Islam Juga untuk Anak-anak “Semua bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibu bapaknyalah yang menjadikan ia yahudi, nasrani, atau majusi.” (HR Bukhari) Disiapkan oleh: O.

Download Report

Transcript Islam Juga untuk Anak-anak “Semua bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibu bapaknyalah yang menjadikan ia yahudi, nasrani, atau majusi.” (HR Bukhari) Disiapkan oleh: O.

Islam Juga untuk Anak-anak
“Semua bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibu bapaknyalah yang
menjadikan ia yahudi, nasrani, atau majusi.” (HR Bukhari)
Disiapkan oleh:
O. Solihin
E-mail: [email protected]
Blog: http://osolihin.wordpress.com
07/11/2015
Disampaikan di Festival Peradaban Islam,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tiga Jenis Pola Asuh Anak



Pola Asuh Koersif: identik dengan hukuman
dan pujian. Anak akan cenderung menjadi Si
Pencari Perhatian dari orangtuanya.
Pola Asuh Permisif: membiarkan anak
memilih sendiri jalan hidupnya tanpa
bimbingan dari orangtua karena merasa anak
harus mandiri.
Pola Asuh Dialogis: menyeimbangkan
kebebasan dan keteraturan
07/11/2015
Disampaikan di Festival Peradaban Islam,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Perhatian Orangtua Terhadap Anak






Orangtua perlu memahami apa yang dimaksud dengan
pendidikan anak dan tujuannya.
Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.
Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian
setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat
ditanggapi dengan cepat.
Sebelum mentransfer nilai, kedua orangtua harus melaksanakan
lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari (menjadi teladan). Karena
di usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru dan merekam
segala perbuatan orang terdekat.
Bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal
al-Quran. Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan
Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan
akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain.
Menjaga lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan yang
sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak.
07/11/2015
Disampaikan di Festival Peradaban Islam,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Agar Anak Mandiri



Memberikan pemahaman kepada anak sesuai dengan
tingkat perkembangan akalnya
Berbuatlah secara bijaksana. Tidak membiarkan bebas, tapi
juga tidak mengekangnya.
Memberikan kasih sayang secara wajar, khususnya ketika
memberikan pujian dan hadiah. Tidak berlebihan tapi juga
tidak kurang. Rasulullah saw., sebagaimana dituturkan Abu
Musa ra., pernah mendengar seorang laki-laki yang memuji
seorang yang lain secara berlebihan. Lalu Beliau bersabda
(yang artinya), “Kamu telah mencelakakan orang itu!” (HR alBukhari)
07/11/2015
Disampaikan di Festival Peradaban Islam,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mengajarkan Kemampuan Sosialisasi







Mengajak anak menghadiri kumpulan orang dewasa.
Melatih anak melaksanakan tugas rumah yang ringan.
Membiasakan anak mengucapkan Salam.
Menjenguk anak yang sakit.
Memilihkan teman yang baik.
Menghadiri acara/pertemuan yang disyariatkan.
Bermalam di rumah kerabat yang salih.
07/11/2015
Disampaikan di Festival Peradaban Islam,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Agar Anak Mencintai Ilmu








Tanamkan bahwa menuntut ilmu adalah perintah Allah Swt.
Tanamkan bahwa al-Quran adalah sumber kebenaran
Ajarkan metode belajar yang benar menurut Islam: mempelajari sesuatu
dengan mendalam hingga dipahami apa yang dipelajari dengan benar;
Meyakini ilmu yang sedang dipelajari hingga bisa dijadikan dasar untuk
berbuat; dan sesuatu yang dipelajari bersifat praktis, bukan sekadar
teoretis, hingga dapat menyelesaikan suatu masalah]
Memilihkan guru dan sekolah yang baik bagi anak.
Mengajari anak untuk memuliakan para ulama.
Membiasakan seluruh keluarga membaca dan menghapal ayat-ayat alQuran dan Hadis Nabi saw.
Membuat perpustakaan rumah, sekalipun sederhana.
Mengajak anak menghadiri majelis-majelis kaum dewasa.
07/11/2015
Disampaikan di Festival Peradaban Islam,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menumbuhkembangkan Daya Nalar


Usia 0-6 tahun; masa untuk menyerap informasi
dan pembiasaan lewat keteladanan (penanaman
akidah secara sederhana dan penyampaian
informasi Islam yang ringan)
Usia Pra Baligh (7 tahun) s.d baligh; Masa
mempersiapkan anak untuk menerima tugastugasnya sebagai hamba Allah Swt. serta
membekali anak dengan keterampilan yang
dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan (lanjutan
penanaman akidah dan informasi Islam, serta mulai
dikenalkan tentang keterampilan dalam kehidupan)
07/11/2015
Disampaikan di Festival Peradaban Islam,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mendidik Anak Taat Syariat









Tumbuhkan kecintaan pertama dan utama kepada Allah.
Arahkan anak untuk mengidolakan pribadi Rasulullah.
Ajak anak terbiasa menghapal, membaca, dan memahami al-Quran.
Tanamkan kebiasaan beramal untuk meraih surga dan kasih sayang Allah.
Siapkan reward (penghargaan) dan sanksi yang mendidik untuk amal baik
dan amal buruknya.
Yang terpenting, Anda menjadi teladan dalam beribadah dan beramal salih.
Ajarkan secara bertahap hukum-hukum syariah sebelum usia balig.
Ramaikan rumah, mushola, dan masjid di lingkungan Anda dengan kajian
Islam, dimana Anda dan anak Anda berperan aktif.
Ajarkan anak bertanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban untuk
dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan dakwah Islam.
07/11/2015
Disampaikan di Festival Peradaban Islam,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bila Harus Menghukum Anak





Jangan terlalu sering
Memberikan penjelasan dari apa yang diperbuat dan
akibatnya (konsekuensi)
Konsisten dan tidak membuat ancaman-ancaman palsu
Tidak mempermalukan anak di muka umum
Jika harus menggunakan hukuman fisik, harus terarah dan
terkendali. Sabda Rasulullah saw.: “Suruhlah anak-anakmu
mengerjakan sholat pada usia 7 tahun dan pukullah
mereka (tapi tidak melukai) pada usia 10 tahun bila mereka
tidak sholat.” (HR al-Hakim dan Abu Dawud)
07/11/2015
Disampaikan di Festival Peradaban Islam,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keteladanan Kunci Pendidikan




“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS al-Ahzab [33]: 21)
“Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya
pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya
hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang
yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan contoh
yang buruk didalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa
orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa
mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya” (HR Muslim)
“Bila terlihat kerusakan pada diri anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah
bersumber dari orang tuanya.” (Ibnu Qayyim al-Jauziyah)
"Semasa kecilku, ayah tanamkan ketaqwaan kepada Allah dan rasa takut akan
hari akhirat. Engkau tak pernah memarahiku, namun kehidupan sehari-harimu
telah menjadi teladanku, bagaimana prilaku orang yang ingat akan hari akhir”
(testimoni Sayyid Qutb untuk ayahnya)
07/11/2015
Disampaikan di Festival Peradaban Islam,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta