al-Qur`a>n` - UIN Alauddin Makassar

Download Report

Transcript al-Qur`a>n` - UIN Alauddin Makassar

PROLOG
Al-Qur'a>n al-Kari>m yang berada di tengahtengah manusia dewasa ini, telah diyakini
bahwa ia tidak berbeda sedikit pun dengan alQur'an yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad saw. 15 abad yang lalu. Hakekat ini
tidak hanya diakui oleh umat Islam, tetapi juga
oleh para orientalis yang objektif, walaupun
tidak sedikit di antara mereka yang selalu
berusaha mencari kelemahan-kelemahan alQur'an.
PROLOG
Kesepakatan di atas, tidak hanya menjadikan al-Qur'an
menduduki posisi sentral (central position) dalam studi
Islam (Islamic studies), tetapi juga menyentuh kehidupan
manusia secara ka>ffah; tidak hanya untuk dipahami
kandungannya yang bersifat universal, tetapi juga
kehadirannya untuk mengubah realitas sosial duniawi ke
arah yang lebih berkualitas dan damai; tidak hanya sebagai
kitab sumber ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai
pembawa berita gembira dan penyejuk kalbu; tidak hanya
menjunjung tinggi akal, tetapi juga mengedepankan rasa
(z\au>q) secara seimbang; dan tidak hanya bersifat
normatif-teoritis, tetapi juga memotivasi pada hal-hal yang
bersifat praksis yang seharusnya diamalkan dan
didakwakan dalam kehidupan realitas duniawi dan di sini.
‫فهرس موضوع آيات القرآن الحكيم‬
‫(محمد فؤاد عبد الباقى‪ ،‬تفصيل آيات القرآن الحكيم)‬
‫جدول بأسمآء سور القرآن‬
‫الكريم‬
‫تفصيل آيات القرآن الحكيم‬
‫رقم السورة‬
‫إسم السورة‬
‫الموضوع‬
‫رقم الصفحـة‬
‫‪1‬‬
‫سورة الفاتحـة‬
‫إتخاذ األولياء‬
‫‪389‬‬
‫‪3‬‬
‫سورة آل عمران‬
‫التجارة‬
‫‪383‬‬
‫المعجم المفهرس أللفاظ القرآن الكريم‬
‫(المؤلف ‪ :‬محمد فؤاد عبد الباقى)‬
‫باب الهمزة‬
‫أوتيتم ‪ -‬تؤثرون‬
‫أوتوا ‪ -‬أوتيتم‬
‫( أ ت ى ‪ -‬أ ث ر)‬
‫اللفظة‬
‫اآلية‬
‫رقمها‬
‫السورة رقمها‬
‫أوتوا‬
‫وما تفرق الذين أوتوا الكتاب‬
‫‪4‬‬
‫البينة‬
‫‪98‬‬
‫أوتى‬
‫و أما من أوتى كتابه و راء ظهره‬
‫‪10‬‬
‫اإلنشقاق‬
‫‪84‬‬
MENCARI AYAT
Al-Qur’an
Get All
Get Ayat
Get Terjemah
Pilih Surat dan Ayat
Surat
001
Ayat
1
Al-Fatihah
s.d.
1
AL-QUR’AN (ETIMOLOGI)
• Kata ‘al-Qur’a>n’ itu berhamzah, bentuknya mashdar dari kata
kerja qara’a yang berarti ‘bacaan’, yang selalu berarti ‘ism almaf’ul’ “yang dibaca”, karena al-Qur'an harus selalu dibaca.
• Kata ‘al-Qur’a>n’ itu adalah bentuk mashdar dan mura>dif
dengan kata qira>’ah yang berarti ‘membaca’. Hal ini diperkuat
oleh pendapat lain, yang mengemukakan bahwa kata ‘alQur’a>n’, secara harf, berasal dari akar kata ‘qara’a’ yang
berarti ‘bacaan atau himpunan’, karena ia merupakan kitab suci
yang wajib dibaca dan dipelajari, serta merupakan himpunan dari
ajaran-ajaran wahyu yang terbaik.
• Kata ‘al-Qur’a>n’ itu adalah bentuk mashdar dan mura>dif
dengan kata qira>’ah. Qira<’ah berarti bacaan secara umum.
Sedang kata Qur’a>n berasal dari kata qur’ berarti “bacaan” dan
imbuhan “an” berarti sempurna. Dengan demikian, kata
qur’a>nan berarti “bacaan yang sempurna”. Kesempunaannya
terletak pada: 1) membacanya adalah ibadah; 2) pesan-pesan yang
dikandungnya sangat dalam dan selalu sesuai dengan
perkembangan zaman; 3) menjadi obat penawar bagi hati yang
gundah.
TERMINOLOGI
Al-Qur'an adalah firman-firman Allah swt.
yang diwahyukan dengan perantaraan malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad saw. sebagai
peringatan, petunjuk, tuntunan, dan aturan
hukum bagi kehidupan umat manusia, yang
mengantar keselamatan dan kebahagiaan
mereka baik di dunia dan di akhirat, yang
dimulai dengan surah al-Fa>tihah dan ditutup
dengan surah al-Na>s.
HAKEKAT AL-QUR’AN
• Al-Qur'an sebagai firman-firman Allah swt.
• Al-Qur'an harus berbahasa Arab.
• Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw., sebagai Rasul terakhir
dan yang dibawa oleh malaikat Jibril, dan
membacanya adalah ibadah.
• Al-Qur'an harus diterima dari orang banyak kepada
orang banyak (mutawatir).
• Al-Qur'an harus yang tertulis dalam mushhaf
(Utsmani), selain dari itu, tidak disebut Al-Qur'an.
• Al-Qur'an harus bersifat tahaddiy (memberikan
tantangan) kepada siapa yang berkeinginan
menantangnya.
NAMA-NAMA AL-QUR’AN
• Al-Qur’an, QS al-Baqarah,2:185.
• Al-Kita>b, QS al-Nahl,16:89
• Al-Zikr, QS al-Hijr,15:9
• Al-Furqa>n, QS al-Furqa>n,25:1
NUZULUL QUR’AN
Kata Nuzûl adalah bentuk mashdar (verbalnoun) dari bahasa Arab dengan akar kata
‘nazala - yanzilu - Nuzûlan’ berarti ‘turun,
atau berpindah tempat, atau menempati
sesuatu’. Dengan demikian, Nuzûl alQur'a>n berarti “turun atau perpindahan
tempat Al-Qur'an dari Allah ke Jibril, dan
dari Jibril ke dalam hati Nabi Muhammad
saw., serta dari hati Nabi saw. ke hati para
sahabatnya, hingga ke umatnya secara
TUJUAN TURUNNYA
• Untuk membasmi segala bentuk syirik.
• Untuk mengajarkan bahwa umat manusia merupakan satu
umat yang seharusnya dapat bekerjasama dalam pengabdian
kepada Allah dan pelaksanaan tugas kekhalifahan.
• Untuk menekankan peran ilmu dan teknologi.
• Untuk menciptakan suatu peradaban, yang sejalan dengan
jatidiri manusia dengan panduan dan paduan nur Ilahi.
• Untuk membasmi kemiskinan, kebodohan, penyakit, dan
penderitaan hidup, serta pemerasan manusia atas manusia,
bahkan makhluk lain.
• Untuk menyeleraskan kebenaran dan keadilan dengan rahmat
kasih sayang, dengan menjadikan keadilan sosial sebagai
landasan pokok kehidupan masyarakat manusia.
• Untuk memberi jalan tengah antara falsafah monopoli
kapitalisme dengan falsafah kolektif ala komunisme,
menciptakan ummatan wasathan yang menyeru kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran.
FASE-FASE TURUNNYA
• Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur selama
kurang lebih 23 tahun.
• Al-Qur'an terdiri atas 30 Juz, 114 Surah, 6236
ayat, 97439 kata, dan 323015 huruf, yang saat
turun pertama kali itu juga disebut ‘yawum alfurqa>n’, sebagai isyarat bahwa Al-Qur'an
membawa ajaran-ajaran dan hukum-hukum yang
jelas, yang memberikan batas yang terang antara
yang hak dan yang batil, yang salah dan yang
benar, serta antara yang halal dan yang haram.
HIKMAH TURUNNYA SECARA
BERANGSUR-ANGSUR
• Untuk memantapkan jiwa Nabi saw.
• Untuk berangsur-angsur menetapkan hukum.
• Untuk memuliakan Nabi saw., serta
memperlihatkan sikap lemah-lembut Allah
kepada beliau.
• Untuk memudahkan menghafal al-Qur’an.
• Sebagai koreksi terhadap kesalahan-kesalahan
atau mengikuti peristiwa-peristiwa terjadinya.
• Sebagai bukti bahwa wahyu yang diucapkan Nabi
saw., adalah wahyu dari Allah swt.
ILMU AL-QUR’AN
Kata ilm adalah bentuk verbal-noun dari bahasa
Arab dengan akar kata ‘alima - ya’lamu - ‘ilman,
yang berarti ‘mendapatkan atau mengetahui sesuatu
dengan jelas’ atau "menjangkau sesuatu dengan
keadaannya yang sebenarnya." Ia berasal dari akar
kata dengan huruf-huruf 'a, l, m, yang berarti
"as\arun bi al-syai>' yatamayyazu bihi> 'an
gairihi>," (keunggulan yang menjadikan sesuatu
berbeda dengan yang lainnya, atau sesuatu yang
jelas”, bekas (hati, pikiran, pekerjaan, tingkah laku,
dan karya-karya) sehingga sesuatu itu terlihat dan
diketahui sedemikian jelas, tanpa menimbulkan
sedikit pun keraguan.
PENGERTIAN
Ilmu al-Qur’an biasa juga disebut Ilmu Tafsir.
‘Ilm al-Qur’a>n berarti ‘suatu ilmu yang
membahas dan menjelaskan keadaan-keadaan
al-Qur’an dari segi penafsiran ayat-ayatnya,
segi penjelasan maksud-maksudnya, segi
sebab nuzulnya, segi nasikh mansukhnya, segi
munasabahnya, segi uslub-uslubnya, segi ruparupa qiraatnya, segi rasm kalimat-kalimatnya,
dan lain-lain yang berhubungan dengan
keadaan al-Qur’an’, yang biasa juga dikenal
dengan ‘ilm istimda>d al-tafsi>r.
ILMU TAFSIR
‘Ilm al-Tafsi>r berarti di samping sebagai
‘ilm istimda>d al-tafsi>r juga bermakna :
– kegiatan ilmiah yang berfungsi memahami
dan menjelaskan kandungan Alquran,
– ilmu-ilmu atau pengetahuan yang
digunakan dalam kegiatan tersebut,
– ilmu pengetahuan yang merupakan hasil
kegiatan ilmiah dari menafsirkan al-Qur’an.
RUANG LINGKUP ILMU AL-QUR’AN
KOMPONEN PERTAMA
1. Pengenalan terhadap Alquran, mencakup: (a)
sejarah Alquran, (b) rasm Alquran, (c) i’jaz
Alquran, (d) munasabah Alquran, (e) qas}as}
al-Qur’a>n, (f) Qawa>’id al-tafsi>r, (g)
aqsam Alquran, (h) amtsal Alquran, (I) nasikh
dan mansukh, (j) muhkam dan mutasyabih, (k)
al-qiraat, (l) perbedaan tafsi>r, ta’wi>l, dan
tarjamah, (m) isra’iliya>t, (n) al-makkiyah wa
al-madaniyah, (o) tarti>b al-ayat wa fawa>tih
al-suwar, (p) jam’ul Qur’an, (q) asba>b alnuzu>l ; (r) nuzu>l al-Qur’a>n, (s) dan
sebagainya.
KOMPONEN KEDUA
2. Kaidah-kaidah tafsir, mencakup: (a) ketentuan-
ketentuan yang harus diperhatikan dalam
menafsirkan Alquran, (b) sistematika yang hendaknya
ditempuh dalam menguaraikan penafsiran, dan (c)
patokan-patokan khusus yang membantu
pemahaman ayat-ayat Alquran, baik dari ilmu-ilmu
bantu, seperti bahasa dan ushul fikih, maupun yang
ditarik langsung dari penggunaan Alquran. Sebagai
contoh, dapat dikemukakan kaidah-kaidah berikut:
(a) kaidah ism dan fi’il, (b) kaidah ta’rif dan tankir, (c)
kaidah istifha>m dan macam-macamnya, (d) ma’aniy
al-huruf, seperti: asa’, la’alla, in, iza’, dan lain-lain, (e)
kaidah su’al dan jawa>b, (f) kaidah pengulangan, (g)
kaidah perintah sesudah larangan, (h) kaidah
penyebutan nama dalam kishah, (j) kaidah
penggunaan kata dan uslub Alquran, dan lain-lain.
KOMPONEN KETIGA
3. Metode-metode tafsir, mencakup metodemetode tafsir yang dikemukakan oleh ulama
mutaqaddim dengan ketiga coraknya: alra’yu, al-ma’tsur, al-isya>riy, disertai
penjelasan tentang syarat-syarat
diterimanya suatu penafsiran serta metode
pengembangannya, dan mencakup juga
metode-metode mutakhir dengan keempat
macamnya: tahlîliy, ijma>liy, muqa>ran,
mawdhu>’iy.
KOMPONEN KEEMPAT
• Kitab tafsir dan para mufasir, mencakup: kitabkitab tafsir baik yang lama maupun yang baru,
yang berbahasa Arab, Inggris, atau Indonesia,
dengan mempelajari biografi, latar belakang dan
kecenderungan pengarangnya, metode dan
prinsip-prinsip yang digunakan, serta
keistimewaan dan kelemahannya.
• Sedang pemilihan kitab atau pengarang
disesuaikan dengan berbagai corak atau aliran
tafsir yang selama ini dikenal, seperti corak: fiqh,
sufi’, ‘ilmi, baya>n, falsafi, adabi, ijtima>’iy, dan
lain-lain.
URGENSINYA
• ‘Ilm al-Qur’a>n diperlukan, karena dengannya,
seorang mufasir dapat menafsirkan Alquran
dengan baik dan benar. Ilmu-ilmu ini, pada
hakekatnya, menjadi alat untuk tafsir. Karena itu,
ia juga disebut ilmu tafsir atau ilmu-ilmu
Alquran.
• Selain itu, urgensi ‘Ilm al-Qur’a>n kaitannya
dengan tafsir, antara lain:
1. Membuka kemungkinan untuk memahami
Alquran dengan baik.
2. Mampu menafsirkan Alquran secara baik dan
mudah.
3. Menjadi senjata ampuh untuk melawan
tantangan dari lawan Islam.
METODE PENULISAN TAFSIR
• Metode Tafsi>r terbagi menjadi
empat macam metode, yaitu:
1. Tah}li>li>,
2. Ijma>li>y,
3. Muqa>ran, dan
4. Maud}u>‘i>.
LANGKAH KERJA TAHLILI
1) syarah kosakata/penjelasan umum;
2) susunan kalimat yang teliti;
3) muna>sabah;
4) asba>b al-nuzu>l;
5) keterangan yang bersumber dari hadis, sahabat, tabi’in;
6) menjelaskan ayat dengan ayat dan keterangan dari
hadis;
7) menjelaskan kandungan hukum suatu ayat;
8) menjelaskan hikmah-hikmah dan pelajaran suatu ayat,
selain ayat-ayat hukum;
9) memberikan simpulan mengenai isi dan maksud ayat
tersebut.
LANGKAH KERJA IJMALI
1. mufasir langsung menafsirkan setiap ayat dari
awal sampai akhir, tanpa memasukkan upaya
perbandingan dan tidak disertai dengan
penetapan judul.
2. penafsiran yang sangat ringkas dan bersifat
umum, membuat metode ini lebih tertutup bagi
munculnya ide-ide yang lain selain sang mufasir
untuk memperkaya wawasan penafsiran.
3. Dalam tafsi>r-tafsi>r ijma>li> tidak semua ayat
diTafsi>rkan dengan penjelasan yang ringkas,
terdapat beberapa ayat tertentu yang ditafsi>rkan
agak luas, tetapi tidak sampai mengarah pada
penafsiran yang bersifat analitis.
LANGKAH KERJA
MUQA<RAN
• Perbandingan antara ayat – ayat Alqur`an.
Obyek kajian Tafsi>r ini hanya pada persoalan redaksi ayat-ayat
al-Qur`an, bukan dalam bidang pertentangan makna.
• Perbandingan ayat al-Qur`an dengan al-Hadis.
Mufasir membandingkan ayat-ayat al-Qur`an dengan hadis Nabi
saw. Yang terkesan bertentangan, maka seorang mufasir berusaha
menemukan kompromi di antara keduanya.
• Perbandingan pendapat ulama-ulama Tafsi>r tentang penafsiran
al-Qur`an.
Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur`an, terdapat perbedaan di
antara ulama Tafsi>r, perbedaan itu dapat terjadi karena
perbedaan hasil ijtihad, latar belakang, sejarah, wawasan dan
sudut pandang masing-masing. Oleh karena itu, mufasir berusaha
mencari, menggali, menemukan titik temu di antara perbedaanpoerbedaan itu.
LANGKAH KERJA
MAUD{U<‘I<
• Menetapkan masalah yang dibahas
• Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang ingin
dibahas.
• Menyusun ayat-ayat menurut kronologi masa turunnya .
• Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam masing-masing
surahnya.
• Melengkapi tema bahasan dalam kerangka yang sempurna dan
utuh.
• Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan
pokok bahasan.
• Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh
dengan menghimpun ayat-ayat yang memiliki pengertian yang
sama, atau mengkompromikan yang umum dan yang husus, yang
mutlak dengan muqayyad, sehingga semuanya bertemu dalam satu
muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan dalam penafsiran.
• Menyusun kesimpulan yang menggambarkan jawaban al-Qur’an
terhadap masalah tersebut.
CORAK TAFSIR
• Corak Sastra Bahasa,
• Corak Filsafat dan Teologi,
• Corak Ilmi,
• Corak Fikih,
• Corak Tasawuf,
• Corak Sastra Budaya
Kemasyarakatan.
28