REAKTOR NUKLIR Ketakutan atau realita ataukah…..perdebatan panjang ? keluar lanjut Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto 41 4 594 115 1 6 2 Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn TAHUN KEGIATAN Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet Penandatanganan NPT.

Download Report

Transcript REAKTOR NUKLIR Ketakutan atau realita ataukah…..perdebatan panjang ? keluar lanjut Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto 41 4 594 115 1 6 2 Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn TAHUN KEGIATAN Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet Penandatanganan NPT.

Slide 1

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 2

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 3

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 4

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 5

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 6

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 7

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 8

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 9

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 10

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 11

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 12

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 13

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 14

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 15

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 16

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 17

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 18

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal


Slide 19

REAKTOR
NUKLIR
Ketakutan atau realita
ataukah…..perdebatan panjang ?

keluar

lanjut

Drs. Thoyib, SMAN 1 Gondang Mojokerto

4
10
1

6

18

1
4

17
59
104

31

6
4

31
1
7

0
15

1

5

2

9
1

20
6

2

15

2

2
2

56

9

Kilas Balik Kegiatan Persiapan Pltn
TAHUN

KEGIATAN

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1970

Penandatanganan NPT (Non Proliferation Treaty)

1971

Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1978/79
1987/1990

1991

1978 Ratifikasi NPT oleh DPR RI, dan 1979 beroperasinya Reaktor Kartini daya 100 kW.
Beroperasinya RSG-GA Siwabessy daya 30 MW 1987, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset 1988, beroperasinya Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif 1989, beroperasinya
Instalasi Elemen Bakar Reaktor Eksperimental dan sidang BAKOREN menugaskan BATAN untuk
melakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan PLTN , serta beroperasinya Instalasi Radio
Metalurgi, Instalasi Keselamatan Nuklir dan Instalasi Mekano Elektronik Nuklir 1990.
Studi Tapak dan Kelayakan PLTN di Semenanjung Muria

1995/1996

1995 Whole Indonesian Core RSG-GAS, 1996 Penyelesaian STSK-PLTN di Semenanjung Muria

1997/ 1998

1997 penetapan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan 1998 Pemisahan unsur
pelaksana oleh BATAN dan pengawasan oleh BAPETEN.

2000/2003

2000 Reaktor Triga Mark Bandung pada daya 2 MW, 2002 BBN maju produksi Indonesia untuk
RSG-GAS dan 2003 penyerahan hasil Studi CADES kepada Presiden Republik Indonesia

2004/2007

2004: RDP dengan DPR-RI Komisi VIII & VII, Thn 2006: PERPERS No 5/2006 ttg KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, RDP-DPR Komisi VII dan Thn 2007: UU No:17/2007 ttg RPJPN (2005-2025).

Rencana Pembangunan PLTN Semenanjung Muria
Berfungsinya
STB bidang
energi nuklir

2000

Tahun

Energy
Planning

2005

2010

2015

2025

2020

Bid Infitatiaon
Specification (BIS)

Muria-2
Bidding

Go Nuclear

Construction

Muria-1

2023/24 2024/25

2016/17 2017/18

2010/11

NPP

NPP

NPP

NPP

2008/9

2006

Muria-4
Muria-3

Ijin
Komisioning 2015

Site Evaluation
Report (SER)

Ijin Operasi
2016

Ijin Konstruksi
2009

Ijin Tapak
2008
Rekomendasi
Amdal 2009

Dokumen Rencana
Komisioning (DRK)
Preliminary Safety
Analysis Report (PSAR)

Catatan:
Tiap unit 1.000 MWe, proven technology
(5 year construction time, cap factor 85 %)

Dokumen Rencana
Operasi (DRO)

Dokumen
Amdal
Kembali

Lokasi Potensial Tapak PLTN
di Semenanjung Muria
Chosen Site

Juana

Jepara

G. Muria
Kudus

Demak
Semarang

Pati

Pemanfaatan Panas dari PLTN
Enhanced Oil Recovery

GCR/HTR

Desalinasi air laut
Produksi Hidrogren

Turbin/power generation
(listrik)
Gasifikasi & Pencairan
Batubara

VI. PRINSIP KERJA PLTN
PLT FOSIL ( MINYAK, BATUBARA DAN GAS )

.

PLTN

REAKSI FISI
U235 + n

X1 + X2+ (2,3) n + E

Dimana :
U235 = bahan dapat belah
(berada dalam pelet UO2 dan dikungkung oleh
kelongsong Zircalloy)

n

= neutron

X1,2

= hasil belah radioaktif

E

= energi, 200 MeV/reaksi fisi

Reaktor Air Bertekanan Tinggi - PWR

PLTN JENIS PWR

SG

Reactor

RCP

Reaktor Air Mendidih - BWR

The First Two ABWRs in the World Are
Operating in Japan

TEPCO’s Kashiwazaki-Kariwa Units 6 and 7 , 2 x 1356 MWe

Sistem Pertahanan Berlapis

Mencegah
insiden
abnormal

Bilamana
terjadi
insiden
abnormal

Desain keselamatan:
(anti gempa, inherently
safety feature, dll)

Desain fail-safe:
(Tindakan secara otomatis
bilamana terjadi keadaan
darurat, dll)

Sistem saling-kunci:
(pencegahan terhadap
kesalahan operasi, dll)

Mencegah
berkembangnya
insiden
abnormal

Sistem deteksi
kesalahan dini

Sistem shut-down
(penghenti) otomatis

Bilamana
terjadi
kecelakaan

Mencegah
pelepasan
zat radioaktif
secara abnormal

Sistem pendingin
teras darurat

Sistem Pengungkung
(containment)

Konsep Dasar Sistem Pengungkungan Radiasi
Pada PLTN

PWR (Pressurized Water Reactor)

BWR (Boiling Water Reactor)

VIII. Limbah PLTN
Limbah PLTN digolongkan menjadi 3 kategori :
Limbah radioaktif aktivitas rendah
Limbah radioaktif aktivitas menengah
Limbah radioaktif aktivitas tinggi

Jumlah limbah keseluruhan kecil dan 70-80%
merupakan limbah radioaktif aktivitas rendah
Jumlah limbah sangat kecil dibandingkan dengan
limbah industri kimia dan limbah dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil
Limbah disimpan dan diisolasi dari lingkungan
manusia

Radioaktif Tingkat Tinggi
Terdiri atas elemen bakar bekas dan sisa proses daur ulang
Penanganan :
Vitrifikasi
Ditampung dalam kontainer baja tahan karat yang
disimpan sementara di lokasi PLTN selama 30 tahun sampai
40 tahun untuk menurunkan radioaktivitasnya
Dipindahkan ke tempat penyimpanan lestari yang
memenuhi persyaratan secara geologis
Elemen bakar bekas tersebut pada suatu saat bisa diambil
kembali untuk dilakukan daur ulang

Penyimpanan Tanah Dalam

IX. Kesimpulan
1. Pemanfaatan energi nuklir selalu mengutamakan keselamatan, bersih
dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu introduksi PLTN lebih
menguntungkan, bila tidak perlu menunggu sampai sumberdaya
energi lainnya menipis (non-depletion strategy).
2. Peran energi nuklir di Indonesia adalah simbiotik dan sinergistik baik
dengan energi fosil maupun energi baru & terbarukan. Teknologi
nuklir akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berperan pada
penyediaan energi. Untuk penyediaan tenaga listrik (PLTN) dilakukan
dengan acuan kebijakan Pemerintah di bidang energi bauran (energy
mix) untuk mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security
of supply) yang berkelanjutan
3. Dalam situasi ketersediaan energi primer yang semakin sulit dan
tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat serta dalam rangka
memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi
bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal
(optimum energy mix) dengan pemanfaatan PLTN beroperasi
komersial sekitar tahun 2016 merupakan solusi yang tepat.
4. Pemanfaatan iptek nuklir mendorong alih teknologi tinggi yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk
meningkatkan daya saing di tingkat internasional

Produksi Hidrogen

Mengelola dan Memproses Limbah Radioaktif

Limbah diproses dan diperkecil volumenya
Limbah gas
: filtrasi Bertingkat
Turunkan produksi limbah : dengan teknologi
Limbah cair
: evaporasi
padat
sementara
Limbah padat
: insenerasi
kompaksi padat
sementara/vitrifikasi
Limbah sesudah diproses dibungkus dan diisolasi bertingkat
Limbah dipadatkan dalam semen atau keramik
Pembungkus : semen/keramik
Pembungkus : baja
Penyimpanan sementara dan penyimpanan Akhir.
Penyimpanan tanah dangkal