Transcript kredit
Kuliah Umum Dr. B.S. Kusmuljono, MBA Chairman CPR- Indonesia Komisaris Bank BNI Ketua Komnas Keuangan Mikro Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Selasa, 24 Januari 2012 1 Presiden RI mencanangkan target penyaluran KUR selama 5 tahun ke depan (2010-2014) adalah Rp 20 triliun setiap tahun atau Rp 100 triliun selama 5 tahun - untuk target tahun 2010 telah dikoreksi + Rp 13,5 triliun. Data menunjukkan realisasi penyaluran KUR sejak peluncurannya November 2007 s/d Desember 2011 (4 tahun 1 bulan) sebesar Rp 63,4 triliun dengan jumlah debitur 5,72 juta. Asumsi setiap debitur mempekerjakan 2 orang, maka telah memberikan lapangan kerja sebanyak 11,44 juta orang. Sektor yang paling banyak mendapatkan penyaluran KUR adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel (Rp 38,4 triliun atau sebesar 60,5%) dan sektor pertanian (Rp 10,1 triliun atau sebesar 15,9%), sedangkan provinsi yang terbanyak menyalurkan KUR adalah Jawa Timur (Rp 9,8 triliun atau sebesar 15,5%), Jawa Tengah (Rp 9,3 triliun atau sebesar 14,6%) dan Jawa Barat (Rp 8,3 triliun atau sebesar 13,2%). Non performing loan (NPL) KUR sebesar 2,10%. 2 KUR penting karena mampu menjangkau debitur UMKM yang selama ini belum tersentuh oleh perbankan (belum bankable) seperti debitur yang tidak mempunyai jaminan dan debitur pemula. Program KUR profitable bagi bank karena berorientasi bunga komersial dan pada dasarnya usaha debitur tersebut feasible namun belum bankable. Sumber Dana KUR berasal dari 100% masyarakat (tidak bisa diatur hanya oleh pemerintah / birokrat) 3 (Rp juta) Deskripsi Total Kredit Total KUR Total SBI Total DPK Total Aset Total Modal Total Laba CAR LDR ROA BOPO NIM NPL 2001 2002 2003 2004 2005 316.059 371.058 440.505 559.470 695.648 74.296 76.859 101.374 94.058 54.256 797.362 835.778 888.567 963.106 1.127.937 1.106.173 1.121.284 1.226.153 1.288.788 1.490.220 83.675 103.602 112.395 130.168 138.162 12.204 16.537 22.875 29.463 24.897 19,93% 33,01% 1,45% 98,41% 3,60% 12,23% 22,44% 38,24% 1,96% 94,76% 4,14% 7,50% 19,43% 43,52% 2,63% 88,10% 4,64% 6,78% 19,42% 49,95% 3,46% 76,64% 5,88% 4,50% 19,30% 59,66% 2,55% 89,50% 5,63% 7,56% 2006 2007 2008 2009 2010 Okt 2011 792.297 1.002.012 1.307.688 1.437.930 1.765.845 2.106.157 485 12.139 4.565 17.229 29.003 179.045 166.518 166.518 212.116 139.316 111.338 1.287.102 1.510.834 1.753.292 1.973.042 2.338.824 2.587.282 1.716.895 2.014.242 2.343.090 2.571.660 3.054.595 3.460.752 165.691 194.651 212.862 260.787 328.402 399.154 28.334 35.015 30.606 45.215 57.309 63.603 21,27% 61,56% 2,64% 86,98% 5,80% 6,07% 19,30% 66,32% 2,78% 84,05% 5,70% 4,07% 16,76% 74,58% 2,33% 88,59% 5,66% 3,20% 17,42% 72,88% 2,60% 86,63% 5,56% 3,31% 17,18% 75,21% 2,86% 86,14% 5,73% 2,56% 17,15% 81,03% 3,11% 86,44% 5,95% 2,66% 4 3.000.000 DPK Rp Miliar 2.500.000 Kredit 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 SBI 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Okt 2011 5 250.000 Rp Miliar 200.000 150.000 100.000 SBI Turun sejak ada KUR 50.000 SBI KUR 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Okt 2011 6 14,00% 12,00% 10,00% Dengan KUR NIM naik dan NPL turun 8,00% NIM 6,00% 4,00% NPL 2,00% 0,00% 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Okt 2011 7 BAYAR BUNGA SBI Rata-rata penempatan SBI setiap bulan Rp. 150 triliun dengan bunga berkisar 6% per tahun = Rp 9 triliun PERBANKAN VS PENYERTAAN MODAL NEGARA (PMN) untuk penjaminan KUR bagi Askrindo dan Jamkrindo tahun 2010 = + Rp. 1,8 triliun + Imbal Jasa Penjaminan KUR Tahun 2010 = + Rp. 0,45 triliun + Pembayaran Klaim KUR oleh Askrindo dan Jamkrindo tahun 2010 = + Rp. 0,72 triliun TOTAL = Rp. 2,97 triliun SEKTOR RIIL (Institusi & Perusahaan Besar) (UMK & Koperasi = orang kecil) KUR Rp. 63,4 triliun untuk 5,72 juta UMK 8 400.000 JAMKRINDO 300.000 200.000 ASKRINDO 100.000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 (100.000) (200.000) (300.000) 9 REALISASI PENYALURAN KUR No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 BANK Plafon (Rp juta) Outstanding (Rp juta) Debitur Rata-rata Kredit (Rp juta/debitur) NPL (%) BNI BRI (KUR Ritel) BRI (KUR Mikro) BANK MANDIRI BTN BUKOPIN BANK SYARIAH MANDIRI BANK NAGARI BANK DKI BANK JABAR BANTEN BANK JATENG BPD DIY BANK JATIM BANK NTB BANK KALBAR BANK KALTENG BANK KALSEL BANK SULUT BANK MALUKU BANK PAPUA TOTAL TOTAL 6 BANK PELAKSANA 6.506.919 9.571.663 29.945.397 7.002.090 1.907.420 1.084.557 1.494.513 424.252 163.209 1.660.875 756.113 47.156 2.281.864 56.237 141.931 70.067 128.286 47.763 48.985 81.773 63.421.067 57.512.558 3.618.131 4.661.744 10.550.350 4.706.659 1.184.739 419.792 1.036.672 318.730 129.593 1.132.446 527.957 37.065 1.736.615 44.078 100.086 47.748 100.808 35.020 37.737 60.404 30.486.374 26.178.088 77.140 64.373 5.319.572 151.188 11.029 7.610 16.792 12.871 1.446 16.922 12.290 492 20.776 795 1.243 1.671 1.786 1.777 1.565 1.132 5.722.470 5.647.704 84,4 148,7 5,6 46,3 172,9 142,5 89,0 33,0 112,9 98,1 61,5 95,8 109,8 70,7 114,2 41,9 71,8 26,9 31,3 72,2 11,1 10,2 1,42 2,42 1,84 0,99 3,16 9,45 3,46 0,77 1,08 2,72 2,20 3,94 4,16 1,35 2,36 0,17 2,10 2,10 1,98 TOTAL BPD 5.908.509 4.308.286 74.766 79,0 2,86 10 Lain-lain 3.233.117 Jasa Kemasyarakatan 683.360 Perumahan 1.128.141 Transportasi 396.506 Akomodasi 217.280 Perdagangan 17.454.096 Konstruksi 618.915 Industri Pengolahan 934.363 Pertanian 5.820.597 0 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 11 BANTEN 590.411 JAWA TIMUR 4.787.540 D.I. YOGYAKARTA 528.951 JAWA TENGAH 3.775.041 JAWA BARAT 3.868.112 DKI JAKARTA 1.499.438 BANGKA BELITUNG 71.727 KEPULAUAN RIAU 203.897 LAMPUNG 730.352 BENGKULU 205.016 SUMATERA SELATAN 862.538 JAMBI 725.942 RIAU 1.198.312 SUMATERA BARAT 1.003.440 SUMATERA UTARA 1.597.401 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 601.917 - 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 12 PAPUA 284.229 PAPUA BARAT 170.582 MALUKU UTARA 146.789 MALUKU 260.071 SULAWESI BARAT 167.270 GORONTALO 138.222 SULAWESI TENGGARA 245.304 SULAWESI SELATAN 1.688.207 SULAWESI TENGAH 383.150 SULAWESI UTARA 349.673 KALIMANTAN TIMUR 839.633 KALIMANTAN SELATAN 849.143 KALIMANTAN TENGAH 646.468 KALIMANTAN BARAT 801.109 NTT 261.191 NTB 303.572 BALI 701.632 - 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000 1.600.000 1.800.000 13 Sumber Pendanaan Usaha Mikro Sumber: Shinozaki, 2010 14 Variasi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Sumber: Shinozaki, 2010 15 Nasabah, Simpanan, dan Pinjaman LKM Sumber: Shinozaki, 2010 16 System Approach Micro-banking Source of Funds Credit Guarantee Microfinance Problem MFI Money Lender Supervision Regulation 17 PROBLEM SOLVING ACADEMIC SYNERGY BUSINESS GOVERNMENT PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP POLICY 18 System Thinking Dealing with complexity of Microfinancing Hybrid Microfinancing Kredit Usaha Rakyat (KUR) 19 DASAR HUKUM UU No. 20/2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pasal 21 : (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil. (4) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha dapat memberikan hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk Usaha Mikro dan Kecil. 20 DASAR HUKUM UU No. 20/2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pasal 23 Pemerintah dan pemerintah daerah: 1.Menumbuhkan, mengembangkan dan memperluas jangkauan lembaga penjamin kredit, dan 2.Memberikan kemudahan dan fasilitas dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh pembiayaan. 21 Hybrid Microfinancing DANA PEMERINTAH/ APBN DANA MASYARAKAT/ DPK Askrindo & Jamkrindo PEMP/ PUAP LPDB Penjaminan Kredit PNPM Bantuan Padat Sosial Karya Kredit Mikro Dana Bergulir APBD LPKD Perbankan Kur Mikro + KKP-E (Penjaminan) Sinergi Pembiayaan Usaha Produktif (Subsidi Bunga) Perkuatan Permodalan Penyaluran Inkubasi Bisnis Capacity Building 40 Juta Usaha Mikro-Kecil (Sektor Informal) KADINDA Tata Niaga RTS (Rumah Tangga Sasaran) LKM 22 HYBRID MICROFINANCE “ Sistem perkuatan permodalan bagi usaha mikro melalui mekanisme pemadu-serasian (sinergi) sumber-sumber pembiayaan dari dana masyarakat pada perbankan dengan dana pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan serta perluasaan lapangan pekerjaan utamanya bagi Rumah Tangga Sasaran (RTS)” BSK Model, 2009 With organic farmer 23 PENERAPAN HYBRID MICROFINANCING : USULAN KREDIT USAHA MIKRO PERTANIAN (KUMP) KEPADA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN 24 Latar Belakang Ketersediaan pembiayaan bagi petani, peternak, pekebun, pembudidaya ikan dan nelayan merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai ketahanan pangan. Realisasi kredit perbankan, baik komersial maupun melalui kredit program yaitu kredit bersubsidi bunga (KKPE : Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, KPEN-RP : Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan, KUP-S : Kredit Usaha Pembibitan Sapi) maupun melalui kredit dengan penjaminan (KUR) masih sulit diakses oleh sektor pertanian dan perikanan 25 Realisasi Penyaluran Kredit Perbankan kepada Petani Realisasi kredit perbankan secara nasional ke semua sektor per Desember 2010 sebesar Rp. 1.766,2 triliun. Realisasi kredit untuk sektor pertanian secara luas (pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan) per Desember 2010 hanya 5% dari total kredit perbankan atau Rp. 91,16 triliun (sumber: Bank lndonesia) NPL total untuk kredit perbankan : 2,58%, NPL total untuk kredit pertanian 1,83% (sumber: Bank lndonesia) KKPE, KPEN-RP dan KUP-S yaitu Kredit Ketahanan Pangan dengan subsidi bunga berkisar 7%-8% dari pemerintah untuk membiayai usaha budidaya tanaman pangan (padi, jagung kedelai), hortikultura, peternakan, perikanan dan koperasi untuk pengadaan pangan realisasinya masih sangat rendah . 26 Realisasi Penyaluran Kredit Perbankan kepada Petani KKPE : dari alokasi kredit yang dialokasikan perbankan sebesar Rp 9,5 triliun hanya terserap rata-rata Rp. 2,5 triliun per tahun. KPEN-RP : dari alokasi kredit sebesar Rp 38 triliun, hanya terserap rala-rata 3% per tahun . Realisasi kredit per April 2011 sebesar Rp.1,7 triliun, penyerapan terbesar untuk sawit 93% ( Rp1,56 triliun), karet (5,83%) atau Rp 98,5 miliar dan kakao 1,8 % atau Rp 30,2 milyar. Realisasi KUP-S (per April 2011) : alokasi Rp 3,8 triliun, terserap Rp. 132,1 milyar (3,4%) Petani/Nelayan tidak feasible untuk mengakses bunga tinggi dan tidak bankable dalam menyediakan agunan. Data PUT 2009 (Pendataan Usaha Tani oleh BPS) dari 17.870.832 rumah tangga usaha tani hanya 85.333 yang berhubungan dengan perbankan 27 ALASAN PEMBENTUKAN KUMP Keberhasilan KUR Mikro telah dibuktikan mampu menjangkau usaha mikro dan rakyat kecil, sebagai pembuktian bahwa skim penjaminan KUR Mikro tersebut telah sahih dan terus patut dilanjutkan. Tetapi aksesabilitas kaum tani dan nelayan ternyata belum mampu mendorong permintaan ataupun realisasi KUR Mikro ke sektor pertanian. Setelah dilakukan observasi lapang, masalah utamanya adalah bunga KUR - Mikro masih dipandang tinggi untuk sektor pertanian. Bunga tinggi tersebut oleh perbankan dianggap rasional karena risiko di sektor usaha pertanian termasuk tinggi. 28 ALASAN PEMBENTUKAN KUMP Secara akademis, risiko pertanian atau Bio-risk disebabkan oleh karakter produk-produk pertanian itu sendiri. Bio-risk tersebut dikategorikan dalam tiga komponen penyebab, yaitu: • Seasonal Produk – produk pertanian termasuk kelautan dan perikanan mempunyai karakter musiman, segingga sulit untuk mendapatkan mekanisme produksi yang sepanjang waktu. Ketergantungan terhadap iklim dan cuaca sangat tinggi yang menyebabkan kontinuitas bahan baku untuk agroindustri dan agroniaga menjadi penuh ketidakpastian. • Variability Keragaman produk dari suatu jenis komoditi sering sekali menyulitkan homogenitas produk yang akan dipasarkan. Penetapan harga untuk transaksi jual beli menjadi sulit diprediksi bila memperhatikan naik turunnya kualitas produk yang sulit dikendalikan. • Perishable Sebagai benda hidup (bio) maka produk-produk hasil pertanian sangat rentan terhadap kondisi penyimpanan dan pengangkutan. Ini menyebabkan timbulnya susut fisik dan susut mutu. Biaya penanganan pasca panen dan kolektabilitas produk sering terlalu tinggi sehingga akan mendominasi perhitungan nilai tambah pada rantai nilainya. Dari ketiga faktor tersebut, maka penilaian bio-risk harus dilakukan untuk setiap komoditi dan lokasi produksi. Ketidakpastian dari faktor tersebut menyulitkan perhitungan dalam estimasi penetapan bunga yang pas pada jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, keengganan perbankan atas mitigasi atas risiko tersebut dapat dimaklumi, sehingga peran pemerintah diperlukan dengan menciptakan sistem insentif yang berwujud subsidi bunga. 29 Pola Kredit dan Pemberdayaan Petani dan Nelayan Penjaminan Kredit Kredit Usaha Mikro Pertanian (KUMP) Subsidi Bunga Pemberdayaan Tani Nelayan KUMP : Aman, Mudah, dan Murah Aman bagi Bank : ada penjaminan dari pemerintah Mudah dan Murah bagi Petani dan Nelayan : ada subsidi bunga dari pemerintah 30 ALTERNATIF POLA KUMP 1. Asuransi Kredit yang dijamin oleh Lembaga Penjamin 2. Subsidi pada Penutupan Asuransi Kerugian oleh Lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah 3. Subsidi bunga untuk meringankan beban petani dan nelayan Perhitungan awal untuk subsidi bunga KUMP Beban Bunga Perbankan Maks. 14 % untuk Bank Umum Maks. 22% untuk BPR (linkage program) Beban Petani Beban Pemerintah 6% 8% (untuk Bank Umum) s/d 14% (untuk BPR) 4. Pola Kelompok dan Bapak Asuh (Avalist) dalam penyaluran KUMP 31 KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN Kebijakan publik yang diperlukan adalah Peraturan Presiden tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat dalam rangka Penyediaan Pembiayaan bagi Usaha Tani dan Nelayan atau Kredit Usaha Mikro Pertanian (KUMP). Dalam rangka untuk mendorong perbankan nasional agar meningkatkan penyaluran kredit kepada kelompok ekonomi lemah yaitu tani dan nelayan, tim pakar memandang perlu diberikannya fitur insentif oleh pemerintah pusat dan daerah dalam bentuk : Jaminan kredit ala KUR - Mikro, dengan jumlah paling sedikit 70%-90%. Subsidi bunga ala KKPE, dengan mekanisme pemberian subsidi 8%-12% tergantung komoditas. Dana pemberdayaan kelompok tani dan nelayan terkait dengan penyaluran KUMP tersebut. 32 SKIM KREDIT USAHA MIKRO PERTANIAN (KUMP) Menko Ekonomi APBN APBD Dana pemberdayaan Kebijakan KUR TN Dana subsidi Kemen. Keuangan Kantor Kas Negara Penagihan Periodik Subsidi Bunga Pusat Daerah Penagihan Kantor Cabang (unit) Lembaga Penjaminan Kredit Jaminan 70% Pusat Pinjaman Daerah Info kredit macet monev Usulan Departemen Teknis Dana penjaminan Bank Pelaksana KUMP monev Kementan KKP APBN APBD Bank Indonesia Pengembalian Kelompok Tani Nelayan Pemberdayaan Pemberdayaan Tani Nelayan Penerima KUMP CSR – Swasta PKBL-BUMN Perguruan Tinggi LSM 33 MEKANISME PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO PERTANIAN (KUMP) BANK INDONESIA MENKO EKON ASKRINDO JAMKRINDO Koordinasi Lembaga Penjaminan Kredit Daerah BANK Terpilih KKP KEMENTAN KEMEN. KEUANGAN APBN KEMEN. KUKM LKM alternatif perkuatan permodalan subsidi bunga APBD CSR KUMP PKBL dana Pemberdayaan Perguruan Tinggi Pembinaan BDS teknis GAPOKTAN POKTAN POKYAN Anggota KOPTAN KSP Agribisnis Kop. MINA Anggota Tidak boleh sama sasaran 34 1. Dari sisi BANK : Adanya jaringan karena pada dasarnya bank penyalur harus berada di tengah-tengah calon debitur (community based) Sumber daya manusia perlu kompetensi dan budaya yang spesifik, punya komitmen serta mencintai UMKM sektor Pertanian Sistem perlu dibangun untuk mengurangi biaya transaksi sehingga lebih efisien, transparan, sederhana dan nyaman (convenient) bagi debitur. 35 2. Dari sisi CALON DEBITUR / SEKTOR RIIL : Pembinaan (technical assistance) perlu karena calon debitur pada dasarnya belum bankable (persiapan status legal, administrasi, teknik produksi, kepastian pasar), yang bekerja sama dengan berbagai pihak terkait Perlu bekerjasama dengan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) UMK atau Tenaga Pendamping UMK, lembaga rating LKM dan pihak-pihak lainnya. Perlu alokasi dana PKBL terutama porsi hibah untuk operasional training dan pembinaan calon dan debitur KUMP. 36 3. Dari sisi LEMBAGA PENJAMINAN : Perlu komitmen pemerintah dalam mengalokasikan dana APBN bagi Lembaga Penjaminan yang memadai dalam kuantitas dan berjangka panjang sesuai dengan jangka waktu KUMP (10 tahun) Merintis pendirian Lembaga Penjamin Kredit Daerah (LPKD) dengan diampu oleh Askrindo dan Jamkrindo dan mendorong Pemda untuk mereplikasi Sistem KUMP di daerah dengan dukungan dana dari APBD. 37 4. CARA PENYALURAN : Penyaluran KUMP dapat dilaksanakan secara langsung (bank kepada debitur) dan secara tidak langsung (linkage dengan lembaga keuangan mikro/LKM) serta pendekatan kemitraan inti plasma (cluster). Dengan pendekatan linkage tersebut maka dimungkinkan penyaluran KUR dapat menjangkau calon debitur yang berada di remote area dan size-nya mikro. Untuk itu perlu kerjasama dengan lembaga rating LKM independen untuk memperoleh LKM yang baik. Dengan pendekatan kemitraan dimungkinkan penyaluran KUMP menyentuh bidang pertanian secara massal dengan jumlah relatif signifikan. 38 HYBRID MICROFINANCE IMPLEMENTATION ON RIIL SECTOR Cooperation between: CPR-Indonesia Center for Policy Reform Change with Solution for Better Tomorrow BLENDING FINANCING USAHA MIKRO PERIKANAN Produk Individu Petani Ikan Kelompok Petani Ikan Agroindustri/ Industri Koperasi Petani Ikan Capacity Building Kredit LKM Pembiayaan PNPM, PUAP, PEMP, PKBL BUMN Infrastruktur PEMDA C S R Swasta (Newmont, dll) Lembaga Pendamping Kredit BANK PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri PEMP : Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir (Program Kementerian Kelautan dan Perikanan) PUAP : Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (Program Kementerian Pertanian) PKBL : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN 40 Pengembangan Wilayah Berbasis Masyarakat COMMUNITY BASED –INTEGRATED AREA DEVELOPMENT (PENGEMBANGAN WILAYAH TERINTEGRASI BERBASIS MASYARAKAT) Ekspor/Pasar Domestik Agroindustri/ Industri Usaha Mikro Produk Kelompok Tani/Nelayan/ Pengrajin Petani/Nelayan/ Pengrajin Koperasi Bantuan Teknis/ Pengembangan Masyarakat Kredit Mikro Kredit Komersial Linkage Infrastruktur LKM Capacity Building BANK Perguruan Tinggi Penjaminan PKBL BUMN/CSR APEX LKM Pemerintah Daerah/ Kementerian Pooling Fund 41 OFFICE: CPR-Indonesia Graha Kapital Lantai 5 Jl. Kemang Raya No. 4, Jakarta Selatan 12730 INDONESIA Telp. +62-21 719-8716 Fax. +62-21 719-9529 Email : [email protected] 42