NGELMU BASA Oleh Siti Mulyani PENGERTIAN LINGUISTIK International Dictionary of the English Language •Alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan/ perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi , gestur,/ tanda-tanda yang.

Download Report

Transcript NGELMU BASA Oleh Siti Mulyani PENGERTIAN LINGUISTIK International Dictionary of the English Language •Alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan/ perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi , gestur,/ tanda-tanda yang.

NGELMU BASA
Oleh
Siti Mulyani
PENGERTIAN LINGUISTIK
International
Dictionary of the
English Language
•Alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan/ perasaan
dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi , gestur,/ tanda-tanda
yang disepakati yang mengandung makna yang dapat dipahami
Finochiaro
•Sistem simbol vokal yang arbitrar yang memungkinkan semua
orang dalam suatu kebudayaan tertentu/ orang lain yang
mempelajari sistem kebudayaan iitu berkomunikasi/ berinteraksi
Kridalaksana
•Sistem lambang bunyi yang arbitrar yang dipergunakan oleh para
anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,
dan mengidentifikasikan diri
Carrol
•Sistem bunyi dan dan urutan bunyi vokal yang terstruktur yang
digunakan dalam komunikasi interpersonal oleh sekelompok
manusia dan secara lengkap digunakan untuk mengungkapkan
sesuatu, peristiwa, dan proses yang terdapat di sekitar manusia
SIFAT BAHASA
Bahasa sebuah
sistem
• bukan sejumlah unsur yang terkumpul secara acak/ tidak
beraturan. Unsur-unsur bahasa tersusun secara teratur
sebagai pola-pola yang berulang, bersifat komplementer
Bahasa
sistematis
• bersifat teratur dan dapat diuraikan atas satuan-satuan
terbatas yang berkombinasi dengan kaidah-kaidah yang
dapat diramalkan
Bahasa
sistemis
• bukan sistem yang bersifat tunggal, melainkan terdiri dari
beberapa subsistem, misalnya subsistem fonologi,
gramatikal, dan leksikon
Bahasa arbitrar
• tidak ada hubungan wajib antara satuan-satuan bahasa
dengan yang dilambangkannya
Bahasa bersifat
konvensional
• Bahasa sebagai sistem lambang bunyi bahasa harus
dipelajari dan disepakati
LANJUTAN
Bahasa
bersifat
produktif
• sebagai sistem dari unsur-unsur yang bersifat terbatas
dapat dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya
Bahasa
bersifat unik
• tiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang
membedakan antara bahasa yang satu dengan bahasa
yang lain walaupun ada sejumlah yang bersifat universal
Bahasa
bersifat variatif
• karena bahasa digunakan oleh kelompok manusia yang
berbeda-beda, untuk keperluan berbeda-beda, dalam
bidang yang berbeda-beda, maka bahasa itu bervariasi
Bahasa
menunjukkan
bangsa
• bahasa lambang sosial budaya masyarakat pemakainya.
Melalui bahasa sekelompok manusia yang berada dalam
sistem sosial budaya tertentu itu mengidentifikasikan diri
dan membentuk komunitas, serta bersesama
Fungsi Bahasa
Fungsi khusus
Halliday (1973)
Finochiaro (1977)
1) personal, 2)
interpersonal,
3) direktif,4)
referensial, 5)
imajinatif
1) instrumental,
2) regulatori,
3) representasional 4)
interaksional,
5) personal,
6) huristik,
7) imajinatif
Blundell (1987):
1) informasional,
atitudinal, dan
aktif,
2) formula sosial,
3) pelumas
komunikasi,
4) informasi
kebahasaan
Fungsi umum: alat
komunikasi
Brown dan Yule
1985):
a. Transaksional:
berkenaan dengan
ekspresi isi
b. Interaksional:
ekspresi relasi
sosial dan sikap
personal
Nababan (1984)
1) fungsi kebudayaan,
2) kemasyarakatan,
3) perorangan,
4) pendidikan
Fungsi
personal: bahasa merupakan alat untuk
menyampaikan diri,
menyatakan pribadi, ukurannya
apakah yang dinyatakan berasal dari dirinya atau bukan
(terkait dengan perasaan dan pikiran)
Fungsi interpersonal: menyangkut hubungan antar penutur/
antar persona, diarahkan untuk membina/ menjalin
hubungan sosial (penutur harus mengetahui dan
memahami nilai-nilai dan karakteristik budaya yang
berlaku dalam bahasa yang bersangkutan)
Fungsi direktif: untuk mengatur orang lain yang diharapkan
adalah dampak tindakan orang lain yang diharapkan
(penutur harus menganalisis situasi, menginterpretasi
dan memprediksi konteks sosial dan budaya yangberlaku)
Fungsi referensial: untuk menampilkan suatu referen (benda
yang disebut/ ditunjuk dengan menggunakan lambang
bahasa)
Fungsi Imajinatif: untuk menciptakan sesuatu dengan berimajinasi
Fungsi instrumental: untuk mengatur lingkungan/ untuk
menciptakan situasi/ peristiwa tertentu
Fungsi representasional: untuk perujukan fakta keduniaan dan
khasanah pengetahuan
Fungsi huristik: untuk memperoleh ilmu pengetahuan, dalam
karya ilmiah nampak pada perumusan masalah
Fungsi regulatori: bertugas untuk memelihara/ mengontrol
keadaan/ peristiwa
Fungsi informasional, attitudinal, dan aktif: fungsi bahasa yang
didasarkan pada kenyataan bahwa sikap (attitude) terhadap
sesuatu
(perasaan/pendapat/penilaian)
baru
dapat
ditentukan setelah seseorang mendapatkan informasi terlebih
dahulu
Fungsi formula sosial/ fungsi basa-basi: dimaksudkan untuk
sekedar memantapkan hubungan sosial/ tidak mengandung
makna dan maksud yang sebenarnya
Fungsi pelumas komunikasi: untuk memperlancar komunikasi (Ah
masak, Oh ya!)
Fungsi informasi kebahasaan: untuk mengungkapkan bahasa itu sendiri
Fungsi transaksional:
fungsi bahasa yang paling penting adalah
komunikasi, informasi; bahasa yang digunakan untuk menyampaikan
informasi proposional/ informasi faktual disebut bahasa transaksional
utama
Fungsi interaksional: untuk memantapkan dan memelihara hubungan
sosial
Fungsi kebudayaan, bahasa berfungsi sebagai:
a, sarana perkembangan kebudayaan
b. Jalur penerus kebudayaan
c. Inventaris ciri-ciri kebudayaan
Fungsi kemasyarakatan: ada dua golongan;
a.
Fungsi berdasarkan ruang lingkup: nasional dan daerah
nasional: 1) lambang kebanggaan bangsa, 2) lambang identitas
bangsa, 3) alat pemersatu aneka suku, 4) alat perhubngan antar
daerah dan antar budaya
daerah: 1) lambang kebanggaan daerah, 2) lambang identitas daerah,
3) alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat daerah
Fungsi berdasarkan ruang lingkup pemakaian: suatu bahasa
akan digunakan sebagai alat komunikasi yang lebih luas jika
memegang kunci bagi bangsa lain.
Fungsi perorangan: 1) fungsi instrumental, 2) fungsi menyuruh, 3)
fungsi interaksional, 4) fungsi representasional/ kepribadian,
5) fungsi huristik/pemecahan masalah, dan 7) fungsi
informatif
Fungsi pendidikan: 1) fungsi integratif, 2) fungsi instrumental, 3)
fungsi kultural, 4) fungsi penalaran
Fuingsi integratif: sebagai alat yang membuat anak didik memiliki
kesanggupan menjadi anggota masyarakat/ berfungsi
mengintegrasikan diri dalam masyarakat
Fungsi instrumental: untuk mendapatkan keuntungan material,
memperoleh pekerjaan, ilmu pengetahuan, mendapatkan
peluang-peluang ekonomi
Fungsi kultural: untuk mengenal, mempelajari, mengapresiasi dan
menghargai nilai-nilai budaya yang berwahanakan bahasa itu
Fungsi penalaran: penekanan pada penggunaan bahasa sebagai
alat berfikir dan bernalar
b.
SATUAN BAHASA
Fon dan fonem: fon merupakan satuan bahasa yang dapat diucapkan dan didengar. Fonem bersifat abstrak
yang direalisasikan menjadi fon dan mampu menunjukkan kontras makna
Morf dan morfem: morf bentuk yang bersifat konkret dalam pelaksanaan bahasa dapat diidentifikasikan,
diucapkan, dan dapat didengar. Morfem merupakan unsur pembentuk kata
Kata: merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari satu morfem/lebih, atau satuan gramatikal terkecil yang
dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas
Frasa: satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak terdiiri dari subjek dan predikat
Kalimat: ujaran yang berisi pikiran lengkap yang tersusun dari subjek dan predikat
Klausa: merupakan satuan gramatikal unsur pembentuk kalimat yang berstruktur predikatif
Gugus kalimat: satuan-satuan bahasa yang lebih kecil dari paragraf karena gugus kalimat berada dalam
paragraf
Paragraf: sejumlah kalimat yang mengandung satu keutuhan isi sebagai bagian isi wacana
Wacana: merupakan satuan bahasa yang paling besar/ satuan bahasa terlengkap
Linguistik: ilmu bahasa yang
memenuhi syarat-syarat keilmuan
Eksplisit
secara konsisiten
telah memenuhi
kejelasan kriteria
yang mendasari
suatu penelitian
dan penyusunan
peristilahan
Sistematis
Telah memenuhi dan
menerapkan secara konsisten
prosedur standar dalam
penelitian
Telah menentukan kerangka
deskriptif yang digunakan
untuk menyesuaikan
pandangan tentang data, dan
Telah melakukan pengujian
secara ketat terhadap
hipotesa, perkiraan, atau
pandangan tentang bahasa
Objektif
Memiliki sikap terbuka dalam
analisis
Memiliki sikap kritis dan
mencurigai setiap hipotesa
sampai dapat dibuktikan
kebenarannya
Berhati-hati terhadap
prasangka-prasangka
Berusaha sejauh mungkin
memakai prosedur standar
yang telah ditentukan
TEORI-TEORI HASIL LINGUISTIK TELAH
MEMENUHI ADANYA TIGA PRINSIP
Tuntas
•artinya dapat
mencakup
semua fakta
Konsisten
Sederhana
•artinya tidak
mengandung
pernyataanpernyataan
yang saling
bertentangan
•artinya
disampaikan
dalam
pernyataanpernyataan
yang lugas
dan ekonomis
Sikap linguistik sebagai ilmu
Bersifat deskriptif dan
bukan preskriptif
(normatif:
Merumuskan
bersangkutan dengan
kaidah bahasa
adanya standar mutlak berdasarkan ciri
mengenai betul salah atau sifat bahasa
dalam bahasa dan
itu sendiri dan
bahwa tujuan analisis
bukan bahasa
bahasa ialah menyusun
yang lain
norma-norma
pemakaian bahasa
Memperlakukan
bahasa sebagai
sistem
Memperlakukan
bahasa sebagai
sesuatu yang
dinamis
Objek
kajian
linguistik
•bahasa dalam
pengertian harafiah,
bahasa ujaran
•bahasa yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia
yang digunakan untuk
berkomunikasi secara
wajar
OBJEK KAJIAN LINGUISTIK
Langage
sistem bahasa pada
umumnya, sistem
bahasa manusia
pada umumnya yang
terdiri atas langue
dan parole
Langue
sistem bahasa yang
ada di dalam akal
budi pemakai
bahasa dalam
kelompok sosial. Jadi
merupakan totalitas
fakta suatu bahasa
Parole
manifestasi dan
realisasi fonis dan
psikologis yang nyata
dalam setiap
pemakaian bahasa
LINGUISTIK
LINGUISTIK MIKRO
Bidang Teoritis
A. Umum
1. Teori Linguistik
2. Linguistik Deskriptif
3. Linguistik Historis
Komparatif
B. Bahasa Tertentu
1. Linguistik Deskriptif
2. Linguistik Historis
Komparatif
LINGUISTIK MAKRO
Bidang Interdisipliner
1. Fonetik
2. Filsafat Bahasa
3. Psikolinguistik
4. Etnolinguistik
5. Sosiolinguistik
6. Dsb/
Bidang Terapan
1. Pengajaran Bahasa
2. Penerjemahan
3. Leksikografi
4. Fonetik Terapan
5. Sosiolinguistik Terapan
6. Pembinaan Bahasa
7. Grafologi
8. Linguistik Medis
9. dll
LINGUISTIK
LINGUISTIK MIKRO
LINGUISTIK TEORITIS
FONOLOGI
MORFOLOGI
SEMANTIK
SINTAKSIS
LEKSIKOLOGI
Catatan:
1.
Morfologi dan sintaksis sering disatubidangkan disebut
dengan tatabahasa
2.
Di samping itu ada cabang linguistik yang disebut
morfofonologi dan morfosintaksis
Pengertian Fonologi/ Widyaswara/
Phonology
Cabang linguistik yang
mempelajari sistem bunyi bahasa
Bunyi bahasa/ ujaran ada
Bunyi bahasa/ ujaran ada
yang dapat membedakan
yang tidak membedakan
makna disebut
makna disebut fon bunyi
fonem:maujud abstrak yang konkret yang diartikulasikan
direalisasikan menjadi fon
terjadi pada aspek parole
merupakan aspek langue
yang diwadahi dalam
yang diwadahi dalam
subdisiplin fonetik
subdisiplin fonemik
PROSES MORFOLOGI
Input
Proses
Output
bentuk dasar +
imbuhan
Afiksasi
Kata Jadian
bentuk dasar
Pengulangan
Kata ulang
bentuk dasar
+bentuk dasar
Pemajemukan
Kata majemuk
ater-ater (anuswara, a-, ka- ke-, sa-, dll)
Imbuhan
sisipan (-um-, -in-, -er-, dan –el-)
panambang (-a, -i, -e, - en, -an, -na, -ana, -ane)
wuwuhan bebarengan (rumaket/ tanrumaket: N- -i, N- -ake, d- -i, di- -ake)
dwi purwa
Pengulangan/ rangkep
dwilingga
dwiwasana
Pemajemukan:
wutuh/ tugel
JINISING TEMBUNG
Tembung
aran
•mratelakaken namaning barang/ kang kaanggep barang. Titikanipun: sumambung
tembung dudu,/ sanes, ana/ wonten, boten saged sumambung tembung ora/ boten
Tembung
kriya
•mratelakaken solah bawa/ tandang damel.
• Titikanipun: sumambung tembung ora/ boten, anggenipun
Tembung
sifat
•mratelakaken kaanan/ kawontenan/ watak satunggaling barang/bab.
•Titikanipun: sumambung tembung langkung/ luwih, rada/ radi, paling, sanget
Tembung
katrangan
Tembung
sesulih
•suka katrangan tembung sanesipun (aran, kriya, sifat, wilangan). Tuladha: badhe,
boten, sampun, kantun, kemawon, pancen, saweg, saged, radi
•dipunginakaken minangka sesulihing tiyang, barang, ingkang kaanggep barang
•Tembung sesulih wonten kalih ; panuduh saha purus wonten tigaa. Purusa; utama
purusa, madyama purusa , saha pratama purusa
JINISING TEMBUNG
Tembung
wilangan
Tembung
panggandheng
Tembung ancerancer
• mratelakaken gunggunging barang
• Kaginakaken kangge ngggandheng tembunngsetunggal
kaliyan tembunng sanesipun, utawi klausa / ukara
setunggla kaliyan klausa/ukara sanesipun
• kangge ngancer-anceri papan/ ngancer-anceri
tembung aran. Tuladha: kaliyan, dening, marang,
kagem
Tembung
panyilah
• kaginakaken nyilahaken/ mligekaken satunggaling
patrap, barang/ salah satunggaling bab. Tuladha: si,
sang, sri, ingkang, sing, para
Tembung
panyeru
• saged nggambaraken wedharing raos remen, kaget,
kuciwa, kagelan, sisah, gumun
Widya ukara/
sintaksis
Frasa
Klausa
Ukara
Frasa pamoring tembung kang
ngemu titikan
Drajatipun ing
antawisipun
tembung saha
klausa/
Kadadosan kalih
dumunung ing
tembung utawi
sanginggiling
langkung
tembung nanging
ing
sangandhaping
klausa
Urut-urutaning
tembung bpten
kenging
nglangkungi
wasesa
Limrahipun
kadadosan
saking kalih
perangan; inti
(ingkang dipunterangaken)
kaliyan perangan
atribut (perangan
ingkang
nerangaken
Frasa
Jinising perangan baku
Frasa
aran
Frasa
kriya
Frasa
kaanan
Frasa
wilangan
peranganing
Frasa
katrangan
Frasa
sesulih
Frasa
ancer-ancer
endosentris
eksosentris
Klausa
rerangkening
tembung
ingkang
sampun
ngudhar
satunggaling
gagasan/
bab
Ing basa
lisan
sabotenbotenipun
wonten
wasesa/
predikat
Ing basa
sinerat
sabotenbotenipun
kadadosan
jejer/ subjek
saha
wasesa/
predikat
Saged
madeg
dados ukara
Ukara
rerangkening
tembung
ingkang saged
ngandaharaken
satunggaling
kekajengan
jangkep
satunggal bab
Saged madeg
piyambak
Kadadosan
saking
satunggal utawi
langkung
Ing basa
sinerat
kawiwitan
aksara murda
kapungkasan
tandha titik,
koma, titik
koma, tandha
seru, utawi
tanda pitaken
Wonten
laguning
pocapan
RANGKANING UKARA/ STRUKTUR KALIMAT BASA JAWA
J–W
• Anak kula nangis.
• J
W
J- W–L
• Pak Parman maos koran.
•
J
W
L
J – W – Gg
• Mbak Tutik pindhah omah.
•
J
W
Gg
J–W–L–
Gg
• Bu Darma maringi putrane kembang gula.
• J
W
L
Gg
J–W–P
• Buku menika kaserat nalika wonten Sala.
•
J
W
P
Semantik/ tata makna
teorimakna,
semantik dan referensi, dan
ruang
tipe makna.
lingkupnya;
Hubungan
mempelajari antara tanda
hubungan
dengan
makna,
antara tandatanda
hubungan
antara makna
linguistik
dengan haldengan
hal yang
referen
bersifat
ditandai/
bidang studi
langsung,
namun
dalam
linguistik yang
hubungan
mempelajari
tanda
makna/ ilmu dengan yang
tentang
ditunjuk tidak
bersifat
makna/ arti
langsung
Jenis-jenis
semantik
dengan
berbagai
dasar
prinsip-prinsip
analisis
relasi atau
perubahan
semantik,
hubungan
makna,
kajian
bentuk dan
makna suatu
terhadap
makna.Dalam
kata apat
makna dapat
setiap bahasa
berubah
dilakukan
kita temukan
karena
dari berbagai
kosa kata
Sebab-sebab
hal; jenis
yang
tertentu dan
makna, relasi
maknanya
jenis
makna,
berhubungan
perubahan
perubahan
dengan
maknapun
makna,
makna kosa
bermacammaupun
kata yang lain
macam
medan
makna
Kaidah Umum
Hubungan antara tanda (kata/leksem)dengan referen
bersifat arbitrer/ tidak ada hubungan wajib
Secara sinkronik makna sebuah kata /leksem tidak
berubah , secara diakronik kemungkinan berubah ada
Bentuk-bentuk yang berbeda akan berbeda maknanya
Setiap bahasa memiliki sistem semantik yang berbeda
dengan sistem semantik bahasa yang lain
Makna setiap kata dalam suatu bahasa dipengaruhi oleh
pandangan hidup dan sikap anggota masyarakat
Luasnya makna yang dikandung sebuah bentuk gramatikal
berbanding terbalik dengan luasnya bentuk tersebut
Relasi makna
Dalam setiap bahasa kita temukan kosa kata yang
maknanya berhubungan dengan makna kosa kata
yang lain. Hubungan makna ini mungkin
menyangkut kesamaan makna (sinonimi),
kebalikan makna (antonimi), ketercakupan
makna, atau bisa hubungan yang lain.
Sinonimi
Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa
Yunani Kuno , yaitu syn ‘dengan’ dan anoma
‘nama’. Sinonimi berarti nama lai untuk benda
yang sama atau hal yang sama.
Verhaar
mendefinisikan
sinonimi
sebagai
unngkapan (kata, frasa, atau kalimat) yang
maknanya kurang lebih sama dengan makna
ungkapan lain
Lambang/ kata adalah nama atau label dari sesuatu yang
dilambangkannya. Penamaan: pemberian nama/ label
terhadap sesuatu yang bersifat arbitrer dan konvensional
Proses pemberian nama:
1. Peniruan bunyi; penamaan berdasarkan bunyi dari
benda / sesuatu tersebut
2. Penyebutan bagian; penamaan sesuatu berdasarkan
bagian dari sesuatu tersebut, ada dua macam pars pro
toto (penyebutan bagian untuk keseluruhan: minta kopi
di rumah makan) dan totem pro parte (penyebutan
keseluruhan untuk bagian: HIJAU nganakake pentas
wayang kulit)
3. Penyebutan sifat khas; terjadi transposisi makna dalam
pemakaian (perubahan dari sifat menjadi benda),
misalnya: si bongsor , lurik
4. Penemu dan pembuat; penamaan berdasarkan pembuat/
penemu ( appelativa) misal: mujair (petani bernama Mujair di
Kediri), Volt (Volta/ sarjana fisika Italia), kodak / diesel/ciba/
aspirin – (pabrik dan merek dagang = nama benda)
5. Tempat asal; penamaan bedasarkan asal benda tersebut,
misalnya: kenari (pulau Kenari di Afrika), sarden (pulau Sardenia
di Italia), soto Kudus, nasi Padang
6. Bahan; penamaan berdasarkan nama bahan pokok benda itu,
misalnya kaca mata, kaca spion, kaca jendela, bambu runcing
7. Keserupaan; penamaan berdasarkan kesamaan sifat atau ciri
dari makna leksikal kata itu, misalnya sikil meja, sikil kursi,
kepala kantor, kepala surat, kepala paku
8. Pemendekan; penamaan berdasarkan hasil penggabungan
unsur-unsur dari beberapa kata, ABRI, KONI, rudal, pemda
9. Penamaan baru; nama/ istilah baru diadakan untuk
menggantikan nama lama yang dianggap kurang tepat, tidak
rasional, kurang halus, kurang ilmiah, misalnya wisatawan
turis/ pelancong, pramuwisma
babu/ jongos
Antonimi dan Oposisi
Kata antonimi berasal dari anti ‘melawan’ dan onoma
‘nama’ (bahasa Yunani kuna). Secara harafiah antonim
berarti nama lain untuk benda yang lain pula. Secara
semantik antonim berarti ungkapan yang maknanya
dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain,
biasanya disebut lawan kata sebetulnya yang
berkebalikan itu maknanya.
Antonim tidak bersifat mutlak melainkan beroposisi,
oposisi tercakup konsep betul-betul berlawanan sampai
yang hanya bersifat kontras, sehingga oposisi
maknanya dapat dibedakan menjadi oposisi mutlak,
oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hierarkial,
oposisi majemuk
Oposisi mutlak , dalam antonim yang mengandung oposisi
makna secara mutlak misalnya mati dan urip, obah lan
meneng
Oposisi kutub, kata yang mempunyai oposisi makna kutub
pertentangan maknanya tidak mutlak melainkan bersifat
gradasi
kutub A (sugih, panas, seneng, adoh)
batas
kutub B (mlarat, adhem, susah, cedhak)
Kata-kata yang beroposisi kutub umumnya adalah kata-kata
dari kelas adjektif.
Oposisi hubungan; satuan lingual yang mempunyai oposisi
relasional ini bersifat saling melengkapi, adanya suatu kata
karena hadirnya kata lain yang menjadi oposisinya ( dodol –
tuku).
Oposisi hubungan dapat terjadi pada keta kerja dan
dapat pula terjadi pada kata benda; maju-mundur,
menehi-nampa, guru-murid, dokter-pasien
Oposisi Hierarkial; makna satuan lingual yang beroposisi
hierarkial ini menyatakan suatu deret jenjang atau
tingkatan.
Kosa kata yang mempunyai oposisi hierarkial ini biasanya
berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, isi) nama
satuan hitungan, nama jenjang kepangkatan
Misalnya: senti – meter, gram – ons
Oposisi majemuk, satuan lingual yang mempunyai oposisi
makna lebih dari satu satuan lingual
Misalnya: lungguh - ngadeg, jengkeng, ndhodhok
Homonimi, homofoni, homografi
Homonimi berasal dari kata homo ‘sama’ dan onoma
‘nama’, homonimi: nama sama untuk benda atau hal
lain
Homonimi sebagai ungkapan yang bentuknya sama
dengan ungkapan lain yang maknanya tidak sama
Misalnya, bisa dalam bahasa Indonesia
Kemungkinan penyebab adanya homonimi
1. Bentuk-bentuk yang berhomonimi itu berasal dari
bahasa/ dialek yang berbeda . Misalnya, bisa (racun/
Indonesia) bisa (dapat / Jawa)
2. Bentuk-bentuk yang berhomonimi itu terjadi sebagai
hasil proses morfologi. Misalnya, mengukur ( ukur,
kukur)
Beda homonimi, homofoni dan homografi ? Cari contoh
LINGUISTIK KOMPARATIF ----KOMPARATIF MENUNJUKKAN
PEMAKAIAN METODE/ TEKNIK YANG DIGUNAKAN DALAM
KAJIANNYA
Cabang linguistik yang menggunakan metode komparatif:
Tipologi bahasa: kajian secara struktural, dimensi sinkronis, tujuan klasifikasi
bahasa secara tipologi
Linguistik kontrastif: kajian bahasa secara struktural, dimensi sinkronis,
tujuan didaktis/ pengajaran bahasa
Linguistik komparatif: kajian perubahan bahasa, dimensi diakronis, tujuan
pengelompokkan bahasa berkerabat
Metode komparatif dalam LHK;
Identifikasi bentuk persamaan dan perbedaan
Dasar korespondensi bunyi dan makna, dituntut penguasaan fonologi secara
general dan fonologi khusus bahasa yang diteliti
Merekonstruksi tahap awal perkembangan dasar bentuk yang diturunkan
Menggunakan tiga /3 kriteria, yaitu non arbritrary/ tidak bebas/ tidak mana
suka sehingga hasil pengelompokkan sama, exhaustive/lengkap, semua
bahasa masuk dalam satu kelompok, dan uniqueness/ khas, tidak ada
bahasa masuk dalam lebih dari satu kelompok

LINGUISTIK ; SINKRONIS DAN DIAKRONIS
Linguistik Sinkronis:

Adalah linguistik yang memfokuskan kajian pada satu bahasa
pada waktu tertentu dan mengabaikan aspek perubahan
bahasa dari waktu ke waktu. Kajian sinkronis bisa juga
dilakukan untuk suatau bahasa pada waktu terkini atau bisa
juga untuk suatu bahasa pada waktu lampau

Linguistik Sinkronis juga disebut Linguistik Deskriptif
Linguistik Diakronis:

Adalah linguistik yang memfokuskan kajian pada
PERKEMBANGAN suatu bahasa dari waktu ke waktu. Jadi,
studi diakronis bisa disamakan dengan studi sejarah (historis)

Linguistik Diakronis juga disebut Linguistik Historis Komparatif

Linguistik Diakronis dalam prosedur penelitiannya semestinya
juga menerapkan prinsip-prinsip kajian sinkronis (deskriptif)
karena pada dasarnya kajian perkembangan bahasa dari
waktu ke waktu tidak lain adalah kajian sinkronis bahasa itu
pada beberapa satuan waktu yang ditetapkan sebagai titik-titik
perkembangan.