ISU STRATEGIS LINTAS AREA

Download Report

Transcript ISU STRATEGIS LINTAS AREA

ISU STRATEGIS LINTAS AREA
1.
2.
3.
4.
5.
Tenurial
Tata Hubungan Kerja
Instrumen Tata Kepengurusan
Gender
Manajemen Proyek
Tenurial
• Isu --> ada di tingkat tapak n nasional ??
• Historis:
– pada rancang bangun KPH, proses pengukuhan terjadi
konflik penguasaan, penggunaan dan alih fungsi lahan
– Klaim dari masyarakat adat
– orientasi keberpihakan, dan sekarang ada MK 35 n 45
– Adanya kedigdayaan kemenhut dalam proses penunjukan
kawasan
– Bukan hanya karena MK35 tapi konflik lama karena klaim
sepihak oleh negara
– Masyarakat punya sistem tata ruang sendiri tapi dibatasi
aksesnya karena klaim sepihak negara
– Isu tenurial naik kembali setelah reformasi (masy.
Memperoleh akses info), sehingga lebih maju dalam
menggugat kembali hak2nya
• Isu terkait batas kawasan:
– mandat KPH untuk mempercepat penetapan
status kawasan
– Partisipasi masyarakat dalam penentuan tata
batas
• Isu Informasi
- Kurangnya informasi ttg KPH dan stakeholdernya di masy.
Lokal
- Konsep nilai2 yang harus dibangun di masyarakat
tenurial
Solusi dari KPH
– Isu2 tenurial diselesaikan di tingkat tapak (KPH)
– Dari KPH muncul pembelajaran untuk
mereformasi kebijakan nasional
– KPH dimandatkan untuk partisipatif
– FIP untuk membantu penguatan KPH
– Prinsip PADIATAPA
Isu tenurial lain
– E.g. Papua, peran masyarakat sangat minim dalam
penetapan tata batas
– Identifikasi mekanisme penyelesaian masalah tenurial
– Perlu ada jaminan info yg mudah diakses n
dimengerti.
– Keputusan MK langkah maju, apakah aturan2 lain
dapat menyesuaikan, tidak resisten
– Putusan MK harus jd perhatian d tk. Tapak
– RP KPH adalah Public Document
– Ada 3 hal:
• Prinsip pembagian tapak
• Peningkatan Kapasitas di tapak (SDM KPH)
• Perbaikan Kebijakan daerah  Nasional
Isu...
- Banyak kerjasama antara militer dalam kegiatan kehutanan di
tk tapak dalam penyelesaian konflik
- Pembentukan mindset nasional: hutan loguang
- Ubah mindset bahwa hasil hutan tidak hanya logekonomi,
tapi dr HHBK, Jasa Lingkungan, Biodiversity
+ KKPH mampu menyelesaikan isu tenurial terutama dalam
wilayah tertentu yang belum dibebani izin bahkan tanpa
adanya MK.
Tata Hubungan Kerja
• KPH harus mandiri dan dikelola oleh
profesional
• KKPH perlu memaintain hubungan dengan
stakeholder2 terkait
• Kebanyakan KPH masih sebagai UPTD
• KPH harus menjamin pelayanan kepentingan
publik, mmpertahankan areal NKT
• KPH harus memaksimumkan juga keuntungan
• Masih belum ada pemahaman di KPH ttg isu
gender
Tahubja...
• Ada keterpisahan antara PNS(pemerintah) dan bukan
pemerintah
• Daerah memiliki wewenang kelola HL n HP, sedangkan
HK dikelola pusat
• Embel2 model agar pembangunan KPH dapat bantuan
awal dari pusat berupa sarpras
• Perlu rancangan ulang peran2 KPH untuk peran regulasi
n fasilitasi saja.
• KKPH harus memfasilitasi pendataan areal kelola yg
partisipatif dengan masyarakat
• Jabatan KKPH harus orang2 terpilih
• KPH bukan hanya mendapatkan untung tapi yg penting
dengan adanya KPH hutan dapat lestari
• Harus optimistis terhadap pembangunan KPH
• KPH harus dipimpin oleh orang profesional yg bersertifikat
dan diklat (tapi kurang adanya leadership KKPH)
• Ruang rakyat di KPH dimana (buat daftarnya nanti akan di
akomodasi)
• Masyarakat perlu dapat dilibatkan dalam pengambilan
keputusan KPH
• Gender bukan hanya ttg perbedaan laki2 n perempuan
yang menjabat KKPH
• Ada reformasi kurikulum yang akan dibantu oleh RAKI
(salah satunya ada tools mengenai pemahaman gender)
• Jangan sampai KPH disibukan dalam masalah administrasi
(e.g. Pengajuan ijin, laporan dll)
Gender
• Perlu langkah2 khusus (regulasi) mengenai kestaraan
substantif gender. Gender harus dimulai dr perempuan
karena saat ini kurang adanya kesetaraan gender terutama
di sektor kehutanan.
• Perlu adanya kebijakan anggaran dengan perspektif
kestaraan gender.
• Safeguard bukan hanya Env n soc tapi juga gender
safeguard
• Ada anggapan jika perempuan mangambil keputusan dalam
pemanfaatan hutan akan lbh bijak karena akan
memanfaatkan sesuai kebutuhan sehari2
• Materi peningkatan kapasitas bagi kaum marjinal
• Mekanisme yg menjamin adanya kestaraan gender
• Entry poin: pelibatan KPPA (pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak)
• Kesetraan : siapa yg lebih terkena dampak
• (e.g) di papua diklat u/laki2 tapi kenyataannya
yg bekerja perempuan
• Prinsip gender, kesetaraan akses dan kontrol
• Pemetaan partisipatif diperlukan
• KPH harus dibekali panduan resolusi konflik
tenurial
• Ekspektasi apa yang diinginkan dalam
perspektif gender di KPH
• Masyarakat sejahtera, hutan lestari
• Tantangan FIP: SFM dalam rangka REDD.
• Masih banyak hasil yg dapat dimanfaatkan
dari hutan selain Kayu
• Integrasi perspektif gender dalam KPH dapat
dibantu dengan KPPA, gender safeguard bisa
didapat dari Solidaritas permpuan
• Mindset pemanfaatan hutan yg sedikit
bermasalah pada KPHK yg terlalu berfokus
pada jasling n ekowisata.
• Capacity building dalam KPH
• Ubah mindset nasional dari melayani HPH 
KPH
• Yg masih jadi masalah dlm tahubja adalah
pemda, masalah merasa memiliki
kewenangan. Sedangkan KPH sendiri punya
mandat kelola di tk tapak.
• KPH: pelayanan publik n memperoleh profit
• FIP mengakomodasikan apa isu lintas areal di
KPH.
Kesimpulan fasilitator
• Prinsip2 pemahaman yg harus disepakati oleh
multipihak
• Kapasitas KPH masih menjadi PR.