PRINSIP-PRINSIP agroekosistem SAWAH

Download Report

Transcript PRINSIP-PRINSIP agroekosistem SAWAH

KOMPENDIUM
KAJIAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN
PRINSIP DASAR
EKOSISTEM
SAWAH
Diabstraksikan oleh:
Soemarno, PSL-PPSUB 2013
AGROEKOSISTEM SAWAH
Paddy field ecosystem is composed of surface water, plowed soil
layer and subsoil, and the plowed soil layer is divided into two layers;
thin oxidized soil layer and reduced soil layer.
These soil layers are connected by percolating water. In addition, rice
roots are developed and plant residues such as rice straw and stubble
after rice harvest are incorporated into the plowed soil layer.
These microsites are different habitats for microorganisms, and
unique microbial communities inhabit depending on the microsites.
Diunduh dari sumber: http://www.agr.nagoya-u.ac.jp/~soil/Soil_Biology_and_Chemistrye/Researches.html …….. 28/10/2012
SAWAH
Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik permukaan BIDANG
OLAHNYA rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi,
palawija atau tanaman budidaya lainnya.
Biasanya sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Untuk keperluan
ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi
memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam
pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari
mata air, sungai atau air hujan.
Sawah yang airnya berasal dari hujan dikenal sebagai sawah tadah hujan,
sementara yang lainnya adalah sawah irigasi.
Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (lowland
rice).
EKOSISTEM SWAH
Dalam usaha budidaya padi harus diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara ekologi, baik faktor biotik
dan abiotik di lingkungan tumbuh tanaman tersebut.
Pertanaman padi sawah adalah monokultur, selain itu terdapat beberapa
flora dan fauna di sekitar pertanaman yang akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman padi.
Organisme yang ada di sekitar tanaman padi adalah mikrofauna dalam
tanah, mesofauna, makrofauna dan vegetasi (gulma) yang ada di sekitar
persawahan.
BUDIDAYA PADI SAWAH
Sawah merupakan suatu sistem budidaya tanaman yang khas dilihat
dari sudut kekhususan pertanaman yaitu padi, penyiapan tanah,
pengelolaan air dan dampaknya atas lingkungan.
Lahan sawah perlu diperhatikan secara khusus dalam penatagunaan
lahan.
Meskipun di lahan sawah dapat diadakan pergiliran berbagai
tanaman, namun pertanaman pokok selalu padi.
Jadi, kajian tentang sawah tentu berkaitan dengan produksi padi dan
beras.
PADI SAWAH
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan
untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.
Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan
persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen.
Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini
harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan
agar tanaman terhindar dari serangan hama dan
penyakit yang sering kali menurunkan produksi.
Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan
penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang
diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan
tanaman subur ialah tanaman yang pertumbuhan clan perkembangannya
tidak terhambat, entah oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan.
Interaction of the social system with agricultural ecosystems after
the Industrial Revolution
Agriculture changed in Europe when the Industrial Revolution made it
possible to use machines instead of human and animal labour for work such
as ploughing fields and harvesting crops. Starting with mechanization, the
chain of effects can be traced. Machines gave farmers the ability to cultivate
larger areas of land. Farm sizes increased dramatically because mechanized
agriculture is more efficient on a larger scale (economy of scale). These
initial changes in the social system and the ecosystem set in motion a series
of changes through interconnected positive feedback loops in the ecosystem
and social system.
Diunduh dari Sumber: http://gerrymarten.com/human-ecology/chapter07.html…..30/10/2012
Coevolution and Coadaptation of Human Social Systems and
Ecosystems
Interaction, coevolution and coadaptation of the human social system
with the ecosystem Source: Adapted from Rambo, A and Sajise, T (1985)
An Introduction to Human Ecology Research on Agricultural Systems in
Southeast Asia, University of the Philippines, Los Banos, Philippines
Diunduh dari Sumber: http://gerrymarten.com/human-ecology/chapter07.html…..30/10/2012
COADAPTATION OF MODERN SOCIAL SYTEMS AND
ECOSYSTEMS
Social systems and agricultural ecosystems have changed in ways that have
allowed them to continue functioning well together. The same is generally
true today. Modern social systems and agricultural ecosystems continue to
change together and they are strongly coadapted. The problem today is that
modern agricultural ecosystems have lost their coadaptation with the natural
ecosystems that surround them - natural ecosystems upon which the
agricultural ecosystems depend for their long-term viability. Modern
agricultural ecosystems rely on large-scale fertilizer and pesticide inputs from
natural sources that may not be sustainable on such a scale, and they pollute
surrounding ecosystems with fertilizer and pesticide runoff from fields.
Modern agricultural ecosystems also depend upon natural ecosystems for
massive inputs of energy and, in many instances, irrigation water, which may
not be possible to sustain.
Diunduh dari Sumber: http://gerrymarten.com/human-ecology/chapter07.html…..30/10/2012
BUDIDAYA PADI
Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai
dari daerah lembah Sungai Yangtse di Tiongkok.
Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada
budidaya padi sawah.
Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau
Kalimantan.
Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan
modifikasi dari budidaya lahan kering. Sistem ini sukses
diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan
singkat.
Budidaya Padi Sawah Model SRI
SRI adalah salah satu jawaban dari krisis pangan yang dihadapi Indonesia.
Akan tetapi berbeda dengan metode penanaman padi yan lain, SRI
Indonesia dipelopori oleh seorang engineer. Ternyata SRI lebih bisa
dimengerti oleh mereka yang memahami engineering walaupun tidak
menutup kemungkinan adanya pendekatan lain yang dapat menjelaskan
fenomena SRI.
Apa Itu SRI ?
SRI merupakan singkatan dari System of Rice Intensification, suatu sistem
pertanian yang berdasarkan pada prinsip Process Intensification (PI) dan
Production on Demand (POD). SRI mengandalkan optimasi untuk
mencapai delapan tujuan PI, yaitu cheaper process (proses lebih murah),
smaller equipment (bahan lebih sedikit), safer process (proses yang lebih
aman), less energy consumption (konsumsi energi/tenaga yang lebih
sedikit), shorter time to market (waktu antara produksi dan pemasaran
yang lebih singkat), less waste or byproduct (sisa produksi yang lebih
sedikit), more productivity (produktifitas lebih besar), and better image
(memberi kesan lebih baik).
Teknologi budidaya
Bercocok tanam padi mencakup persemaian, pemindahan atau
penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan, penyiangan,
perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan panen.
Aspek lain yang penting namun bukan termasuk dalam
rangkaian bercocok tanam padi adalah pemilihan kultivar,
pemrosesan gabah dan penyimpanan beras.
Penanganan bibit padi secara seksama.
Hal ini terdiri atas, pemilihan bibit unggul, penanaman bibit
dalam usia muda (kurang dari 10 hari setelah penyemaian),
penanaman satu bibit per titik tanam, penanaman dangkal (akar
tidak dibenamkan dan ditanam horizontal), dan dalam jarak
tanam yang cukup lebar.
Bagi yang telah terbiasa menanam padi secara konvensional,
pola penanganan bibit ini akan dirasakan sangat berbeda. Hal
ini karena metode konvensional memakai bibit yang tua (lebih
dari 15 hari sesudah penyemaian), ditanam sekitar 5-10 bahkan
lebih bibit per titik tanam, ditanam dengan cara dibenamkan
akarnya, dan jarak tanamnya rapat.
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
SRI
( SYSTEM OF RICE
INTENSIFICATION)
Suatu cara budidaya tanaman padi yang
efesien dengan proses manajemen
sistem perakaran yang berbasis pada
pengelolaan air, tanah, dan tanaman
SRI berasal dari Madagascar dikembangkan
sejak sekitar 1980-an oleh Fr. Henri de Laulanié,
SJ (biarawan asal Perancis) dan berkembang ke
sekitar 24 negara sejak sekitar 1993
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
PERMASALAHAN BUDIDAYA TANAMAN PADI
1.
2.
3.
4.
Penurunan kesehatan dan kesuburan tanah
Kecenderungan potensi padi untuk berproduksi lebih tinggi
mandeg
Penggunaan unsur kimia anorganik dan pestisida sintesis
meningkat
Perilaku petani sudah jauh dari kearifan dalam
memanfaatkan potensi lokal
Workers in rice paddies
Many people from the district of Rembang, Java, work in the labour
intensive rice paddy industry. The production of rice is a
commercial industry and provides income for many families.
Diunduh dari Sumber: http://www.flickr.com/photos/planasia/6334120996/in/photostream/
…..30/10/2012
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
DASAR PEMIKIRAN METODE SRI
1. Tanaman Padi mempunyai potensi yang
besar untuk menghasilkan produksi dalam
taraf tinggi
2. Dapat dicapai dengan terpenuhinya kondisi
yang optimal
3. Dicapai melalui proses pengelolaan tanah,
tanaman dan air serta unsur
agroekosistemnya
4. Terjadi kecenderungan penurunan produksi
5. Padi bukan tanaman air, tetapi padi tanaman
yang membutuhkan air
6. Pada kondisi tanah tidak tergenang, akar
akan tumbuh subur dan besar, sehingga
dapat menyerap nutrisi yang banyak, sertra
mendorong tumbuhnya ANAKAN yang
optimal.
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
PENYEBAB TERJADINYA PENURUNAN
PRODUKSI PADI
1. Penurunan kesuburan tanah akibat
penggunaan pupuk dan pestisida anorganik
2. Mikroba dalam tanah tidak bisa berfungsi
3. Aliran energi dari bawah ke atas permukaan
tanah tidak seimbang
4. Suplai nutrisi dari tanah sangat kurang
5. Tanaman menunggu suplay makanan dari
luar berupa pupuk sintesis
6. Penggunaan pupuk dan pestisida sintesis
yang berlebihan mengakibatkan rantai
makanan terputus
7. Musuh Alami hanya menunggu makanan dari
keberadaan hama
8. Jenjang hirerkis Musuh Alami lebih tinggi
maka hama akan berkembang lebih pesat .
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
CARA PANDANG KURANG ARIF
1. Orang beranggapan di sawah hanya ada
tanaman dan hama
2. Untuk memenangkan persaingan hama harus
dibunuh
3. Pestisida yang berkuasa untuk
memusnahkan hama
4. Pestisida tidak bisa mengentaskan masalah
karena hama
5. Hama menjadi kebal
6. Terjadi peledakan hama
7. Pencemaran lingkungan
8. Terbunuhnya jasad non sasaran
9. Pengurangan keragaman unsur hayati
10. Gangguan terhadap kesehatan manusia .
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
SRI Di Indonesia antara lain oleh Pak Engkus Kuswara dan
Pak Alik Sutaryat (Tahun 1999)
Yang mereka terapkan adalah :
• Tanam Tunggal Dan Dangkal
• Umur Semai Kurang 15 Hari
• Penanaman cepat kurang 15 Menit
• Pupuk Organik
SRI merupakan singkatan dari System of Rice Intensification,
suatu sistem pertanian yang berdasarkan pada prinsip Process
Intensification (PI) dan Production on Demand (POD).
SRI mengandalkan optimasi untuk mencapai delapan tujuan PI,
yaitu :
1. Cheaper process (proses lebih murah),
2. Smaller equipment (bahan lebih sedikit),
3. Safer process (proses yang lebih aman),
4. Less energy consumption (konsumsi energi/tenaga yang lebih
sedikit),
5. Shorter time to market (waktu antara produksi dan pemasaran
yang lebih singkat),
6. Less waste or byproduct (sisa produksi yang lebih sedikit),
7. More productivity (produktifitas lebih besar), and
8. Better image (memberi kesan lebih baik).
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
METODOLOGI SRI ADALAH :
1. Tanaman Hemat Air (Max 2 Cm = Macak-macak dan
juga ada periode pengeringan sampai tanah pecahpecah)
2. Hemat Biaya (butuh bibit 5 Kg/Ha, Tidak butuh biaya
Pencabutan, Pemindahan, Irit tenaga tanam, dll)
3. Hemat Waktu (bibit ditanam muda 3 - 10 HSS dengan
jarak tanam lebar dan Panen lebih awal sekitar 10 – 14
hari)
4. Produksi Bisa Mencapai 7 - 14 Ton/Ha.
METODE SRI
Penanganan bibit padi secara seksama.
Hal ini terdiri atas, pemilihan bibit unggul, penanaman bibit
dalam usia muda (kurang dari 10 hari setelah penyemaian),
penanaman satu bibit per titik tanam, penanaman dangkal
(akar tidak dibenamkan dan ditanam horizontal), dan dalam
jarak tanam yang cukup lebar.
Bagi yang telah terbiasa menanam padi secara konvensional,
pola penanganan bibit ini akan dirasakan sangat berbeda.
Hal ini karena metode konvensional memakai bibit yang tua
(lebih dari 15 hari sesudah penyemaian), ditanam sekitar 5-10
bahkan lebih bibit per titik tanam, ditanam dengan cara
dibenamkan akarnya, dan jarak tanamnya rapat.
PENGARUH PENGGENANGAN AIR TERHADAP
PERTUMBUHAN PADI
1.
2.
3.
4.
Merangsang pertumbuhan memanjang tanaman,
menghasilkan lebih banyak jerami
Menghambat pertumbuhan anakan/tunas
Tanaman kurang dapat mengambil unsur hara yang
dibutuhkan
Penggenangan yang terlalu dalam dan lama dapat merubah
sifat-sifat kimia tanah sawah, antara lain : kandungan O2
yang sedikit, kandungan CO2 yang berlebihan, terjadi
akumulasi H2S, yang dapat meracuni tanaman sehingga
tanaman menjadi kerdil.
METODE SRI
Penyiapan lahan tanam.
Penyiapan lahan tanam untuk metode SRI berbeda dari metode
konvensional terutama dalam hal penggunaan air dan pupuk
sintetis (untuk kemudian disebut pupuk).
SRI hanya menggunakan air sampai keadaan tanahnya sedikit
terlihat basah oleh air (macak-macak) dan tidak adanya
penggunaan pupuk karena SRI menggunakan kompos.
Sangat berbeda dengan metode konvensional yang
menggunakan air sampai pada tahap tanahnya menjadi
tergenang oleh air serta pemupukan minimal dua kali dalam
satu periode tanam.
PRINSIP SRI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengolahan tanah dan pemupukan kompos organik
Benih bermutu dan ditanam muda
Benih ditanam tunggal dan langsung
Jarak tanam Lebar
Pemupukan tidak dengan pupuk sintesis
Pengelolaan air yang macak-macak dan bersamaan
dengan penyiangan
7. PHT tidak memakai pestisida sintesis
METODE SRI
Keterlibatan mikro-organisme lokal (MOL) dan kompos sebagai
’tim sukses’ dalam pencapaian produktivitas yang berlipat ganda.
Dalam hal ini peran kompos sering disalah-artikan sebagai pengganti
dari pupuk. Hal ini salah, karena peran kompos lebih kompleks
daripada peran pupuk. Peran kompos, selain sebagai penyuplai nutrisi
juga berperan sebagai komponen bioreaktor yang bertugas menjaga
proses tumbuh padi secara optimal. Konsep bioreaktor adalah kunci
sukses dari SRI.
Bioreaktor yang dibangun oleh kompos, mikrooganisme lokal, struktur
padi, dan tanah menjamin bahwa padi selama proses pertumbuhan dari
bibit sampai padi dewasa tidak mengalami hambatan.
Fungsi bioreaktor sangat kompleks, antara lain adalah penyuplai
nutrisi sesuai POD melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai
kebutuhan padi, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi yang
ideal bagi pertumbuhan padi, bahkan kontrol terhadap penyakit yang
dapat menyerang padi.
UJI BENIH BERMUTU DENGAN LARUTAN
GARAM
Caranya :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Siapkan ember atau panci atau wadah lain beriisi air
Masukan garam aduk-aduk sampai larut,
Masukan telur ayam mentah kedalam larutan garam tersebut,
bila telur masih tenggelam maka perlu penambahan garam.
Pemberian garam dianggap cukup apabila telur sudah
mengapung.
Masukan benih yang sudah disiapkan kedalam larutan
tersebut.
Benih yang tenggelam yang digunakan sebagai benih yang
akan ditanam.
PENYIAPAN BENIH
Benih dapat diseleksi dengan bantuan penggunaan air garam
dan telur ayam/itik/bebek.
Telur yang bagus umumnya dalam air akan tenggelam,
namun bila pada air ini diberi garam yang cukup dan diaduk
maka telur yang bagus itu akan mengapung. Bila telur belum
juga mengapung maka tambahkan lagi garamnya sampai telur
ini mengapung karena berat jenisnya (BJ) menjadi lebih
rendah daripada air garam.
Air garam yang sudah mampu mengapungkan telur ini dapat
digunakan untuk seleksi benih
PERENDAMAN DAN PEMERAMAN BENIH
1. BENIH DIRENDAM, Setelah diuji, benih direndam
dengan mempergunakan air bersih dengan tujuan
mempercepat perkecambahan selama 24 – 48 jam.
2. BENIH DIPERAM, Benih yang telah direndam
kemudian diangkat ke dalam tempat tertentu yang
telah dilapisi dengan daun pisang dengan tujuan untuk
memberikan udara masuk / penganginan / ngamut
selama 24 jam.
Benih yang baik kemudian dicuci dengan bersih sampai rasa
asinnya hilang dari benih tersebut, juga akan lebih baik dicuci
menggunakan wadah yang berlubang dan pada air yang
mengalir untuk meyakinkan benih benar-benar akan terbebas
dari garam;
Benih yang sudah bebas dari garam direndam dalam air biasa
selama sekitar 24 jam;
Setelah benih direndam, kemudian lakukan pemeraman selama
sekitar 36 jam yaitu benih di bungkus dengan karung goni atau
kain yang basah. Penyimpanan benih yang dibungkus kain
basah ini akan lebih baik ditempat yang hangat misalnya di
dapur asalkan kainnya tetap dijaga basah dan lembab;
Setelah berkecambah atau muncul akar pendek, benih siap
disemai atau ditebar.
CARA MEMBUAT PERSEMAIAN
1. Campurkan Tanah dan kompos 1 : 1
2. Masukan campuran tanah dan kompos ke dalam baki
atau pipiti yang dilapisi daun pisang
3. Taburkan benih ke dalam nampan
4. Tutup dengan jerami atau kompos
Persemaian padi dengan Menggunakan Pupuk HOSC
sebagai pupuk Semai , menunjukkan pertumbuhan yang
bagus dan perkembangan akar yang sempurna pada usia
9 hari, dan pada usia 13 hari benih padi
CARA PENANAMAN BENIH
Tanam benih berusia muda antara 3 - 10 hari (maksimal berdaun 2),
usahakan di bawah 8 hari setelah semai.
Tanam hanya 1 (satu) benih per lubang dengan jarak tanam 30x30 cm
atau 35x35 cm
Bibit ditanam dangkal 1 – 1,5 cm dengan perakaran seperti huruf L.
Pindah tanam (transplanting) harus segera (kurang dari 15 menit) secara
hati-hati
Petak sawah tidak selalu tergenang, kondisi air hanya ‘macak-macak’ (1-2
cm) dan pada periode tertentu harus dikeringkan sampai retak
(intermittent irrigation)
Penyiangan dilakukan lebih awal pada 10 hst diulang 3 s/d 4 kali dengan
interval waktu setiap 10 hari ( mengunkan tenaga manusia/lalandak )
.
PENYEMAIAN
Penyemaian dapat dilakukan di sawah, di ladang atau dalam
wadah seperti kotak plastik atau besek/pipiti yang diberi alas
plastik/daun pisang dan berada di area terbuka yang mendapatkan
sinar matahari.
Tanah untuk penyemaian tidak menggunakan tanah sawah tetapi
menggunakan tanah darat yang gembur dicampur dengan kompos
dengan perbandingan tanah:kompos sebaiknya minimal 2:1 dan
akan lebih baik bila 1:1, dapat juga ditambahkan pada campuran
ini abu bakar agar medianya semakin gembur sehingga nantinya
benih semakin mudah diambil dari penyemaian untuk
menghindari putusnya akar.
Luas area yang diperlukan untuk penyemaian minimal adalah
sekitar 20 m2 untuk setiap 5 kg benih, sehingga bila penyemaian
dilakukan pada wadah dapat dihitung jumlah wadah yang
diperlukan menyesuaikan dengan ukuran masing-masing wadah
dan tentunya akan lebih baik lagi bila tempat penyemaiannya lebih
luas untuk pertumbuhan benih yang lebih sehat.
KETERBATASAN
1.
2.
3.
4.
5.
SRI
Membutuhkan tenaga kerja lebih banyak (pada awalnya)
Perlu drainase untuk membuang kelebihan air
Lebih banyak waktu untuk untuk mengatur pengairan
Lebih banyak waktu dan tenaga kerja untuk penyiangan
Pembuatan kompos
PRINSIP PENANAMAN SRI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penanaman Bibit Muda;
Penanaman Bibit Tunggal dan Jarak Antar Tanaman
yang Lebar;
Penanaman Segera Untuk Menghindari Trauma Pada
Bibit;
Penanaman Dangkal;
Lahan Sawah Tidak Terus Menerus Direndam Air;
Penyiangan Mekanis;
Menjaga Keseimbangan Biologi Tanah.
Diunduh dari Sumber: …..30/10/2012
Hama-hama penting tanaman padi
Penggerek batang padi putih ("sundep", Scirpophaga innotata)
Penggerek batang padi kuning (S. incertulas)
Wereng batang punggung putih (Sogatella furcifera)
Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
Wereng hijau (Nephotettix impicticeps)
Lembing hijau (Nezara viridula)
Walang sangit (Leptocorisa oratorius)
Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
Lalat bibit (Arterigona exigua)
Ulat tentara/Ulat grayak (Spodoptera litura dan S. exigua)
Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Sistem pertanian sawah terpadu
(Sumber: tani-organik.blogspot.com/2008/0...sri.html)
Diunduh dari Sumber: …..30/10/2012
Penyakit-penyakit penting
1.
2.
Blas (Pyricularia oryzae, P. grisea)
Hawar daun bakteri ("kresek", Xanthomonas oryzae pv.
oryzae)
3. Bercak coklat daun (Helmintosporium oryzae).
4. Garis coklat daun (Cercospora oryzae)
5. Busuk pelepah daun (Rhizoctonia sp)
6. Penyakit fusarium (Fusarium moniliforme)
7. Penyakit noda (Ustilaginoidea virens)
8. Hawar daun (Xanthomonas campestris)
9. Penyakit bakteri daun bergaris (Translucens)
10. Penyakit kerdil (Nilaparvata lugens)
11. Penyakit tungro (Nephotettix impicticeps)
James Stordahl
Extension Educator, Clearwater and Polk Counties
Plants need three factors for disease to develop. The host plant must be
susceptible, the pathogen must be present (usually in the soil), and the
environmental conditions must be right. This typically involves wet
leaves over some period of time.
Diunduh dari Sumber: http://blog.lib.umn.edu/efans/small-farms/commercial-horticulture/
…..30/10/2012
PENGOLAHAN TANAH SAWAH SECARA
TRADISIONAL
Lahan sawah digarap untuk menanam padi.
Musim tanam padi dalam setahun bisa dilakukan
3 kali tanam, hal ini dikarenakan pasokan air
yang cukup untuk area pesawahan.
Diunduh dari Sumber: …..30/10/2012
HUBUNGAN AIR-TANAH-TANAMAN
Diunduh dari Sumber: …..30/10/2012
PEMBUATAN & PEMELIHARAAN
PESEMAIAN
Cara pengolahan sawah hampir tak berubah dari abad ke
abad. Peralatan yang dipakai hampir sama dengan
peralatan yang dipakai nenek moyang mereka.
Ada beberapa proses pengolahan sawah, seperti
menyemai, membajak, meratakan dan menanam.
PENYIANGAN TANAMAN PADI MUDA
Apa tujuan penyiangan tanaman
padi sawah ini?
PENGELOLAAN AIR PADA TANAH
SAWAH
Produksi padi sawah akan menurun jika tanaman
padi menderita cekaman air (water stress).
Gejala umum akibat kekurangan air antara lain
daun padi menggulung, daun terbakar (leaf
scorching), anakan padi berkurang, tanaman
kerdil, pembungaan tertunda,
dan biji hampa.
Tanaman padi membutuhkan air yang volumenya
berbeda untuk setiap fase pertumbuhannya.
Variasi kebutuhan air tergantung juga pada
varietas padi dan sistem pengelolaan lahan
sawah. Pengaturan air untuk sistem mina-padi
berbeda dengan sistem sawah tanpa ikan.
Pengelolaan air di lahan sawah tidak hanya
menyangkut sistem irigasi, tetapi juga sistem
drainase pada saat tertentu dibutuhkan, baik
untuk mengurangi kuantitas air maupun untuk
mengganti air yang lama dengan air irigasi baru
sehingga memberikan peluang terjadinya
sirkulasi oksigen dan hara.
SAWAH IRIGASI
Di Indonesia, sawah sering dikategorikan menjadi tiga yaitu
(a) sawah beririgasi;
(b) sawah tadah hujan; dan
(c) sawah rawa (lebak dan pasang surut).
Sistem pengelolaan air pada ketiga macam sawah tersebut
sangat berbeda, karena perbedaan kondisi hidrologi dan
kebutuhan air.
Teknik pengelolaan air lahan sawah didasarkan pada kebutuhan
air untuk tanaman (baik padi maupun palawija) dan sistem
pengelolaan lahan sawah.
KEBUTUHAN AIR IRIGASI
Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan
oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara
normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi
evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian
secara khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan
selama pemakaian. Sehingga kebutuhan air dapat dirumuskan sebagai berikut
(Sudjarwadi 1990):
KAI = ET + KA + KK
Dimana:,
KAI = Kebutuhan Air Irigasi
ET = Evapotranspirasi
KA = Kehilangan air
KK = Kebutuhan Khusus.
Diunduh dari sumber: http://surososipil.files.wordpress.com/2008/10/irigasi1-bab-4-kebutuhanirigasi.pdf………. 28/10/2012
Hidrologi lahan sawah
Pengetahuan tentang hidrologi lahan sawah sangat diperlukan
dalam merancang strategi pengelolaan air.
Karakteristik hidrologi lahan sawah sangat ditentukan oleh kondisi
biofisik lahan.
Hidrologi sawah beririgasi berbeda dengan sawah tadah hujan
maupun sawah rawa. Oleh karena itu strategi pengelolaan air pada
lahan sawah beririgasi akan berbeda dengan pada lahan sawah
tadah hujan maupun sawah rawa.
Types of
Response to
Water Scarcity
Sumber:
Irrigation
Management in
Rice-Based
Cropping Systems:
Issues and
Challenges in
Southeast Asia .
Randolph Barker
and Francois
Molle.
Diunduh dari sumber: http://fftc.imita.org/library.php?func=view&id=20110722052543……….
30/10/2012
THE WATER BALANCE OF LOWLAND RICE
Because of the flooded nature of lowland rice, its water balance and water
productivity are different from those of other cereals such as wheat and
maize. Water inputs to lowland rice fields are needed to match the outflows
by seepage, percolation, evaporation, and transpiration (Figure 1). Seepage is
the lateral subsurface flow of water and percolation is the down flow of water
below the root zone. Typical combined values for seepage and percolation
vary from 1-5 mm d-1 in heavy clay soils to 25-30 mm d-1 in sandy and
sandy loam soils. Evaporation occurs from the ponded water layer and
transpiration is water loss from the leaves of the plants. Typical combined
evapotranspiration rates of rice fields are 4-5 mm d-1 in the wet season and
6-7 mm d-1 in the dry season, but can be as high as 10-11 mm d-1 in
subtropical regions before the onset of the monsoon. Total seasonal water
input to rice fields (rainfall plus irrigation) varies from as little as 400 mm in
heavy clay soils with shallow groundwater tables to more than 2000 mm in
coarse-textured (sandy or loamy) soils with deep groundwater tables. Around
1300-1500 mm is a typical value for irrigated rice in Asia. Outflows of water
by seepage and percolation account for about 25-50% of all water inputs in
heavy soils with shallow water tables of 20-50 cm depth, and for 50-85% in
coarse-textured soils with deep water tables of 150 cm depth or more.
Diunduh dari sumber: http://www.knowledgebank.irri.org/rkb/1-the-water-balance-of-lowlandrice.html ………. 30/10/2012
KARAKTERISTIK HIDROLOGI LAHAN
SAWAH
1.
2.
3.
4.
5.
Lahan sawah Pluvial
Sumber air berasal dari air hujan
Kelebihan air hilang melalui perkolasi dan aliran
permukaan
Terdapat di daerah landai sampai lereng curam
Air tanah dalam, drainase baik, tidak ada gejala
jenuh air dalam profil tanah
Padi ditanam sebagai padi gogo
. Hydrological processes in a paddy field. (a) Hydrologic
Characteristics of a paddy field. (b) Outline of runoff simulation model
in paddies.
Simulations of storm hydrographs in a mixed-landuse watershed using a
modified TR-20 model
T.I. Jang, H.K. Kim, S.J. Im, S.W. Park.
Agricultural Water Management. Volume 97, Issue 2, February 2010, Pages 201–207.
KARAKTERISTIK HIDROLOGI LAHAN SAWAH
Lahan sawah Phreatik
1. Sumber air berasal dari air hujan dan air tanah
2. Air tanah (phreatic) dangkal, paling tidak pada waktu
musim tanam
3. Kelebihan air hilang melalui aliran permukaan
4. Tidak pernah tergenang lebih dari beberapa jam
5. Dalam profil tanah ada gejala jenuh air (gley motting)
6. Bila tanpa perataan (leveling) dan pembuatan pematang,
akan lebih baik ditanami padi gogo
7. Bila dengan perataan dan pembuatan pematang dapat
dikembangkan untuk padi sawah .
Schematics of water balance components in a paddy field.
Model development for nutrient loading from paddy rice fields
Sang-Ok Chung, Hyeon-Soo Kim, Jin Soo Kim.
Agricultural Water Management. Volume 62, Issue 1, 19 August 2003, Pages 1–17
Karakteristik hidrologi lahan sawah
Lahan sawah fluxial
1. Sumber air seluruhnya atau sebagian berasal dari aliran
permukaan, air sungai dan air hujan langsung
2. Dalam keadaan alami tergenang air selama beberapa bulan yaitu
selama padi ditanam
3. Terdapat di daerah lembah, dataran aluvial sungai dan
sebagainya
4. Drainase permukaan dan drainase dalam (perkolasi) lambat
sehingga genangan air mudah terjadi
5. Padi ditanam sebagai padi sawah .
Schematic diagram of a paddy field. (hmin, hmax and Hp denote the three critical depths;
Ecan, Epot and Es denote the three kinds of evaporation from the free water in canopies,
the water body surface and the soil water respectively; Ep denotes the crop
transpiration.
Development and test of SWAT for modeling hydrological processes in irrigation
districts with paddy rice
Xianhong Xie, Yuanlai Cui.
Journal of Hydrology. Volume 396, Issues 1–2, 5 January 2011, Pages 61–71.
GOOD WATER MANAGEMENT PRACTICES FOR
RICEFIELD
A few principles exist to “get the basics right” for good water
management in paddy rice.
Land leveling
Field channels
In many paddy fields, water flows
from one field to another through
breaches in the bunds. Under such
conditions, water in an individual
field can not be controlled and fieldspecific water management is not
possible - construction of channels
to convey water to and from each
field, or group of fields, greatly
improves the irrigation and drainage
of water.
A well-leveled field is a
prerequisite for good water
management.
When a field is not level, water may
stagnate in the depressions whereas
higher parts may fall dry.
This results in uneven crop
emergence, uneven early growth,
uneven fertilizer distribution, and
weed problems. See the fact sheets
on land leveling for more
information .
Tillage
Wet land preparation can consume up to a third of the total water used in
paddy rice. In large-scale irrigation systems, synchronizing operations and
minimizing the duration of the land preparation period can reduce water use.
Large amounts of water can be lost during soaking prior to puddling when
large and deep cracks are present. A shallow tillage to fill the cracks before
soaking can greatly reduce this water loss.
After soaking, thorough puddling results in a compacted plow sole that
reduces water losses by percolation. The efficacy of puddling depends on soil
properties. Puddling may not be effective in coarse soils, whereas it is very
efficient in clay soils that form cracks during the fallow period. Puddling may
not be necessary in heavy clay soils with limited internal drainage. In such
soils, direct dry seeding on land that is tilled in a dry state is possible with
minimal percolation losses.
Diunduh dari sumber:
http://www.knowledgebank.irri.org/factsheetsPDFs/watermanagement_FSWaterSavingGeneral.pdf ……….
30/10/2012
GOOD WATER MANAGEMENT PRACTICES FOR
RICEFIELD
A few principles exist to “get the basics right” for good water
management in paddy rice.
Bund
Ponded water depth
Good bunds are a prerequisite to limit
water losses by seepage and under-bund
flows. Bunds should be well compacted
and any cracks or rat holes should be
plastered with mud at the beginning of the
crop season. Also, check for, and repair
new rat holes, cracks, and porosity caused
by earth worms throughout the growing
season. Plastic sheets can be used to repair
especially permeable parts of bunds.
Keeping the depth of ponded
water around 5 cm
minimizes water losses by
seepage and
percolation. See the fact
sheet on Alternate Wetting
and Drying for more
information on field
water management.
Good bunds avoid seepage losses
Diunduh dari sumber:
http://www.knowledgebank.irri.org/factsheetsPDFs/watermanagement_FSWaterSavingGeneral.pdf
………. 30/10/2012