Kepemimpinan (Leadership) : Rudy Latuperissa Pertemuan ke V Leadership:  Leadership adalah proses dimana seorang individu mempengaruhi anggota-anggota kelompok lainnya untuk pencapaian tujuan kelompok atau organisasi.

Download Report

Transcript Kepemimpinan (Leadership) : Rudy Latuperissa Pertemuan ke V Leadership:  Leadership adalah proses dimana seorang individu mempengaruhi anggota-anggota kelompok lainnya untuk pencapaian tujuan kelompok atau organisasi.

Kepemimpinan
(Leadership) :
Rudy Latuperissa
Pertemuan ke V
Leadership:
 Leadership adalah proses dimana seorang
individu mempengaruhi anggota-anggota
kelompok lainnya untuk pencapaian tujuan
kelompok atau organisasi.
Inti Leadership
 Leadership utamanya adalah satu proses yang
melibatkan proses mempengaruhi, yakni satu proses
dimana seorang pemimpin merubah tindakan atau
perilaku beberapa anggota kelompok atau bawahan.
 Secara umum leadership berkaitan dengan
penggunaan teknik mempengaruhi yang tidak
memaksa. Hal ini berarti bahwa leadership
mendasarkan diri pada perasaan positif antara
pemimpin dan yang dipimpin. Dengan kata lain
bawahan menerima pengaruh dari pemimpin karena
mereka menghormati, menyukai, atau menghargai
pemimpinnya, bukan hanya karena para pemimpin
tersebut memegang jabatan dari kekuasaan secara
formal.
 Leadership melibatkan penggunaan pengaruh untuk
satu maksud tertentu, yakni untuk mencapai tujuan
kelompok atau tujuan organisasi. Dengan kata lain
para pemimpin memfokuskan diri pada pengarahan
tindakan atau perilaku para bawahan mereka untuk
tercapainya tujuan spesifik; para leaders tidak
menaruh perhatian terhadap pengarahan tindakan
atau perilaku yang tidak relevan dengan pencapaian
tujuan organisasi atau kelompok.
 Leadership merupakan satu proses dua arah.
Pemimpin sudah barang tentu mempengaruhi
bawahan dengan berbagai cara, namun sebaliknya
para pemimpin seringkali dipengaruhi pula oleh
bawahan.
 Seseorang tidak dapat memimpin kecuali ada
pengikut.
Leaders vs Managers
 Tidak semua leaders adalah managers
 Tidak semua managers adalah leaders
 Hanya sedikit yang berfungsi sebagai
keduanya, yakni sebagai managers
sekaligus sebagai leaders.
Memimpin vs Mengelola
Pemimpin








Melakukan Inovasi
Mengembangkan
Memberikan Inspirasi
Memiliki pandangan
jangka panjang
Menanyakan apa dan
mengapa
Memunculkan
Menantang status quo
Melakukan Sesuatu yang
benar
manager








Mengurus
Mempertahankan
Mengendalikan
Memiliki pandangan
jangka pendek
Menanyakan bagaimana
dan kapan
Mengawali
Menerima status quo
Melakukan sesuatu
dengan benar
Teori Kepemimpinan
 Fred Fiedler’s Contingency Theory
 Vroom and Yetton’s Normative theory
 House’s Path-goal Theory
Fiedler’s Contingency Theory: Matching Leaders
and Tasks
 Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu
kevakuman sosial atau lingkungan. Para
pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya
kepada anggota kelompok dalam kaitannya
dengan situasi2 yg spesifik.
 Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang
dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya
masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak
ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan
yang akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana
telah kita pahami bahwa strategi yg paling
efektif mungkin akan bervariasi dari satu situasi
ke situasi lainnya.
Fiedler’s Contingency Theory: Matching Leaders
and Tasks
 Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi
teori tentang efektifitas pemimpin yang
dikembangkan oleh Fiedler, yang
menerangkan teorinya sebagai Contingency
Approach.
 Asumsi sentral teori ini adalah bahwa
kontribusi seorang pemimpin kepada
kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah
ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik
pemimpin dan dan oleh berbagai variasi
kondisi dan situasi. Untuk dapat memahami
secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal
tsb harus dipertimbangkan.
Fiedler’s Contingency Theory: Matching Leaders
and Tasks
 Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin
dengan Low LPC yakni mereka yang
mengutamakan orientasi pada tugas, akan
lebih efektip dibanding para pemimpin yang
High LPC, yakni mereka yang mengutamakan
orientasi kepada orang/hubungan baik dengan
orang apabila kontrol situasinya sangat rendah
ataupun sangat tinggi.
 Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC
akan lebih efektif dibanding pemimpin dengan
Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
Contingency Theory : Some major Predictions
Low LPC
Leaders are
more effective
under low SC
High LPC
Leaders are
more effective
under Mod. SC
Low LPC
Leaders are
more effective
under high SC
High
Low
Moderate
Situational Control
High
Low LPC
High LPC
Leader Style, Situational Control, and Stress: Chemers
et al: 1985
Leaders “out
of match” with
situational control
report higher
stress
High
Leaders “out
of match” with
situational control
report higher
stress
Leaders “out
of match” with
situational control
report higher
stress
Moderate
Low
Degree of Situational Control
Low LPC leader
High LPC leader
Cognitive Resource Theory: an extension of contingency
theory to contingency leader abilities:
Fiedler and Garcia: 1987
Directive leaders
(Issue many orders,
directives)
Leader
Intelligence
Strong Effect
on followers’
performance
Non-directive leaders
(Issue new orders,
directives)
Leader
Intelligence
Weak Effect
on followers’
performance
Leader
Intelligence
Strong Effect
on followers’
performance
Low Stress
High Stress
Leader
Intelligence
Weak Effect
on followers’
performance
Normative Theory: Decision Making and Leader
Effectiveness: Vroom & Yetton, 1973
 Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin
adalah membuat keputusan.
 Karena keputusan2 yg dilakukan para
pemimpin sering kali sangat berdampak kpd
para bawahan mereka, maka jelas bahwa
komponen utama dari efektifitas pemimpin
adalah kemampuan mengambil keputusan
yang sangat menentukan keberhasilan ybs
melaksanakan tugas2 pentingnya.
 Pemimpin yang mampu membuat keputusan
dengan baik akan lebih efektif dalam jangka
panjang dibanding dengan mereka yg tidak
mampu membuat keputusan dengan baik.
Normative Theory: Decision Making and Leader
Effectiveness: Vroom & Yetton, 1973
 Dalam mengambil keputusan, bagaimana
pemimpin memperlakukan bawahannya?
Dengan kata lain seberapa jauh para
bawahannya diajak berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan?
 Sebagaimana telah kita pahami bahwa
partisipasi bawahan dalam pengambilan
keputusan dapat meningkatkan kepuasan
kerja, mengurangi stress, dan meningkatkan
produktivitas.
 Namun seberapa jauh partisipasi bawahan
dalam pengambilan keputusan akan diberikan
pemimpinnya? Jawabannya adalah Normative
Theory dari Vroom and Yetton.
Normative Theory: Decision Making and Leader
Effectiveness: Vroom & Yetton, 1973





AI
(Autocratic)
AII
(Autocratic)
CI
(Consultativ
e)
CII
(Consultativ
e)
GII (Group
Decision)





Leader solves problem or makes decision
unilate-rally, using available information
Leader obtains necessary information from
subordi-nates but then makes decision
unilaterally.
Leader shares the problem with subordinates
indi- vidually, but then makes decision
unilaterally
Leader shares problem with subordinates in
group meeting but then makes decision
unilaterally
Leader shares problem with subordinates in a
group meeting; decision is reached through
discussion to consensus
Normative Theory: Decision Making and Leader
Effectiveness: Vroom & Yetton, 1973
 Dalam memilih alternatip2 pengambilan keputusan
tersebut para pemimpin perlu terlebih dahulu
membuat pertanyaan kepada diri sendiri, seperti:
Apakah kualitas pengambilan keputusan yang tinggi
diperlukan? Apakah saya memiliki informasi yang
cukup untuk membuat keputusan yang berkualitas
tersebut? Apakah permasa-lahannya telah
terstruktur dengan baik ? Dalam kaitannya dengan
penerimaan keputusan, pemimpin harus bertanya,
apakah sangat penting untuk efektifitas
implementasi para bawahan menerima keputusan ?
Apakah para bawahan menerima tujuan organisasi
yang akan dicapai melalui pemecahan masalah ini?
Normative Theory: Rules Designed To Protect
Decision Quality; Vroom & Yetton, 1973
 Leader Information Rule: If the quality of the
decision is important and you do not have enough
information or expertise to solve the problem alone,
eliminate an autocratic style.
 Goal Congruence Rule: If the quality of the decision
is important and subordinates are not likely to
make the right decision, rule out the highly
participative style.
 Unstructured Problem Rule: If the quality of the
decision is important but you lack sufficient
information and expertise and the problem is
unstructured, eliminate the autocratic leadership
styles.
Normative Theory: Rules Designed To Protect
Decision Acceptance; Vroom & Yetton, 1973
 Acceptance Rule: If acceptance by subordinates is
crucial for effective implementation, eliminate the
autocratic styles.
 Conflict Rule: If acceptance by subordinates is
crucial for effective implementation, and they hold
conflicting opinions over the means of achieving
some objective, eliminate autocratic styles.
 Fairness Rule: If the quality of the decision is
unimportant but acceptance is important, use the
most participatory style.
 Acceptance Priority Rule: If acceptance is critical
and not certain to result from autocratic decisions,
and if subor-dinates are not motivated to achieve
the organization’s goals, use a highly participative
style.
Confict Handling Skills and Decision-Making
Strategis; Crouch & Yetton, 1987
 Bagi para manajer yang dinilai bawahannya
memiliki kemampuan yang tinggi dalam
menangani konflik antar pribadi, maka semakin
besar kecenderungan mereka menggunakan
strategi partisipatif dalam pengambilan
keputusan, akan semakin tinggi kinerja para
bawahan.
 Demikian pula sebaliknya apabila para manajer
dinilai bawahannya memiliki kemampuan yang
rendah dalam menangani konflik antar pribadi.
House’s Path-Goal Theory:
Leaders as Guides to Valued Goals
 Bawahan sering berharap pemimpin
membantu mengarahkan mereka dalam
mencapai tujuan. Dengan kata lain bawahan
berharap para pemimpin mereka membantu
mereka dalam pencapaian tujuan2 bernilai
mereka.
 Ide di atas memainkan peran penting dalam
House’s path-goal theory yang menyatakan
bahwa kegiatan2 pemimpin yang menjelaskan
bentuk tugas dan mengurangi atau
menghilangkan berbagai hambatan akan
meningkatkan persepsi para bawahan bahwa
bekerja keras akan mengarahkan ke kinerja yg
baik dan kinerja yg baik tsb selanjutnya akan
diakui dan diberikan ganjaran
House’s Path-Goal Theory:
Leaders as Guides to Valued Goals
Leader’s style
(instrumental,
supportive,
Participative,
Achievementoriented)
Contingency
Factors
(characteristics
of subordinates,
work
environments)
Perception that
leader is being
helpful
(e.g.eliminating
obstacles)
Motivation &
job satisfaction are
enhanced
House’s Path-Goal Theory:
Four Basic Styles of Leadership
 Instrumental (directive) : an approach focused
on providing specific guidance, establishing
work schedules and rules.
 Supportive: a style focused on establishing
good relations with subordinates and
satisfying their needs.
 Participative: a pattern in which the leader
consults with subordinates, permitting them to
participate in decisions.
 Achievement-oriented: an approach in which
the leader sets challenging goals and seeks
improvements in performance.
Additional Theoritical Perspectives
 Vertical Dyad Linkage (VDL) Theory: memberikan
perhatian kepada kenyataan bahwa para pemimpin
sering kali memiliki hubungan yang berbeda dengan
bawahan yang berbeda. Hubungan ini selanjutnya
sangat mempengaruhi kepuasan, kinerja dan
persepsi bawahan terhadap pemimpinnya. Kualitas
hubungan para manajer muda dengan para
supervisornya telah terbukti mempengaruhi
perjalanan karir mereka.
Additional Theoritical Perspectives
 Situational theory of leadership memberikan perhatian
kepada fakta bahwa setelah mereka matang, para
bawahan menghendaki gaya kepemimpinan yg
berbeda dari para manajer mereka. Bawahan yang
tidak berpengalaman menghendaki perhatian thd
tugas yang tinggi dari pemimpinnya. Seseorang yang
cukup matang menghen-daki dukungan sosial dan
emosional (consideration) yang tinggi. Sedangkan
mereka yg telah matang sepenuhnya menghendaki
baik initiating structure (task orientation) maupun
consideration (relation orientation) yang rendah.