Jauhilah Sifat-sifat munafik

Download Report

Transcript Jauhilah Sifat-sifat munafik

Penulis : Al-Ustadz Abu Abdurrahman Mubarak
JAUHILAH SIFAT-SIFAT
MUNAFIK
Bersumber dari:
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=deti
l&id_online=931
Microsoft PowerPoint By
malcomahsan&JuRaiZ
1
Di awal surat Al-Baqarah, Allah Subhanahu wa
Ta’ala menyebutkan tiga golongan manusia:
1. Kaum mukminin
2. Orang-orang kafir
3. Orang-orang munafik
2
Allah Subhanahu wa Ta’ala membeberkan kepada kaum
mukminin di dalam ayat-ayat tersebut tentang kebusukan hati
orang-orang munafik dan permusuhan mereka kepada kaum
mukminin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan bahwa mereka adalah
orang-orang yang berbuat kerusakan namun mengklaim sebagai
orang yang melakukan perbaikan:
ْ ‫س ُدوا فِي‬
‫م‬
ِ ‫م ََل ُت ْف‬
َ ‫ض َقالُوا إِن‬
َ ‫َوإِذَا قِي‬
ْ ‫ أَ ََل إِن ُه‬. َ‫حون‬
ْ ‫ن ُم‬
ْ َ ‫ما ن‬
ْ ‫ل لَ ُه‬
ُ ِ‫صل‬
ُ ‫ح‬
ِ ‫اْل َ ْر‬
َ‫ش ُع ُرون‬
ِ ‫م ْف‬
ْ َ‫ن ََل ي‬
ْ ِ‫س ُدونَ َولَك‬
ُ
ُ ‫م ا ْل‬
ُ ‫ه‬
Apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kalian melakukan
kerusakan di muka bumi.” Maka mereka berkata, “Kami
hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ketahuilah,
mereka adalah umat yang melakukan kerusakan namun mereka
tidak mengetahuinya. (Al-Baqarah: 11-12)
3
Mereka adalah orang-orang dungu. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
‫م‬
‫ن‬
ُّ
َ ‫ما َءا َم‬
َ ‫ن َك‬
َ ‫ما َءا َم‬
َ ‫م َءا ِم ُنوا َك‬
َ ‫َوإِذَا قِي‬
ْ ‫اء أَ ََل إِن ُه‬
ْ ‫ل لَ ُه‬
ُ ‫الس َف َه‬
ُ ‫اس َقالُوا أَ ُن ْؤ ِم‬
ُ ‫ن الن‬
‫م‬
َ‫مون‬
ُّ
ْ ِ‫اء َولَك‬
ُ
ُ َ‫ن ََل يَ ْعل‬
ُ ‫الس َف َه‬
ُ ‫ه‬
Apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana
orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab, “Akan
berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah
beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh
(dungu), tetapi mereka tidak tahu. (Al-Baqarah: 13)
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memperolok mereka:
َ‫م ُهون‬
َ ‫م يَ ْع‬
ْ ‫م فِي طُ ْغيَانِ ِه‬
ْ ‫ه‬
ْ ‫ئ بِ ِه‬
ْ َ‫الل ُه ي‬
ُ ‫م ُّد‬
ُ ‫س َت ْه ِز‬
ُ َ‫م َوي‬
“Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka
terombang-ambing dalam kesesatan mereka.” (Al-Baqarah: 15)
‫‪4‬‬
‫‪Di antara bentuk balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah‬‬
‫‪ketika di hari kiamat nanti, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala‬‬
‫‪berfirman:‬‬
‫م‬
‫م َوبِأَ ْي َ‬
‫م بَ ْي َ‬
‫م ْؤ ِمنِ َ‬
‫يَ ْو َ‬
‫مانِ ِه ْ‬
‫يه ْ‬
‫ه ْ‬
‫م ْؤ ِم َناتِ يَ ْ‬
‫ور ُ‬
‫ين َوا ْل ُ‬
‫م تَ َرى ا ْل ُ‬
‫ن أَ ْي ِد ِ‬
‫س َعى ُن ُ‬
‫ح ِت َها ْ‬
‫ه َو ا ْل َف ْو ُز‬
‫ار َ‬
‫ين فِي َها َذلِ َ‬
‫خالِ ِد َ‬
‫م َ‬
‫ُم ا ْليَ ْو َ‬
‫جن ٌ‬
‫ن تَ ْ‬
‫ج ِري ِم ْ‬
‫ات تَ ْ‬
‫ُب ْ‬
‫ك ُ‬
‫ش َراك ُ‬
‫اْل َ ْن َه ُ‬
‫س‬
‫ا ْل َع ِ‬
‫َات لِل ِذ َ‬
‫يم‪ .‬يَ ْو َ‬
‫ين َءا َم ُنوا ا ْنظ ُُرونَا نَ ْق َت ِب ْ‬
‫م َنافِق ُ‬
‫م َنافِ ُقونَ َوا ْل ُ‬
‫ول ا ْل ُ‬
‫م يَ ُق ُ‬
‫ظ ُ‬
‫اب‬
‫ُم َفا ْل َت ِ‬
‫ل ا ْر ِ‬
‫سوا ُنو ًرا َف ُ‬
‫ض ِر َ‬
‫ُم قِي َ‬
‫ب بَ ْي َن ُه ْ‬
‫ج ُعوا َو َرا َءك ْ‬
‫ورك ْ‬
‫ِم ْ‬
‫ور لَ ُه بَ ٌ‬
‫م بِ ُ‬
‫م ُ‬
‫ن ُن ِ‬
‫س ٍ‬
‫ُم‬
‫ن قِبَلِ ِ‬
‫م ُة َوظَا ِ‬
‫ط ُن ُه فِي ِ‬
‫بَا ِ‬
‫ح َ‬
‫ُن َم َعك ْ‬
‫م نَك ْ‬
‫م أَلَ ْ‬
‫ادونَ ُه ْ‬
‫ه ُر ُه ِم ْ‬
‫ه الر ْ‬
‫َاب‪ُ .‬ي َن ُ‬
‫ه ا ْل َعذ ُ‬
‫ُم ْ‬
‫ي‬
‫اْلَ َمانِ ُّ‬
‫م أَ ْن ُف َ‬
‫ارتَ ْب ُت ْ‬
‫ص ُت ْ‬
‫ُم َوتَ َرب ْ‬
‫سك ْ‬
‫ُم َف َت ْن ُت ْ‬
‫َقالُوا بَلَى َولَكِنك ْ‬
‫م َو ْ‬
‫م َوغَر ْتك ُ‬
‫ور‬
‫ُم بِالل ِ‬
‫حتى َ‬
‫َ‬
‫جا َء أَ ْم ُر هللاِ َوغَرك ْ‬
‫ه ا ْلغ َُر ُ‬
5
(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan
perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah
kanan mereka, (dikatakan kepada meraka): “Pada hari ini ada berita
gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungaisungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang
besar.” Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan
berkata kepada orang-orang yang beriman: “Tunggulah kami supaya
kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu.” Dikatakan (kepada
mereka): “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya
(untukmu).” Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai
pintu, di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ
ada siksa. Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang
mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama
dengan kalian?” Mereka menjawab: “Benar, tetapi kalian
mencelakakan diri kalian sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan
kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga
datanglah ketetapan Allah, dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh
(setan) yang amat penipu.” (Al-Hadid: 12-14)
6
Di dalam ayat-ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam
orang-orang munafikin dengan ancaman yang keras. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫ك‬
َ ‫م‬
َ ِ‫خالِ ًدا فِي َها َذل‬
َ ‫ج َهن‬
َ ‫سولَ ُه َفأَن لَ ُه نَا َر‬
َ ‫ن ُي‬
ْ ‫موا أَن ُه َم‬
ْ َ‫أَل‬
ُ ‫هللا َو َر‬
ُ َ‫م يَ ْعل‬
َ ‫حا ِد ِد‬
‫يم‬
ِ ‫ي ا ْل َع‬
ِ ‫ا ْل‬
ُ ‫ظ‬
ُ ‫خ ْز‬
“Tidakkah mereka (orang-orang munafik) mengetahui bahwasanya
barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya maka bagi dia neraka
jahanam. Dia kekal di dalamnya dan itu adalah kehinaan yang
besar.” (At-Taubah: 63)
Di dalam ayat yang lain:
‫ين فِي َها‬
ِ ‫م َنافِقَا‬
َ ‫م‬
َ ‫خالِ ِد‬
َ ‫ج َهن‬
َ ‫ت َوا ْلكُفا َر نَا َر‬
َ ‫م َنافِ ِق‬
ُ ‫ين َوا ْل‬
ُ ‫هللا ا ْل‬
ُ ‫َو َع َد‬
“Allah mengancam orang-orang munafik yang laki-laki dan
perempuan serta orang-orang kafir dengan neraka jahanam.
Mereka kekal di dalamnya.” (At-Taubah: 68)
7
Kelak mereka akan ada di kerak neraka yang terbawah:
ْ ‫ك‬
‫صي ًرا‬
ِ َ‫م ن‬
ِ ‫ين فِي الد ْر‬
َ ‫ل ِم‬
َ ‫م َنافِ ِق‬
ْ ‫ن تَجِ َد لَ ُه‬
ْ َ‫ار َول‬
ْ َ ‫اْل‬
ُ ‫إِن ا ْل‬
ِ ‫ن الن‬
ِ ‫س َف‬
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan)
pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu
sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun
bagi mereka.” (An-Nisa: 145)
Banyak lagi nash dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
menunjukkan keburukan orang-orang munafik dan
ancaman bagi mereka. Sehingga seyogianya bagi seorang
muslim untuk berhati-hati dari mereka dan juga menjauhi
sifat-sifat mereka.
8
Pengertian nifaq (kemunafikan)
Kemunafikan adalah menyembunyikan kebatilan dan
menampakkan kebaikan. Kemunafikan adalah penyakit hati
yang berbahaya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫ما َكا ُنوا‬
َ ِ‫م ب‬
ْ ‫هللا َم َرضًا َولَ ُه‬
ْ ‫فِي ُقلُوبِ ِه‬
ُ ‫ض َف َزا َد‬
ٌ ‫َاب أَلِي‬
ٌ ‫م َعذ‬
ٌ ‫م َم َر‬
ُ ‫ه‬
ُ ‫م‬
َ‫يَ ْك ِذ ُبون‬
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya. Dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan
mereka berdusta.” (Al-Baqarah: 10)
Jenis nifaq (kemunafikan)
Ada dua jenis, yakni nifaq akbar (kemunafikan besar) dan nifaq
asghar (kemunafikan kecil). Kemunafikan akbar yang disebut
juga kemunafikan i’tiqadi (keyakinan) adalah menyembunyikan
kekufuran dan menampakkan keislaman. Kemunafikan ini
mengeluarkan pelakunya dari Islam.
9
Kemunafikan asghar yang disebut pula kemunafikan amali
(amalan) adalah menampakkan lahiriah yang baik dan
menyembunyikan kebalikannya. Pokok kemunafikan
asghar kembali kepada lima perkara: Sering berdusta
ketika berbicara, sering tidak menepati janji, jika berselisih
melampaui batas, jika melakukan perjanjian
melanggarnya, dan sering khianat jika diberi amanah.
Ibnu Rajab rahimahullahu berkata: “Kesimpulannya,
kemunafikan asghar semuanya kembali kepada
berbedanya seseorang ketika sedang sendiri dan ketika
terlihat (bersama) orang lain, sebagaimana dikatakan oleh
Hasan Al-Bashri rahimahullahu.
” (Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hal. 747)
10
Perbedaan kemunafikan kecil dan kemunafikan besar
Di antara perbedaan antara keduanya adalah:
1. Kemunafikan akbar pelakunya keluar dari Islam, adapun
kemunafikan asghar tidak mengeluarkan dari Islam.
2. Kemunafikan akbar tidak mungkin bersatu dengan
keimanan, adapun kemunafikan asghar mungkin ada pada
seorang yang beriman.
3. Kemunafikan akbar pelakunya kekal di neraka,
sedangkan kemunafikan asghar pelakunya tidak kekal di
neraka.
(Lihat Kitabut Tauhid, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan)
11
Bahaya kemunafikan asghar
Ibnu Rajab rahimahullahu berkata: “Kemunafikan
asghar adalah jalan menuju kemunafikan akbar,
sebagaimana maksiat adalah lorong menuju
kekufuran. Sebagaimana orang yang terusmenerus di atas maksiat dikhawatirkan dicabut
keimanannya ketika menjelang mati, demikian
juga orang yang terus-menerus di atas
kemunafikan asghar dikhawatirkan dicabut
darinya keimanan dan menjadi munafik tulen.”
(Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)
12
Orang beriman senantiasa khawatir terjatuh ke dalam
kemunafikan
Ibnu Mulaikah rahimahullahu berkata: “Aku mendapati tiga puluh
orang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, semuanya
mengkhawatirkan kemunafikan atas dirinya.”
Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu sampai bertanya
kepada Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, apakah dirinya termasuk
yang disebut oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai
orang munafik.
Sebagian ulama menyatakan: “Tidak ada yang takut dari
kemunafikan kecuali mukmin, dan tidak ada yang merasa aman
darinya kecuali munafik.” (dibawakan oleh Al-Bukhari
rahimahullahu dari Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu)
Al-Imam Ahmad rahimahullahu ditanya, “Apa pendapatmu
tentang orang yang mengkhawatirkan atas dirinya kemunafikan?”
Beliau menjawab, “Siapa yang merasa dirinya aman dari
kemunafikan?” (Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)
13
Jauhi sifat-sifat munafik
Kami akan sebutkan beberapa sifat kemunafikan amali
yang telah disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, karena kemunafikan amali inilah yang kadang
dianggap remeh oleh sebagian kaum muslimin. Padahal
kemunafikan amali sangatlah fatal akibatnya jika terus
dilakukan seseorang. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu
Rajab rahimahullahu: “Kemunafikan asghar adalah jalan
menuju kemunafikan akbar, sebagaimana maksiat adalah
lorong menuju kekufuran. Sebagaimana orang yang
terus-menerus di atas maksiat dikhawatirkan dicabut
keimanannya ketika menjelang mati. Demikian juga
orang yang terus-menerus di atas kemunafikan asghar
dikhawatirkan dicabut darinya keimanan dan menjadi
munafik tulen.”
14
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ
ِ ‫ َوإِذَا ا ْؤ ُت‬،‫َب‬
ٌ ‫ق ثَ ََل‬
َ َ‫خل‬
َ ‫ن‬
ْ َ‫ َوإِذَا َو َع َد أ‬، َ‫خان‬
َ ‫م‬
َ ‫حدثَ َكذ‬
َ ‫ث؛ إِذَا‬
ُ ‫آيَ ُة ا ْل‬
ِ ِ‫م َناف‬
“Tanda orang munafik ada tiga: Jika bicara berdusta, jika diberi
amanah berkhianat, dan jika berjanji menyelisihinya.”
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ه‬
ِ ‫ة ِم ْن ُهن فِي‬
ِ ‫ن كُن فِي‬
ً ِ‫خال‬
ٌ ‫صل‬
َ ‫ت‬
َ ‫ه َكانَ ُم َنافِ ًقا‬
ْ َ‫ َوإِ ْن َكان‬،‫صا‬
ْ ‫خ‬
ْ ‫ع َم‬
ٌ َ‫أَ ْرب‬
‫ َوإِذَا‬،‫َب‬
ِ ‫ت فِي‬
ٌ َ‫صل‬
َ ‫ه‬
ْ َ‫َكان‬
ِ ‫ن النِِّ َفا‬
َ ‫حدثَ َكذ‬
َ ‫ن إِذَا‬
َ ‫ق‬
َ ‫ة ِم‬
ْ ‫ َم‬:‫حتى يَ َد َع َها‬
ْ ‫خ‬
‫ه َد غَ َد َر‬
َ ‫ َوإِذَا َعا‬،‫ج َر‬
َ ‫ َوإِذَا‬،َ
َ َ‫خل‬
ْ َ‫َو َع َد أ‬
َ ‫م َف‬
َ ‫ص‬
َ ‫خا‬
“Empat perkara, barangsiapa yang ada pada dirinya keempat
perkara tersebut maka ia munafik tulen. Jika ada padanya satu
di antara perangai tersebut berarti ada pada dirinya satu
perangai kemunafikan sampai meninggalkannya: Yaitu
seseorang jika bicara berdusta, jika membuat janji tidak
menepatinya, jika berselisih melampui batas, dan jika
melakukan perjanjian mengkhianatinya.”
15
Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa di antara perangai
kemunafikan adalah:
1. Berdusta ketika bicara
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata: “Inti kemunafikan
yang dibangun di atasnya kemunafikan adalah dusta.”
2. Mengingkari janji
3. Mengkhianati amanah
4. Membatalkan perjanjian secara sepihak
Perjanjian yang dimaksud dalam hadits ini ada dua:
1. Perjanjian dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk senantiasa
beribadah kepada-Nya.
2. Perjanjian dengan hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala,
dan ini mencakup banyak perkara.
Oleh karena itu, seorang mukmin seharusnya senantiasa
berusaha memenuhi perjanjiannya, terlebih lagi perjanjiannya
dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala
16
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫ظ ُر َو َما‬
َ ‫ن َق‬
ِ ‫ن َي ْن َت‬
ِ ‫ه َف‬
ِ ‫هللا َعلَ ْي‬
َ ‫ص َدقُوا َما َعا‬
َ ‫ل‬
َ ‫ين ِر‬
َ ِ‫م ْؤ ِمن‬
َ ‫ِم‬
ْ ‫م َم‬
ْ ‫ح َب ُه َو ِم ْن ُه‬
ْ َ ‫ضى ن‬
ْ ‫م َم‬
ْ ‫م ْن ُه‬
ٌ ‫جا‬
ُ ‫ن ا ْل‬
َ ‫ه ُدوا‬
ً ‫بَدلُوا تَ ْب ِد‬
‫يَل‬
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah
mereka janjikan kepada Allah. Maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara
mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya).” (AlAhzab: 23)
Lain halnya dengan orang-orang kafir dan munafik. Mereka adalah orang-orang yang suka
membatalkan secara sepihak serta tidak menepati perjanjian. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
َ
ْ ‫س ُدونَ فِي‬
‫ض‬
ِ ‫ل َو ُي ْف‬
ِ ِ‫هللا ب‬
ِ ِ‫ن بَ ْع ِد ِميثَاق‬
ُ ‫ين يَ ْن ُق‬
َ ‫ص‬
َ ‫ه أَ ْن ُيو‬
َ ‫ال ِذ‬
ْ ‫ضونَ َع ْه َد هللاِ ِم‬
ِ ‫اْل َ ْر‬
ُ ‫ه َويَ ْقطَ ُعونَ َما أ َم َر‬
َ‫س ُرون‬
ِ ‫خا‬
َ ‫م ا ْل‬
َ ِ‫ُأولَئ‬
ُ ‫ك‬
ُ ‫ه‬
(“Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh dan
memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya
serta membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (AlBaqarah: 27)
17
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫ل‬
َ ‫ض‬
َ ‫ه ْد‬
َ ‫ين َعا‬
ُ ‫م ثُم يَ ْن ُق‬
َ ‫ال ِذ‬
ْ ‫ه‬
ْ ‫ت ِم ْن ُه‬
ُ ‫ون َع ْه َد‬
ِّ ِ ‫م فِي ُك‬
‫ون‬
َ ‫م ََل يَت ُق‬
ْ ‫ه‬
ُ ‫َمر ٍة َو‬
(Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil
perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka
mengkhianati janjinya setiap kalinya, dan mereka
tidak takut (akibat-akibatnya).” (Al-Anfal: 56)
18
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
.‫ين‬
ْ ‫ن َف‬
ِ ِ‫ن الصال‬
ِ ِ‫ضل‬
َ ‫ن َعا‬
َ ‫ح‬
َ ‫ه لَ َنصد َقن َولَ َنكُونَن ِم‬
ْ ‫ن َءاتَانَا ِم‬
ْ ِ‫هللا لَئ‬
ْ ‫م َم‬
ْ ‫َو ِم ْن ُه‬
َ ‫ه َد‬
‫م نِ َفا ًقا فِي‬
ْ ‫ن َف‬
ِ ِ‫خلُوا ب‬
ِ َ‫ه ب‬
ِ ِ‫ضل‬
ْ ‫ َفأَ ْع َقبَ ُه‬. َ‫ضون‬
ْ ‫ه‬
ْ ‫م ِم‬
ْ ‫ه‬
ُ ‫م ُم ْع ِر‬
ُ ‫ه َوتَ َول ْوا َو‬
ُ ‫َفلَما َءاتَا‬
َ‫ما َكا ُنوا يَ ْك ِذ ُبون‬
ْ َ ‫ما أ‬
َ ِ‫هللا َما َو َع ُدو ُه َوب‬
َ ِ‫م إِلَى يَ ْو ِم يَ ْل َق ْونَ ُه ب‬
ْ ‫ُقلُوبِ ِه‬
َ ‫خلَ ُفوا‬
Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah:
“Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada
kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk
orang-orang yang shalih.” Maka setelah Allah memberikan kepada
mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu
dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu
membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan
pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah,
karena mereka telah memungkiri terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala
apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka
selalu berdusta. (At-Taubah: 75-77)
19
Wajib hukumnya memenuhi perjanjian dengan hamba Allah
Subhanahu wa Ta’ala
Ibnu Rajab rahimahullahu menyatakan: “Mengingkari (mengkhianati)
perjanjian adalah haram dalam semua perjanjian seorang muslim
dengan yang lainnya walaupun dengan seorang kafir mu’ahad. Oleh
karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ين‬
ِ ‫ن َم‬
ِ ‫جن‬
َ ‫ل ُم َعا‬
َ ‫سي َر ِة أَ ْربَ ِع‬
َ ‫ح َها تُو‬
َ ‫ة َوإِن ِري‬
َ ‫ح َة ا ْل‬
َ ِ‫م يَ ِر ْح َرائ‬
َ ‫ن َق َت‬
ْ ‫ج ُد ِم‬
ْ َ‫ه ًدا ل‬
ْ ‫َم‬
‫َعا ًما‬
“Barangsiapa membunuh kafir mu’ahad tidak akan mencium bau
surga padahal wanginya surga tercium dari jarak 40 tahun
perjalanan.” (HR. Al-Bukhari no. 3166) [Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam
hal. 744]
Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullahu juga menyatakan: “Adapun
perjanjian di antara kaum muslimin maka keharusan untuk
memenuhinya lebih kuat lagi, dan membatalkannya lebih besar
dosanya. Yang paling besar adalah membatalkan perjanjian taat
kepada pemimpin muslimin yang (kita) telah berbai’at kepadanya.”
20
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ‫ة ََل ُي‬
‫َاب‬
ٌ َ‫ثَ ََلث‬
ْ ‫م َولَ ُه‬
ْ ‫ِّيه‬
ْ ‫هللا َو ََل يَ ْنظ ُُر إِلَ ْي ِه‬
ْ ‫ك ِل ُِّم ُه‬
ٌ ‫م َعذ‬
ِ ‫م َو ََل ُي َز ِك‬
ُ ‫م‬
‫يد‬
َ َ‫ل بَاي‬
ٌ ‫ج‬
ٌ ‫أَلِي‬
ُ ‫ج ًَل ََل ُيبَايِ ُع ُه إَِل لِل ُّد ْنيَا َف ِإ ْن أَ ْعطَا ُه َما ُي ِر‬
ُ ‫ع َر‬
ُ ‫ َو َر‬... :‫م‬
...‫َو َفى لَ ُه‬
Tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat nanti, tidak akan
disucikan, dan mereka akan mendapatkan azab yang
pedih –di antaranya: “Seorang yang membai’at
pemimpinnya hanya karena dunia, jika pemimpinnya
memberi apa yang dia mau dia penuhi perjanjiannya dan
jika tidak maka dia pun tidak menepati perjanjiannya.”
(HR. Al-Bukhari no. 2672, Muslim no. 108)
21
Berhati-hatilah dari berbagai bentuk kemunafikan
Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: “Sebagian orang
mengira kemunafikan hanyalah ada di zaman Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja, tidak ada kemunafikan
setelah zaman beliau. Ini adalah prasangka yang salah.
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Kemunafikan
pada zaman ini lebih dahsyat dari kemunafikan di
zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Mereka
berkata: ‘Bagaimana (bisa dikatakan demikian)?’ Beliau
menjawab: ‘Orang-orang munafik di zaman Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembunyikan
kemunafikan mereka. Adapun sekarang, mereka
(berani) menampakkan kemunafikan mereka’.”
22
Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali berkata:
“Kemunafikan sekarang ini banyak terjadi pada
pergerakan politik, sebagaimana telah dipersaksikan
oleh sebagian mereka. Sebagian mereka menyatakan:
‘Aku tidak pernah tahu ada politikus yang tidak
berdusta.’ Sebagian bahkan menyatakan:
‘Sesungguhnya politik adalah kemunafikan.’ Sehingga
kebanyakan politikus terkena kemunafikan amali dalam
partai-partai politik.”
Beliau juga menyatakan: “Di antara tanda kemunafikan
amali adalah ber-wala’ (berloyalitas) dengan ahlul bid’ah
serta membuat manhaj-manhaj berbahaya dalam
rangka melawan dan meruntuhkan manhaj Ahlus
Sunnah wal Jamaah.” (Syarh Ushulus Sunnah)
23
Penutup
Saudaraku sekalian…
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar kita bersikap keras dan
menjauhi orang-orang munafik serta menjadikannya sebagai musuh.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ْ ‫اغ ُل‬
‫م‬
ْ ‫ين َو‬
ُّ ‫يَاأَيُّ َها الن ِب‬
ِ ‫جا‬
َ ‫م َنافِ ِق‬
َ ‫ي‬
ْ ‫ظ َعلَ ْي ِه‬
ُ ‫ه ِد ا ْلكُفا َر َوا ْل‬
“Wahai Nabi, jihadilah orang-orang kafir dan munafikin serta bersikap
keraslah kepada mereka.” (At-Tahrim: 9)
Dalam ayat yang lain:
‫م‬
ْ ‫ه‬
ُ ‫احذ َْر‬
ْ ‫م ا ْل َع ُد ُّو َف‬
ُ
ُ ‫ه‬
“Mereka (orang-orang munafik) adalah musuh maka hati-hatilah dari
mereka…” (Al-Munafiqun: 4)
Maka, sepatutnya seorang muslim menjauhkan diri dari amalan dan
sifat-sifat musuh mereka, serta menjauhkan diri dari semua perkara
yang akan menjatuhkan dirinya ke dalam kemunafikan, seperti politik
praktis dan berbagai jenis kebid’ahan. Nas’alullah al-’afwa wal afiyah.
Download PowerPoint Lain nya di
http://mysalafy.wordpress.com
Sumber Artikel ini bisa di lihat di
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=deti
l&id_online=931