Document 9653595

Download Report

Transcript Document 9653595

Mata kuliah : A0384 - Perpajakan
Tahun
: 2009
Pajak Penghasilan
Pertemuan 05 - 06
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
• Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah PPh yang
dipungut oleh:
– Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara
lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan
barang
– Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun
swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain
Bina Nusantara University
3
Pemungut PPh Pasal 22
• Bank Devisa dan Dirjen Bea dan Cukai, atas impor barang
• Dirjen Anggaran, Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah,
BUMN/D, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang
dari belanja negara dan/atau belanja daerah
• Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, industri
rokok, industri kertas, industri baja dan industri otomotif, yang
ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas penjualan hasil
produksinya di dalam negeri
• Pertamina dan badan usaha selain Pertamina yang bergerak di
bidang bahan bakar minyak jenis premix dan gas, atas penjualan
hasil produksinya kepada penyalur dan/atau agennya.
– Badan Urusan Logistik (Bulog), atas penyerahan gula pasir
dan tepung terigu.
Bina Nusantara University
4
Pemungut PPh Pasal 22
• Besarnya Pungutan PPH Pasal 22
– Atas Impor :
• Yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar
2,5% dari nilai impor :
• Yang tidak menggunakan API, sebesar 7,5% dari nilai impor
• Yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual lelang
(Catatan: Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar
perhitungan bea masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF)
ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan
berasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pabean di
bidang impor)
Bina Nusantara University
5
Pemungut PPh Pasal 22
– Atas pembelian barang yang dibiayai dengan APBN/APBD sebesar
1,5% dari harga pembelian
– Atas penjualan hasil produksi yang dilakukan oleh badan usaha yang
bergerak di bidang:
• Industri semen sebesar 0,25%dari dasar pengenaan pajak (DPP)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
• Industri rokok kretek/putih sebesar 0,1% dari harga bandrol, dan
bersifat final
• Industri kertas sebesar 0,1% dari DPP PPN
• Industri baja sebesar 0,3% dari DPP PPN
• Industri otomotif sebesar 0,45% dari DPP PPN
* Yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil
produksinya di dalam negeri
Bina Nusantara University
6
Pemungut PPh Pasal 22
Premix untuk SPBU Swastanisasi sebesar 0,3% dari penjualan dan
untuk SPBU Pertamina sebesar 0,25% dari penjualan
• Minyak tanah sebesar 0,3% dari penjualan atau Rp. 912,-/KL
• Gas LPG sebesar 0,3% dari penjualan atau Rp. 2.250/Kl
• Pelumas sebesar 0,3% dari penjualan
* Catatan : PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi
Pertamina dan badan lain yang bergerak dibidang bahan
bakar minyak jenis premix dan gas, bersifat final
Bina Nusantara University
7
Pemungut PPh Pasal 22
– Atas penyerahan barang yang dilakukan oleh Bulog berupa:
• Gula Pasir kepada:
– Penyalur sebesar Rp. 380,-/kuintal
– Grosir sebesar Rp. 270,-/kuintal
– Pembeli lainnya sebesar Rp. 650,-/kuintal
• Tepung Terigu kepada:
– Penyalur sebesar Rp. 53,-/zak
– Grosir sebesar Rp. 38,-/zak
– Pembeli lainnya sebesar Rp. 91,-/zak
Catatan: PPh pasal 22 atas penyerahan gula pasir dan tepung
terigu oleh Bulog Bersifat Final
Bina Nusantara University
8
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22
• Impor barang-barang dan/atau penyerahan barang yang bersifat final
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang
PPh. Pengecualian tersebut harus dinyatakan dengan Surat
Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak
• Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk:
– Yang dilakukan ke dalam kawasan berikat dan Entrepot Produksi
untuk Tujuan Ekspor(EPTE)
– Sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dan pasal 7 PP Nomor 6
tahun 1969 tentang Pembebanan atas Impor sebagaimana diubah
dan ditambah terakhir dengan PP Nomor 26 tahun 1988 Jo.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1973
– Berupa kiriman hadiah
– Untuk tujuan keilmuan
Bina Nusantara University
9
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22
• Pembayaran atas penyerahan barang yang dibebankan kepada
belanja negara/daerah yang meliputi jumlah kurang dari Rp.
500.000,- (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah)
• Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air
minum/PDAM, benda-benda pos, dan telepon
Bina Nusantara University
10
Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan PPh
Pasal 22
• Atas Impor
– Impor dilengkapi dengan LKP (PPh pasal 22 disetor oleh importir
ke Bank Devisa dengan menggunakan formulir SSP yang berlaku
sebagai bukti pungutan pajak)
– Impor tidak dilengkapi LKP (PPh pasal 22 dipungut dan disetor oleh
Dirjen Bea dan Cukai)
• Dirjen Bea dan Cukai wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh pasal
22 dalam rangkap 3 yaitu :
1. lembar pertama untuk pembeli
2. lembar kedua untuk disampaikan kepada Dirjen Pajak sebagai
lampiran laporan bulanan
3. lembar ke tiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan
Bina Nusantara University
11
Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan PPh
Pasal 22
• Dirjen Bea dan Cukai harus menyetorkan pemungutan PPh Pasal 22
atas impor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan pajak
dilakukan ke Kantor Pos dan Giro atau Bank-Bank Persepsi, dan harus
melaporkan hasil pemungutannya tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak
secara mingguan selambat-lambatnya tujuh hari setelah batas waktu
penyetoran pajak terakhir
• Dirjen Anggaran, Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, BUMN/D,
harus memungut dan menyetorkan pemungutan PPh Pasal 22 ke
Kantor Pos dan Giro atau Bank Persepsi, pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembayaran, dengan menggunakan formulir SSP yang
telah diisi oleh dan atas nama rekanan serta ditandatangani oleh
Bendaharawan. SSP berlaku sebagai bukti pungutan pajak. Pelaporan
harus disampaikan selambat-lambatnya empat belas hari setelah Masa
Pajak berakhir
Bina Nusantara University
12
Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan PPh
Pasal 22
• Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas,
baja dan otomotif yang ditunjuk oleh Kepala KPP harus memungut
PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri dan
wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 dalam rangkap
tiga, yaitu:
– Lembar pertama untuk pembeli
– Lembar kedua untuk disampaikan kepada Dirjen Pajak sebagai
lampiran bulanan
– Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan
• Badan usaha tersebut harus menyetor secara kolektif pemungutan PPh
Pasal 22 selambat-lambatnya tanggal lima belas bulan takwim setelah
Masa Pajak berakhir. Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan
SPT Masa selambat-lambatnya dua puluh hari setelah Masa Pajak
berakhir
Bina Nusantara University
13
Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan PPh
Pasal 22
• PPh Pasal 22 dari penyerahan oleh Pertamina atas hasil produksinya,
dari penyerahan bahan bakar minyak dan gas oleh badan usaha selain
Pertamina dan dari penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh
Bulog, dipungut dengan cara dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak ke Bank
Persepsi atau Kantor Pos dan Giro sebelum Surat Perintah
Pengeluaran Barang (Delivery Order) ditebus, dengan menggunakan
SSP yang juga merupakan bukti pungutan pajak.
– Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa
selambat-lambatnya dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir
Bina Nusantara University
14
PPh PASAL 23
• PPH pasal 23 mengatur tentang tentang pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh WP dalam negeri dan
bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong pajak
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21.
Bina Nusantara University
15
PEMOTONG PPh 23
• Pemotong PPh 23 adalah pihak-pihak yang membayar penghasilan
yang terdiri atas:
1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. BUT
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
6. Orang pribadi sebagai WP dalam negeri yang telah mendapat
penunjukkan dari DIRJEN pajak yaitu :
a. Akuntan, arsitek, dokter, PPAT
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang
menyelenggarakan pembukuan
Bina Nusantara University
16
OBJEK PEMOTONGAN PPh 23
1. Deviden
2. Bunga, termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang
3. Royalti
4. Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotongan PPh 21
5. Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi (yang jumlahnya melebihi Rp 240.000)
– Dasar pemotongan Objek 1-5 yaitu 15% dari jumlah penghasilan
bruto
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
kontruksi, jasa konsultan dan jasa lain selain yang telah dipotong
pajak sebagaimanan dimaksud dalam pasal 21
7. Sewa dan penghasilan lain sehubungann dengan penggunaan harta
– Dasar pemotongan objek 6 dan 7 yaitu 15% dari perkiraan
penghasilan netto
Bina Nusantara University
17
PENGECUALIAN OBJEK PEMOTONGAN PPh 23
1. Penghasilan yang dibayar atau terhutang kepada bank
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna
usaha dengan hak opsi
3. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai WP dalam negero, koperasi, yayasan atau
organisasi yang sejenis, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal
pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia
4. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana
5. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
– merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan Menkeu
– Sahamnya tidak diperdagangkan di BEJ
Bina Nusantara University
18
PENGECUALIAN OBJEK PEMOTONGAN PPh 23
6. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya
7. Bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan oleh
Menkeu yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.
Bina Nusantara University
19
Tarif Dan Objek Pajak
Sebesar 15% dari jumlah bruto atas :
a
dividen, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) huruf "g"
.Undang-undang PPh;
b
bunga, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) huruf "f"
.
c
royalti;
.
d
hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 Ayat (1)
. huruf "e" Undang-undang PPh.
Hadiah dan penghargaan yang dipotong Pajak Penghasilan 21 adalah hadiah dan
penghargaan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan yang diselenggarakan,
misalkan kegiatan olah raga, keagamaan, kesenian, dan kegiatan lainnya.
Adapun hadiah dan penghargaan yang dipotong Pajak Penghasilan 23 adalah hadiah
dan penghargaan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
badan dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan yang diselenggarakan.
Bina Nusantara University
20
Tarif Dan Objek Pajak
2
Sebesar 15% dari jumlah bruto dan bersifat final atas bunga simpanan yang dibayarkan
. oleh koperasi.
3
Sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto atas :
.
a
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan
. penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan atau bangunan yang
dikenakan PPh yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 1996;
b
imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan hukum,
. jasa konsultan pajak, dan jasa lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1)
huruf "c" Undang-undang Pajak Penghasilan, yang dilakukan oleh Wajib Pajak
Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 21.
Bina Nusantara University
21
Jenis Jasa Lain Dan Perkiraan Penghasilan Neto Atas
Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Dan Jasa Lain
No.
Perkiraan Penghasilan
Neto
Jenis Jasa
1.
50% dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN
Jasa profesi, termasuk jasa konsultan hukum dan jasa
konsultasi pajak
2.
40% dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN
a Jasa teknik dan jasa manajemen
.
b Jasa perancang/desain :
. Jasa perancang interior dan jasa perancang
pertamanan;
 Jasa perancang mesin dan jasa perancang peralatan;
 Jasa perancang alat-alat transportasi/kendaraan;
 Jasa perancang iklan/logo;
 Jasa perancang alat kemasan.
Bina Nusantara University
22
Jenis Jasa Lain Dan Perkiraan Penghasilan Neto Atas
Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Dan Jasa Lain
No.
Perkiraan Penghasilan
Neto
2.
40% dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN
Jenis Jasa
c Jasa instalasi/pemasangan :
. Jasa instalasi/pemasangan mesin dan jasa
instalasi/pemasangan peralatan;
 Jasa instalasi/pemasangan listrik/telepon/air/gas/TV
kabel.
d Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan :
. Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan mesin dan
jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan peralatan;
 Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan alat-alat
transportasi/kendaraan;
 Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan bangunan.
Bina Nusantara University
23
Jenis Jasa Lain Dan Perkiraan Penghasilan Neto Atas
Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Dan Jasa Lain
No.
Perkiraan Penghasilan
Neto
2.
40% dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN
Jenis Jasa
e Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, tidak termasuk
. sewa gudang yang telah dikenakan PPh Final
berdasarkan PP Nomor 29 Tahun 1996.
f Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga.
.
g Jasa pemanfaatan informasi di bidang teknologi, termasuk
. jasa internet.
h Jasa telekomunikasi yang bukan untuk umum.
.
i
Jasa akuntansi dan pembukuan.
.
j Jasa pengolahan/pembuangan limbah.
.
Bina Nusantara University
k Jasa penebangan hutan, termasuk land clearing.
.
24
Jenis Jasa Lain Dan Perkiraan Penghasilan Neto Atas
Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Dan Jasa Lain
No.
Perkiraan Penghasilan
Neto
2.
40% dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN
Jenis Jasa
l Jasa pengeboran (jasa drilling) di bidang penambangan
. minyak gas dan bumi (migas), kecuali yang dilakukan
oleh Bentuk Usaha Tetap.
m Jasa penunjang di bidang penambangan migas.
.
n Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang
. penambangan selain migas.
o Jasa perantara.
.
p Jasa penilai.
.
q Jasa aktuaris.
.
Bina Nusantara University
r Jasa pengisian sulih suara (dubbing) dan/atau mixing film.
.
25
Jenis Jasa Lain Dan Perkiraan Penghasilan Neto Atas
Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Dan Jasa Lain
No.
Perkiraan Penghasilan
Neto
2.
40% dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN
Jenis Jasa
s Jasa maklon.
.
t Jasa rekruitmen/penyediaan tenaga kerja.
.
u Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk
. perawatan/pemeliharaan dan perbaikan.
3.
4.
26,67% dari jumlah
bruto tidak
termasuk PPN
a Jasa perencanaan konstruksi.
.
13,33% dari jumlah
bruto tidak
termasuk PPN
Jasa pelaksanaan konstruksi
Bina Nusantara University
b Jasa pengawasan konstruksi
.
26
Jenis Jasa Lain Dan Perkiraan Penghasilan Neto Atas
Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Dan Jasa Lain
No.
Perkiraan Penghasilan
Neto
5.
10% dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN
Jenis Jasa
a Jasa pembasmian hama
.
b Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya
. dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Bina Nusantara University
27
Perkiraan Penghasilan Neto Atas Penghasilan Sewa
(Kecuali Persewaan Tanah/Bangunan) Dan Penggunaan
Harta
No.
Perkiraan
Penghasilan Neto
Jenis Jasa
1.
20% dari jumlah
bruto tidak
termasuk PPN
Sewa dan penghasilan lainnya sehubungan dengan pengunaan
harta khusus kendaraan angkutan darat.
2.
40% dari jumlah
bruto tidak
termasuk PPN
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan persewaan tanah dan atau bangunan yang telah
dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Bina Nusantara University
28
Bukan Objek Pajak
1.
penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
2.
sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usahaa dengan hak
opsi;
3.
dividen atau bagian laba yang diterimaa atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha
Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia, dengan syarat :
4.
a.
dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
b.
bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai
usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut;
bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha:
Bina Nusantara University
29
Bukan Objek Pajak
5.
bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura dari badan
pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
a.
merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; dan
b.
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
6.
Sisa Hasil Usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
7.
bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan. Sesuai Keputusan Menteri Keuangan telah ditetapkan batas jumlah
sebesar Rp. 240.000,00 setiap bulan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya;
Atas bunga simpanan yang jumlahnya di atas Rp. 240.000,00 dipotong PPh Pasal 23
sebesar 15% dari seluruh bunga yang diterima dan bersifat final.
Bina Nusantara University
30
Saat Terutang, Penyetoran, Dan Pelaporan
1. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada akhir bulan
dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya
penghasilan yang bersangkutan;
Yang dimaksud dengan saat terutangnya penghasilan yang
bersangkutan adalah saat pembebanan sebagai biaya oleh pemotong
pajak sesuai dengan metode pembukuan yang dianutnya.
2. Pajak Penghasilan Pasal 23 harus disetor oleh Pemotong Pajak selambatlambatnya tanggal 10 takwim berikutnya setelah bulan saat
terutangnya pajak.
3. Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
4. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan
kepada orang pribadi atau badan yang dibebani membayar Pajak
Penghasilan yang dipotong.
Bina Nusantara University
31
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Pengertian :
PPh pasal 24 mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas
penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas
seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri
Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan dalam tahun
digabungkannya penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan
di Indonesia.
Indonesia menganut Tax credit yang ordinary credit method
dengan menerapkan per country limitation
Bina Nusantara University
32
Penggabungan Penghasilan Penggabungan
Penghasilan yg berasal dari LN dilakukan sbb:
 Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak
diperolehnya penghasilan tersebut (accrual basis)
 Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak
diterimanya penghasilan tersebut (cash basis)
 Penggabungan penghasilan yang berupa dividen (pasal 18 ayat 2
UU PPh) dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan dividen
tersebut di tetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
Bina Nusantara University
33
Batas Maksimum Kredit Pajak
Batas Maksimum Kredit Pajak diambil yang terendah dari 3
unsur/perhitungan berikut ini :
• Jumlah Pajak yang terutang atau dibayardi Luar Negeri
• ( Penghasilan Luar Negeri : Seluruh Penghasilan Kena Pajak ) x PPh
atas seluruh yang dikenakan tarif pasal 17
• Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak
(dalam hal penghasilan kena pajak adalah lebih kecil daripada
penghasilan luar negeri)
Bina Nusantara University
34
Batas Maksimum Kredit Pajak untuk
setiap Negara (per Country Limitation)
Apabila penghasilan luar negeri
berasal dari beberapa negara,
maka perhitungan batas maksimum
kredit pajak dilakukan untuk
masing-masing negara
Bina Nusantara University
35
Rugi Usaha di Luar Negeri
Dalam menghitung penghasilan kena pajak,
kerugian yang diderita oleh Wajib Pajak
di luar Negeri tidak boleh dikompensasikan
dengan penghasilan yang diterima
di dalam negeri ( Indonesia)
Bina Nusantara University
36
Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri
Untuk melaksanakan pengkreditan pajak
yang terutang atau dibayar di luar negeri,
Wajib Pajak wajib menyampaikan
permohonan kepada Dirjen Pajak
dengan melampirkan :
 Laporan Keuangan dari penghasilan di luar negeri
 Fotocopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar
negeri
 Dokumen pembayaran pajak di luar negeri
Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau
dibayar di luar negeri tersebut dilakukan bersamaan dengan
penyampaian SPT Tahunan PPh.
Bina Nusantara University
37
Pajak Penghasilan Pasal 25
Undang Undang Pajak Penghasilan Pasal 25 mengatur tentang
penghitungan besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan
Pembayaran Pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan :
1. Wajib Pajak membayar sendiri ( PPh pasal 25)
2. Melalui pemotongan /pemungutan oleh pihak ketiga (PPh pasal
21,22,23,dan 24)
Bina Nusantara University
38
Cara
Menghitung
Besarnya
PPh
pasal
25
Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus
dibayar oleh WP untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak
Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan
Pajak Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu
dikurangi dengan:
• Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal
21 dan pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana
dimaksud dalam pasal 22
• Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang
boleh dikreditkan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 24
–
Setelah dilakukan pengurangan kemudian dibagi 12 (duabelas)
atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak
Bina Nusantara University
39
Hal-hal Tertentu Untuk Penghitungan Besarnya Angsuran
PPh Pasal 25
Dirjen Pajak diberi wewenang untuk menyesuaikan besarnya angsuran
pajak yang harus dibayar sendiri oleh WP dalam tahun berjalan, apabila :
- Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian
- Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur
- SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas
waktu yang ditentukan
- Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh
- Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang
mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan
sebelum pembetulan
- Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak
Bina Nusantara University
40
Beberapa Masalah/Kasus untuk Menghitung Besarnya PPh
Pasal25
Angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian
SPT Tahunan PPh adalah sebesar angsuran pajak untuk bulan
terakhir dari tahun pajak yang lalu
Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Ketetapan
Pajak untuk tahun pajak yang lalu maka angsuran pajak dihitung
kembali berdasarkan Surat Ketetapan Pajak tersebut dan berlaku
mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan Surat Ketetapan
Pajak
Bina Nusantara University
41
Angsuran PPh Pasal 25 bagi WP Baru,Bank,BUMN,BUMD, dan WP Tertentu
lainnya
Berdasarkan UU PPh pasal 25 ayat (7) perhitungan PPh pasal 25 bagi WP
Baru, Bank, BUMN, BUMD dan WP tertentu lainnya ditetapkan oleh MenKeu.
• Sesuai dengan SeKep MenKeu No. 522/KMK/04/2000 dan diubah menjadi
SeKep MenKeu no. 84/ KMK/03/2002 besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap
bulan untuk WP baru dihitung sebesar jumlah pajak yang diperoleh dari
penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan,
dibagi 12 (duabelas)
• Angsuran PPh pasal 25 setiap bulan bagi WP bank atau finansial lease dengan
hak opsi adalah sebesar jumlah pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan
penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan
triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi PPh pasal 24 yang dibayar atau
terutang diluar negeri untuk tahun pajak yang lalu dibagi 12
• Angsuran PPh pasal 25 setiap bulan bagi WP bank atau finansial lease dengan
hak opsi yang merupakan WP barumaka besarnya angsuran PPh pasal 25
untuk triwulan pertama adalah jumlah pajak yang dihitung berdasarkan
penerapan tarif umum atas perkiraan laba rugi fiskal triwulan pertama yang
disetahunkan , dibagi 12
Bina Nusantara University
42
Angsuran PPh Pasal 25 bagi WP Baru,Bank,BUMN,BUMD, dan WP Tertentu
lainnya
Berdasarkan UU PPh pasal 25 ayat (7) perhitungan PPh pasal 25 bagi WP
Baru, Bank, BUMN, BUMD dan WP tertentu lainnya ditetapkan oleh MenKeu.
• Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 bagi Wajib Pajak Pengusaha
Tertentu ditetapkan sebesar 2% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan
• Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak yang
melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan grosir dan atau eceran
barang-barang konsumsi melali tempat usaha/gerai (outlet) yang tersebar di
beberapa lokasi, tidak termasuk kendaraan bermotor dan restoran.
• Besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan bagi BUMN/D dengan nama
dalam bentuk apapun kecuali Wajib Pajak Bank dan Wajib Pajak Sewa Guna
Usaha dengan hak opsi, adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung
berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut Rencana
Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun pajak yang bersangkutan yang
telah disahkan oleh Rapat Umum Pemegang saham (RUPS) dikurangi dengan
pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 25 dan Pasal 24 yang dibayar atau
terutang di luar negeri pada tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (duabelas)
Bina Nusantara University
43
Angsuran PPh Pasal 25 bagi WP Baru,Bank,BUMN,BUMD, dan WP Tertentu
lainnya
Berdasarkan UU PPh pasal 25 ayat (7) perhitungan PPh pasal 25 bagi WP
Baru, Bank, BUMN, BUMD dan WP tertentu lainnya ditetapkan oleh MenKeu.
• Apabila RKAP belum disahkan, maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap
bulan adalah sama dengan angsuran PPh Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak
sebelumnya
• Apabila ada sisa kerugian yang masih dapat dikompensasikan, maka dasar
penghitungan PPh Pasal 25 adalah Pajak Penghasilan yang terutang atas PKP
yang dihitung dari penghasilan neto menurut RKAP setelah dikurangi dengan
jumlah sisa kerugian yang belum dikompensasikan tersebut
Bina Nusantara University
44
PPh PASAL 26
• PPh 26 mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang
bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh WP luar
negeri (baik orang pribadi maupun badan) selain BUT
Bina Nusantara University
45
PEMOTONG PPh 26
Pemotong PPh 26 dilakukan oleh :
1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. BUT
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya t
Bina Nusantara University
46
OBJEK PAJAK PPh 26
1. Deviden
2. Bunga, termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang
3. Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
4. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan
5. Hadiah dan penghargaan
6. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
– Dasar pemotongan Objek 1-5 yaitu 20% dari jumlah penghasilan bruto
– PPh 26 = Penghasilan Bruto x 20%
7. Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia
8. Premi asuransi termasuk premi reasuransi
– Dasar pemotongan Objek 7 dan 8 yaitu 20% dari perkiraan penghasilan
netto
– PPh 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan penghasilan neto) x 20%
9. PKP sesudah dikurangi PPh suatu BUT, kecuali penghasilan tersebut
ditanamkan kembali di Indonesia
– PPh 26 = (PKP – PPh terutang) x 20%
Bina Nusantara University
47