adanya suatu autoreactive limfosit T
yang spesifik untuk myelin antigen dan
antibodi
-Biasanya didahului oleh ISPA atau
GIT(campylo bacter jejuni)
-Infeksi pendahulu pencetus timbulnya reaksi
imunologis yang mengakibatkan terjadinya
demielinisasi atau degenerasi aksonal
Patogenesis
Demielinisasi pada SGBreaksi imunologis seluler
langsung pada saraf perifer terbukti dengan adanya
infiltrasi limfosit dan sel mononuclear lain pada
nervus kranialis, radiks ventral dan dorsal, ganglion
dorsal dan saraf tepi demielinisasi segmental dari
saraf tersebut
Rx makrofag memisahkan sel schwann dari
selubung myelin
Terjadi peningkatan kadar IL-2 dan Reseptor IL-2 dari sel T,
Antigen yang diduga mencetuskan proses imun suatu
peptide spesifik pada protein P2 yang terdapat hanya pada
saraf perifer
Demielinisasi yang terjadi perlambatan konduksi saraf
dan butuh waktu yang lebih lama untuk mencapai ambang
depolarisasi.
Gejala Klinis
Gejala kardinal : tetraparesis, parestesia glove and
stocking,refleks fisiologis absen ( tidak ada)
Kelemahan yang ascending, hampir simetris
Gejala neurologis bervariasi pada tiap
pasien,dimulai parestesi yang bersifat distal
dan simetris yang mengenai jari-jari(50%)
parestesi menjalar ke proksimal (stocking and
glove)
Perjalanan Klinis
Paresthesi pada kaki dan tangan, arefleksia atau
hiporefleksia dalam waktu 1 minggu sejak onset
Kelemahan mengikuti parestesi beberapa hari
sesudahnya biasanya dimulai ekstremitas bawah
terutama bagian proksimal sehingga pasien kesulitan
naik tangga atau berdiri di kursi
Kelemahan menjalar ke ektremitas atas, kadang
kadang kelemahan ekstremitas bawah dan atas terjadi
bersamaan dan progresif, tetapi biasanya ekstremitas
bawah lebih berat
Gejala Klinis lain
Paresis nervus kranialis :
Paresis fasialis bilateral (46%)
Paresis otot otot ekstraokuler(36%)
Paresis bulbar (36%)
Paresis otot pernafasan
Disfungsi otonom pada 22% : sinus takikardi,
kadang bradikardi, flushing, hipertensi atau
hipotensi yang berfluktuasi, kadang didapat
hipohidrosis atau hiperhidrosis yang episodik
Progresifitas
Progresifitas gejala dari beberapa hari sampai 1
bulan , hampir 50% pasien mengalami puncak
gejala setelah 2 minggu dan 80% setelah 3
minggu
Penyakit ini bersifat limited disease dan pada
waktu gejala puncaknya tercapai (3-4 minggu),
berhenti progresifitasnya menetap selama
2-4 minggu fase plateau gejalanya secara
dramatis membaik
Pem.penunjang
LP : disosiasi sito albumin(Peningkatan protein,
sedangkan sel kurang) Fase akut terjadi
peningkatan protein LCS>0,55 gr/L,tanpa
peningkatan dari sel (<10 lymposit/mm3)
EMG : KHS (kecepatan hantaran saraf ) Menurun,
Blok konduksi
Tata Laksana
Tidak ada drug of choice
Waspadai memburuknya perjalanan klinis dan
gangguan pernafasan gagal nafas rawat ICU
(ventilator)
Kortikosteroid masih kontroversial, dan bila terjadi
paralisis otot berat,maka perlu kortikosteroid dosis
tinggi
Plasmafaresis bermanfaat terutama pada kasus akut
pemulihan cepat pada 50% kasus selama 1 bulan
perjalanan penyakit
Terapi terkini
Plasmafaresis biasanya dilakukan dalam 4-6 siklus
selama 7-14 hari dan total plasma yang digunakan
200-250 ml/KgBB, sebaiknya dilakukan pada awal
perjalanan penyakit, efektif pada minggu I
Imunoglobulin intravena (expert consensus) : IVIg
direkomendasikan untuk terapi SGB 0,4
g/KgBB/hari, untuk 5 hari berturut turut
Infeksi yang rekurens harus diobati
Prognosis
Prognosis baik,pada 75% kasus pulih dalam waktu 6-12
bulan, maksimal 18 bulan tanpa sekuele yang berarti
7-15% sekuele neurologis yang permanen (footdrop
bilateral,kelemahan otot otot tangan intrinsik)
5% meninggal gagal nafas
Angka relaps berkisar 2-10%
3-5% CIDP(Chronic Inflamatory Demyelinating
Polyneuropathy)
DD/
Myasthenia Gravis
Periodik paralisis hipokalemia
Polineuropati karena deff metabolik
Tetraparesis penyebab lain
Myasthenia Gravis
Definisi : Suatu gangguan pada paut saraf otot(NMJ) yg
menyebabkan kelemahan subakut dan fluktuatif tanpa
gejala gang.sensorik
Etiologi :
Terdapatnya antibodi thd reseptor asetilkholin
(AchRAb) yg menyebabkan terjadinya kesalahan
transmisi pada NMJ mencegah Ach untuk
menstimulasi otot-otot berkontraksi
Klinis
Diplopia
Ptosis
Gangguan mengunyah, berbicara(suara parau),
menelan
Kelemahan otot-otot leher dan otot-otot proksimal
> dari distal
Klinis
Adanya fatique pagi berbeda keadaan dengan
sore
Kelemahan ekstremitas setelah kecapaian(fatique)
Sering terjadi uisa 15-30 thn, pria>40 thn
Diagnosa
Persisten upward gaze ptosis ok otot-otot okular
fatique
Ice pack Tes
Klinis
Tensilon tes
EMG
Tata laksana
Piridostigmin (mestinon)
Steroid
Plasmaferesis,IvIg
Timektomi susp.tymoma