Sebuah Catatan Singkat Sebuah situasi PBM IPA di sebuah SD • Seorang guru IPA SD sedang melakukan proses belajar bersama anak di.

Download Report

Transcript Sebuah Catatan Singkat Sebuah situasi PBM IPA di sebuah SD • Seorang guru IPA SD sedang melakukan proses belajar bersama anak di.

Sebuah Catatan Singkat
Sebuah situasi PBM IPA di sebuah SD
• Seorang guru IPA SD sedang melakukan proses belajar bersama
anak di kelas. Guru tersebut mengajukan sebuah pertanyaan
kepada siswa. Karena tidak ada yang berinisiatif menjawab maka
guru menunjuk salah seorang siswa untuk menjawabnya. “Salah”,
itulah tanggapan guru terhadap anak, dan ia menunjuk anak lain.
Siswa ini hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya
menengok kiri kanan ke arah temannya. Pada saat mulai akan
menjawab, guru sudah menunjuk siswa lainnya. Siswa ini menjawab
dan guru berkata ”Jawabanmu kurang tepat” dan yang terakhir
guru itu menunjuk pada anak yang paling pandai di kelasnya. Anak
ini dapat menjawab dengan tepat. “Nah itu jawaban yang paling
tepat” kata guru dan selanjutnya ia meneruskan menjelaskan
materi pelajaran pada anak-anak.
Sepenggal contoh
Interasksi Guru-Murid
Pada suatu pagi, seperti biasanya Ibu Anna sedang
mempersiapkan pelajaran matematik, ia meminta
anak tenang untuk memulai kegiatan belajar. Pada
saat itu tiba-tiba lampu di atas meja bu Anna tiba-tiba
mati sehingga ruangan sedikit lebih gelap.
“Apa yang terjadi?” tanya anak-anak.
“Tidakkah kamu melihatnya?” kata anak lain “Bola lampunya
padam”
“Yeah....” kata anak lain, “tetapi apa artinya itu?”
“Apa yang kamu maksud dengan ‘apa artinya?’ ”
“Kita pernah melihat banyak bola lampu yang mati, tetapi apakah
arti yang sesungguhnya? dan apa yang sebenarnya terjadi?”
Ibu Anna melepas bola lampu dan memegangnya.
Anak-anak datang mengelilinginya dan memegang
bola lampu satu per satu. Setelah itu Ibu Anna berkata
“Baiklah, mengapa kalian tidak mengajukan sebuah
dugaan (hipotesis) mengapa hal ini (lampu mati) dapat
terjadi?”
“Apa yang ada di dalam bola lampu?” tanya salah seorang anak.
“Saya takut bila tidak bisa menjawabnya” Ibu Anna menjawab.
“Coba kamu letakkan lampu itu dengan posisi lain!”
“Apakah di dalamnya ada udara?” salah satu anak bertanya.
“Tidak ada” jawab Ibu Anna.
“Apakah ada gas lain di dalamnya?” tanya seorang anak.
“Ya” jawab Ibu Anna.
Anak-anak saling memandang satu sama lainnya
dalam suasana penuh tanda tanya (penuh
dengan teka - teki). Dan akhirnya seseroang
berkata
“Apakah sungguh (gas) ada di dalam bola lampu?”
“Ya” kata Ibu Anna.
“Terbuat dari apa kawat kecil yang ada di dalam bola lampu?”
tanya seorang anak.
“Saya tidak dapat menjawab pertanyaanmu?” kata Ibu Anna.
“Coba kamu taruh dengan posisi lain lagi”
“Apakah kawat itu terbuat dari logam?”kata seorang anak.
“Ya” jawab Ibu Anna.
• Apa yang selanjutnya dikerjakan Mereka???
Setelah Ibu Anna melakukan kegiatan (proses
tanya jawab), anak-anak mencari buku
referensi dalam usaha untuk memverifikasi
pengetahuan yang baru saja didapatkan dan
menguji beberapa hipotesa melalui
percobaan sederhana bersama anak-anak. Ibu
Anna menfasilitasi kegiatan anak-anak.
Beberapa Persoalan siswa yang dapat terjadi
dalam belajar (di kelas) melalui pola PBM
“Tradisional”
• Bila guru bertanya tentang sesuatu
– Banyak siswa beranggapan bahwa hanya terdapat
satu jawaban yang benar.
– Siswa memilih sikap “diam” bila merasa tidak
yakin akan jawaban “benar”-nya. Hal ini terjadi
karena bila mencoba menjawab dan ternyata
kurang tepat, maka:
• “merasa akan dipermalukan”, dan bahkan
• merasa pendapatnya kurang berharga dimata guru.
• Bila guru tidak terlatih mengapresiasi tanggapan siswa yang
salah, maka:
–
–
–
–
Siswa dapat merasa tidak dihargai
Merasa bodoh
Tidak berdaya
Tidak ada keberanian untuk mencoba menjawab apalagi bila yakin
bahwa jawabannya pasti tidak seperti yang dikehendaki guru
– Memberi pemahaman yang dapat melekat pada siswa bahwa yang
paling dihargai adalah bila dapat menjawab benar.
– Dapat membunuh kreativitas siswa dalam mencari solusi, karena
banyak persoalan yang jawabannya tidak tunggal.
– Siswa “berkepentingan” untuk menduga tentang jawaban apa yang
diharapkan guru, bukan apa yang dapat ia jawab atas dasar
pemahamnnya sampai saat itu tentang masalah yang dipersoalkan
guru.
PBM
Tradisional
VS
Konstruktivistik
Fokus ….
Tradisional
• Fokus pada : instruksi
– Guru memberi instruksi,
siswa menghafal
Konstruktivistik
• Fokus pada: konstruksi
– Guru memberi pengalaman
belajar, siswa mengkonstruksi
pengetahuan
Tradisional
• Bila siswa aktif melakukan
kegiatan, guru
membiarkannya sejauh
tidak mengganggu lainnya
Konstruktivistik
• Bila siswa aktif, guru
memberi stimulus apa yang
harus dilakukan siswa
– Mengajukan pertanyaan yang
memotivasi siswa berpikir
dan memfokuskan kegiatan
agar pengetahuan dapat
terbangun
Tradisional
• Bila anak tidak tahu/tidah
paham:
– Siswa harus diberi tahu
informasi yang benar, dan
diberi latihan soal dengan
jawaban benarnya
Konstruktivistik
• Bila anak tidak tahu/tidah
paham:
– Bukan berarti siswa tidak
dapat memahami
– Guru menelusuri kembali dari
apa yang tidak dipahami
– Guru membimbing kearah
pemahaman
Tradisional
• Bila siswa menjawab salah
suatu persoalan:
– Guru memberi tahu jawaban
yang benar
Konstruktivistik
•
•
Guru menaruh perhatian terhadap
jawaban yang salah, dan mencari tahu
mengapa bisa salah dan membantu
mencari jawaban benar melalui
sebabnya
Contoh:
–
–
–
bila siswa salah memahami fakta, maka
diminta mengamati kembali
bila salah dalam logika berfikirnya, maka
guru menelusuri dan membiarkan siswa
untuk menyampaikan pendapatnya
kemudian guru membetulkan cara
penalaran siswa
bila konsep yang diyakini selama ini salah,
maka guru mengoreksinya dengan cara
yang mendidik.
Tradisional
• Dalam hal
menguji/mengevaluasi hasil
belajar selama PBM:
– guru mengetahui apa yang
sudah diketahui anak
– fokus pada jawaban yang
benar
– sebanyak mungkin siswa
dapat menjawab benar
– bentuk pilihan ganda,
melengkap
Konstruktivistik
• memahami/mengetahui
penalaran anak yang masih
salah
• mencari persoalah yang dapat
mencerminkan bagaimana
anak melakukan penalaran
• bentuk: esai dan problem
solving
Tradisional
• Bila anak mengalami
kegagalan dalam PBM:
– sebabnya karena kegagalan
dalam menyampaikan
instruksi (pilihan pendekatan
PBM)
Konstruktivistik
• sebabnya terletak pada apa
yang guru lakukan selama
berinteraksi dengan anak
selama PBM
• kurangnya pemahaman
guru tentang bagaimana
anak dapat mengetahui
Tradisional
• Pemahaman tentang
belajar:
– anak akan belajar bila
dimotivasi dari hasil yang
dikuatkan/diteguhkan guru
– Anak lebih ingin
“menyenangkan” gurunya
Konstruktivistik
•
• anak akan belajar bila
dimotivasi atas dasar interes
dan rasa ingin tahu yang
dihasilkan anak
• anak akan berusaha untuk
memenuhi
keingintahuannya
Tradisional
• Akibat yang dapat terjadi
pada anak:
– anak akan bergantung terus
pada gurunya
– tidak berani melakukan
sesuatu yang dapat berbeda
dengan gurunya
Konstruktivistik
• anak memiliki otonomi
untuk melakukan sesuatu
• anak akan melakukan dan
mencari sesuatu bahkan
bisa bukan melalui gurunya
dan dapat memberi alasan
tentang hasil pemahaman
yang diperolehnya
Tradisional
Konstruktivistik
Guru memiliki otoritas dan
perilaku anak diatur oleh
guru sesuai dengan yang
diharapkan (guru) harus
terjadi/ tercipta di kelas
• Guru dan anak memiliki
otoritas yang sama dalam
belajar, maka lebih bersifat
kooperatif
• Contoh berbagai aturan dan
kesepakatan yang
menunjang iklim kelas yang
baik dibicarakan bersama