Document 7656427

Download Report

Transcript Document 7656427

BAHAN-BAHAN
BERBAHAYA
Bahaya Peracunan (Toxicity
Hazard
)
Tingkat peracunan (Toxicity Degree) dari bahan kimia tergantung pada
sifat-sifat bahan kimia tersebut serta pengaruh terhadap tubuh manusia.
Oleh sebab itu pengertian “keracunan” mencakup dua aspek yaitu
pengaruh Kwantitatif dan pengaruh Kwalitatif.
Kwantitatif adalah : Berapa jumlah (dosis) bahan yang telah masuk
atau terpapar ke tubuh manusia dan sejauh mana pengaruh bahan kimia
tersebut yang dinyatakan dalam berat bahan kimia persatuan berat
badan manusia. Tetapi mengingat sifat-sifat racun serta pengaruhpengaruh yang ditimbulkan terhadap manusia berbeda-beda, maka
pembatasan konsentrasi bahan kimia beracun tertinggi dan waktu bagi
yang bersangkutan diperbolehkan berada dilingkungan tersebut sangat
relatif.
Kwalitatif adalah : Bagaimana tingkat pengaruh bahan kimia tersebut
jika terkena atau terpapar pada manusia dapat langsung memberikan
gejala dan akibat pada manusia yang bersangkutan. Sebagai contoh
apabila bahan-kimia tersebut memercik kekulit maka akibatnya akan
terlihat kulit langsung terbakar.




Banyak macam jenis bahan kimia yang satu dengan yang
lain mempunyai sifat-sifat tertentu pula apabila terkena
pada manusia.
Semua yang ada hubungannya berkaitan dengan
racun/keracunan, biasanya didasarkan atau berhubungan
dengan reaksi terhadap suatu dosis tertentu.
Untuk mengetahui batas paparan suatu bahan kimia
terhadap manusia telah dilakukan penelitian terhadap
hewan sebagai sarana percobaan.
Badan atau organisasi di luar negeri yang telah
mengeluarkan hasil penelitian batas paparan terhadap
mahluk hidup antara lain ==>
- ACGIH (The American Conference of Governmental
Industrial Hygienists).
- OSHA (The Occupational Safety and Health
Administration).
- AIHA (The American Industrial Hygiene Association).
- EPA (Environmental Protection Agency).
Di Indonesia batas paparan suatu bahan kimia yang digunakan masih
mengacu pada batas paparan yang diterbitkan oleh ACGIH yang cara
penentuannya berbeda dengan badan-badan lain. Adapun ACGIH
mengeluarkan batas paparan dengan kriteria dan batasan :



Treshold Limit Value - Time Weighted Average (TLV - TWA).
Konsentrasi tertinggi dimana orang bisa bekerja dan terpapar terus
menerus 8 jam sehari (40 jam seminggu) tanpa menderita akibat
apapun.
Treshold Limit Value - Time Exposure Limit (TLV - STEL).
Konsentrasi tertinggi dimana orang bekerja tidak boleh lebih dari 15
menit dan tidak boleh doulang lebih dari 4 (empat) kali setiap hari
dengan selang waktu paling tidak 60 (enam puluh) menit.
Treshold Limit Value - Ceiling (TLV - C).
Merupakan batas tertinggi suatu konsentrasi bahan di udara dimana
manusia tidak boleh terpapar.
Terhadap hal-hal tersebut diatas tentu saja telah menimbulkan suatu
diskusi yang berkelanjutan mengenai perbedaan antara Toxicity (tingkat
keracunan) dan Toxic Hazard (bahaya peracunan) suatu bahan kimia
terhadap masyarakat umum.

Ada suatu pemikiran yang sangat penting dari masyarakat pada
umumnya yang masih berfikir bahwa bahan-bahan yang memiliki
toxicity yang tinggi sering diasumsikan akan menimbulkan bahaya
keracunan yang hebat tanpa memperhatikan sifat-sifat material lain
dan keadaan di sekitar tempat tumpahnya.

Umpamakan satu ton dua bahan yang berbeda tumpah atau bocor.
Bahan yang pertama adalah bahan padat yang tidak mudah menguap
dan sangat beracun telah tumpah di tengah jalan di suatu daerah yang
padat penduduknya.
Hanya dengan 10 Lbs bahan tersebut sudah bisa membunuh 100.000
orang hanya dengan menghirup atau masuk ke dalam tubuh melalui
makanan dalam porsi atau dosisi yang sama.kasus kedua adalah
terbaliknya satu ton gas cair biasa yang mempunyai toxicity moderate
di jalan yang sama.
Apabila gas tersebut menguap ketika lepas di udara bebas maka 1 ton
cairan gas tersebut akan berubah menjadi gas murni sebanyak 30.000
m3 atau lebih.
Jika gas tersebut bercampur merata dengan udara pada konsentrasi
500 ppm akan mengakibatkan kematian. Kemungkinan besar
penyebaran uap yang mematikan tersebut menurut perkiraan akan
mempunyai volume 6 juta cubic feet.




Dengan dasar perhitungan berat, bahan padat bisa ribuan
kali lebih beracun dari pada gas, tapi mempunyai
kemungkinan atau akibat yang lebih kecil untuk dapat
meracuni masyarakat dikarenakan mobilitas dari bahan
tersebut sangatlah jelek.
Jadi bahan padat tersebut harus ditangani secara hati-hati
dan dipindahkan dari lokasi tumpahan, tetapi secara
kenyataan bahan padat tersebut mempunyai bahaya
peracunan yang rendah terhadap masyarakat.
Orang atau badan yang berwenang bisa bertindak segera
melakukan evakuasi daerah di sekitar tumpahan dan
menutup tumpahan bahan padat dengan lembaran plastik
untuk mencegah berseraknya debu bahan padat yang
tumpah ke udara sampai semua bahan padat bisa diambil
kembali, sehingga resiko kematian terhadap masyarakat di
sekitarnya akan menjadi lebih kecil.




Lain keadaannya dengan gas cair yang mempunyai
tingkat peracunan (toxicity) yang lebih rendah tadi akan
menunjukkan bahaya peracunan yang lebih besar sebab
gas hasil penguapan dari cairan tersebut akan secara
cepat menyebar ke daerah-daerah karena terbawa angin.
Gas akan menyebabkan akibat yang fatal terhadap
manusia atau masyarakat di dekat lokasi tumpahan dan
menyebabkan efek keracunan terhadap ratusan atau
ribuan orang lain yang tinggal di daerah bawah angin
dimana lokasi gas tersebut tumpah.
Dari contoh kejadian diatas secara moril dapat diambil
kesimpulan bahwa bahaya tingkat peracunan (toxicity
hazard) yang ditimbulkan oleh suatu bahan bukanlah satusatunya fungsi dari tingkat peracunannya (toxicity).
Yang perlu dan harus selalu perlu dipertimbangkan
adanya atau tumpahnya sejumlah bahan adalah sifat-sifat
bahan dan kemungkinan lamanya paparannya terhadap
suatu masyarakat atau penduduk daerah di sekitar
tumpahan.
Ada beberapa cara bagaimana zat-zat
beracun dapat kontak dan masuk ke
dalam tubuh manusia, yaitu melalui :
1. Saluran Pernafasan (hidung)
2. Saluran Makanan (mulut)
3. Penetrasi Kulit atau Mata
4. Secara Parenteral (suntikan)

Yang selanjutnya akan sampai ke peredaran darah. Di dalam tubuh
biasanya zat beracun tadi berkaitan dengan zat lain seperti protein
yang terdapat pada plasma, dan melalui darah ini zat-zat tersebut
disebarkan ke organ-organ tertentu yang menjadi sasarannya.
Contohnya :

CO mempunyai target organ Haemoglobin
Pb mempunyai target sum-sum tulang

Ukuran yang biasa digunakan untuk melihat suatu bahan kimia
tergolong beracun atau tidak digunakan jenis-jenis takaran, seperti :

LD 50 (Lethal Dose 50) : yaitu takaran yang dapat menyebabkan 50%
binatang percobaan mati. Satuan takarannya adalah berat bahan /
berat binatang (contoh : g/kg, mg/kg, dll).

LC 50 (Lethal Concentration 50) : yaitu takaran yang dapat
menyebabkan 50% binatang percobaan mati. Satuan takarannya
adalah satuan konsentrasi bahan, ppm (part per milion).
HAZARDOUS MATERIAL

Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang
dari sifat asalnya mungkin menimbulkan
iritasi,kebakaran,ledakan,korosi atau yang
dapat memungkinkan menimbulkan
gangguan kesehatan.

Bahan bahan baku dan pendukung yang
dipergunakan di pabrik-pabrik dan kilangkilang pengolahan bahan bakar minyak dan
industri petrokimia sebagian besar
merupakan bahan kimia.

Secara garis besar bahan kimia dapat
digolongkan dalam tiga bentuk, yaitu : Padat,
Cair dan Gas.

Dilihat dari ketiga bentuk tersebut, yang paling
berbahaya adalah bahan kimia yang berbentuk gas
karena pada umumnya tidak berwarna atau kalaupun
berwarna sangat muda sehingga hampir tidak terlihat
oleh mata dan sangat mudah menyebar. Kemudian
bahan kimia yang berbentuk cairan.

Bahan kimia yang berbentuk cairan penanganannya
harus benar-benar diperhatikan agar jangan sampai
tumpah atau bocor dari wadahnya.

Sementara yang berbentuk padat relatif lebih mudah
penanganannya dari pada yang berbentuk gas atau
cairan.

Bahaya bahan-kimia terhadap manusia, peralatan dan
lingkungan hidup terjadi setiap saat apabila bahan kimia
tersebut tidak ditangani secara baik dan hati-hati.

Bahaya kimia secara garis besarnya dapat digolongkan :
A. Bahaya Kebakaran dan Peledakan (Fire & Explosion
Hazards)
B. Bahaya Peracunan (Toxicity Hazard)
C. Bahaya Sifat Reaksinya/Reaktivitasnya (Reactivity)
D. Bahaya Pencemaran Lingkungan (Environment
Hazards)

Untuk memudahkan pengenalan terhadap bahaya bahanbahan kimia dengan mudah dan cepat, beberapa badan
atau organisasi di dunia mempergunakan beberapa cara
atau metode untuk mengidentifikasi bahan-bahan
berbahaya terutama untuk golongan bahaya A, B, dan C
tersebut diatas.

Cara pemberian label atau simbol ini juga berbeda-beda
diantara negara-negara atau organisasi-organisasi di dunia.
Di Indonesia karena kita banyak mengimport bahan-bahan
kimia dari berbagai negara, maka perlu kita mengenal
label-label tersebut.

NFPA ( National Fire Protection Association )
mengadakan pembagian bahan kimia
berbahaya sesuai dengan sifat bahayanya,
yakni :
1.Bahaya terhadap Kesehatan ( Health Hazard )
2.Bahaya terhadap Kebakaran ( Fire Hazard )
3.Bahaya Reaktivitasnya ( Reactivity )
Tingkat bahaya dari ketiga jenis bahaya tersebut
diatas diberikan rangking angka mulai dari 0
sampai 4, dimana angka 4 adalah rangking yang
paling berbahaya, sedangkan angka 0 adalah
tidak berbahaya.
Bahaya Kebakaran dan Peledakan (Fire & Explosion Hazards)




Apabila kita bicara mengenai kebakaran, maka akan terpikir dan
terbayang oleh kita suatu kebakaran gedung atau kebakaran hutan
dengan nyala api dan asap yang membubung tinggi ke udara.
Itu semua adalah merupakan jenis kebakaran yang biasanya
melibatkan bahan-bahan umum yang mempunyai sifat mudah
terbakar (Ordinary Combustible Materials) seperti kayu, kertas, kain,
plastik dan karet.
Untuk kebakaran seperti tersebut diatas para anggota pemadam
kebakaran biasanya telah mengenal dengan baik dan terbiasa dengan
keadaan seperti itu.
Akan tetapi bahan-bahan yang berbahaya (hazardous materials) bisa
menimbulkan bahaya kebakaran yang mempunyai sifat tambahan
yang sifatnya khusus.
Akan tetapi bahan-bahan yang berbahaya (hazardous materials) bisa
menimbulkan bahaya kebakaran yang mempunyai sifat tambahan
yang sifatnya khusus.

Kemampuan untuk Terbakar (Flammability)
Sebagian dari kita menyadari bahwa beberapa bahan akan lebih mudah
terbakar atau menyala daripada bahan yang lain. Beberapa bahan hanya
cukup memerlukan satu percikan api yang kecil saja untuk bisa terbakar
seperti propane gas (bahan bakar LPG), sedangkan bahan yang lain
contohnya sepotong graphite tidak akan bisa menyala walaupun
dinyalakan menggunakan api las pemotong.

Untuk pengukuran Flammability dari suatu bahan :
Flash Point : Adalah temperatur terendah dimana bahan baik itu padat
atau cair dapat menghasilkan uap yang cukup dipermukaannya dan
apabila diberi percikan nyala akan terbakar sekejap.

Fire Point : adalah temperatur terendah dimana bahan baik itu padat
atau cair dapat menghasilkan uap yang cukup dipermukaannya untuk
terbakar secara terus menerus apabila diberi percikan nyala api.

Auto Ignition Temperature (AIT) : adalah temperatur terendah dimana
suatu bahan baik itu padat, cair maupun gas dapat menyala dengan
sendirinya tanda adanya percikan atau nyala api.
Dengan mengetahui Flash Point dari suatu bahan maka bisa ditentukan
Flammability dari bahan-bahan tersebut.



Untuk bisa mengetahui flammability (tingkat kemudahan
untuk terbakar) dari suatu zat atau bahan, selain Flash
Point dan Fire Points, diperlukan juga faktor lain seperti :
- Lower Flammable Limits (LFL)
- Lower Explosive Limits (LEL)
- Upper Flammable Limits (UFL)
- Upper Explosive Limits (UEL)
Lower Flammbale Limits (LFL) atau Lower Explosive
Limits (LEL) adalah batas konsentrasi terendah uap atau
gas bahan bakar di udara yang dapat menyala dan
terbakar apabila diberi percikan api, yang biasanya
dinyatakan dalam persen volume uap bahan bakar di
udara.
Dalam literatur-literatur kata Flammable dan Explosive
sering digunakan saling bergantian, dengan dasar
pemikiran atau pertimbangan bahwa konsentrasi bahan
bakar yang bisa terbakar di udara dimungkinkan akan
dapat juga meledak pada kondisi-kondisi tertentu.

Perkiraan ini diperkirakan benar hanya untuk beberapa jenis bahan
bakar (secara tepatnya mungkin nilai LEL lebih tinggi dari nilai LFL),
tetapi keadaan ini sudah diterima dan digunakan secara luas sejak
beberapa dasawarsa belakangan ini.

Sama dengan penjelasan tersebut diatas, konsentrasi tertinggi dari
gas atau uap suatu bahan di udara yang dapat meledak apabila diberi
panas yang cukup dikenal dengan istilah Upper Explosive Limits
(UEL) dan konsentrasi terendah dari gas atau uap suatu bahan di
udara yang dapat meledak apabila diberi panas yang cukup dikenal
dengan istilah Lower Explosive Limits (LEL).

Nilai LEL dan LFL dari bahan-bahan yang mudah terbakar
dihubungkan dengan Flash Point dari bahan tersebut.

Secara teoritis Flash Point adalah merupakan temperatur bahan pada
kondisi tekanan atmosphere dimana dalam kondisi tersebut bahan
menguap dan menghasilkan konsentrasi uap atau gas
dipermukaannya yang sesuai dengan LFL dan LEL.