Transcript Slide 1

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH NASIONAL
Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan Nasional
A. Latief Wiyata
(2011)
1
1. Memberikan pengantar tentang substansi artikel sesuai
dengan topik dan masalahnya, terutama alasan-alasan
baik teoretis maupun empiris yang melatar belakangi
kegiatan penulisan artikel.
2. Memuat secara eksplisit dengan singkat dan jelas tentang
arah, maksud, tujuan serta kegunaan artikel agar
substansi artikel tidak menimbulkan kerancuan
pengertian, pemahaman dan penafsiran makna bagi
pembacanya.
2
3.
4.
5.
Semua pembahasan yang mencakup point (1) dan (2) tadi dalam
format Pendahuluan pada artikel ilmiah tidak lagi dipilah-pilah ke
dalam sub-sub bab. Semuanya telah “dilebur” menjadi satu
kesatuan yang utuh.
Pembahasan tentang Metodologi sepanjang tidak diatur dalam
persyaratan penulisan yang ditentukan oleh pengelola jurnal,
sebaiknya juga tidak dibahas tersendiri dalam suatu sub-bab.
Kalaupun harus ada pembahasan khusus tentang Metodologi
hendaknya tidak perlu panjang, cukup point-point pentingnya saja,
apalagi bila hal itu menyangkut tentang rumus-rumus yang berbelitbelit.
3
6. Pendahuluan hendaknya dimulai dengan kalimat
pemaparan langsung terhadap pokok atau topik yang
akan dibahas. Artinya, hindari pernyataan-pernyataan
yang bersifat terlalu umum sehingga terkesan
“melambung-lambung” dan berlebihan.
7. Pergunakan dan kembangkan kata-kata kunci sesuai
dengan topik dan permasalahannya kemudian
rangkaikan menjadi kalimat-kalimat dengan
menggunakan tata bahasa yang baku (Mien A. Rifiai:
2005).
4
8. Kalimat-kalimat awal seharusnya merupakan hasil
pemikiran sendiri, bukan kutipan.
9. Selanjutnya silakan mengembangkan (semua)
pemikiran itu berdasarkan wawasan terbaru penulisnya
atau bisa juga dilengkapi dengan cara
mengomparasikannya dengan pemikiran-pemikiran
orang lain yang relevan.
10. Penyajiannya harus runut secara kronologis dan
sistematis. Artinya, kaitan logika antara alinea pertama
dengan berikutnya harus jelas.
5
11. Oleh karena artikel ditulis berdasarkan hasil penelitian tentu
saja tidak semua substansi laporan penelitian layak untuk
diangkat dan dikemukakan dalam pendahuluan sebagai
pengantar penulisan artikel.
12. Laporan penelitian pada umumnya ditulis dengan bahasa
sangat formal sehingga terkesan kaku. Di dalam
pendahuluan hal itu perlu diedit kembali agar lebih enak
dibaca, lebih mudah dipahami dan dimengerti maknanya.
13. Pilih dan pilah bagian-bagian materi laporan penelitian yang
penting untuk dipertahankan dan yang harus dibuang,
disesuaikan dengan materi artikel.
6
14. Buatlah catatan-catatan khusus pada bagian-bagian
laporan penelitian yang perlu dimasukkan dalam
pendahuluan terkait dengan materi artikel, terutama
temuan-temuan terbaru agar materi artikel benar-benar
menyajikan informasi mutakhir.
15. Penting mengemukakan pula konsep-konsep pemikiran
yang berasal dari temuan-temuan penelitian lapangan
sejenis sebelumnya, seyogyanya yang terbaru.
7
16. Konsep-konsep teoretis, pemikiran-pemikiran serta
temuan-temuan penelitian sebelumnya bermanfaat
sebagai bahan komparasi dan sekaligus penguatan,
pengayaan serta penajaman pembahasan, analisis
serta penafsiran-penafsiran.
17. Lebih penting daripada itu, untuk menghindari
terjadinya redundansi penelitian
18. Konsep-konsep teoretis, pemikiran-pemikiran serta
temuan-temuan terdahulu tersebut seyogyanya telah
dicerna sehingga tidak lagi berupa kutipan-kutipan utuh
yang lebih merupakan “parade pernyataan orang”.
8
19. Posisi keilmuan penulis dalam keseluruhan tulisan
artikel itu sedapat mungkin sudah harus muncul dalam
pendahuluan ini, agar pembaca secara lebih awal
sudah dapat memahami arah pemikiran, pendekatan
serta paradigma yang digunakan.
20. Semua uraian dalam pendahuluan harus menjadi
acuan utama untuk bab-bab selanjutnya, agar
konsistensi dan keutuhan tulisan artikel ilmiah dapat
terjaga dengan baik.
9
Pendekatan kualitatif
1. Induktif
2. Subyektif, relativisme, dan “ tidak bebas nilai”.
3. Subyektivitas menjadi penting dalam melakukan
interpretasi.
4. Hubungan relasional antarfenomena dan
antarkondisi harus dikemukakan secara jelas.
5. Setiap fenemona sosial-budaya harus diungkapkan
secara rinci, proporsional, kontekstual dan
komprehensif.
10
6. Tulisan artikel harus dapat mengungkapkan dengan jelas
hubungan relasional antara kondisi yang satu dengan yang
lainnya sehingga fenomena-fenomena sosial-budaya
tersebut dapat dipahami secara proporsional dan
kontekstual.
7. Oleh karena data dan informasi dikumpulkan melalui
wawancara mendalam dengan metode paticipant
observation maka temuan-temuan lapangan semakin
lengkap bilamana “catatan harian lapangan” (field notes)
dimanfaatkan pula sebagai dasar penulisan artikel.
11
8. Selain itu, cara penulisan artikel lebih bersifat naratifinterpretatif. Hal ini dimaksudkan agar makna-makna
simbolik yang terkandung dalam setiap fenomena dapat
diungkapkan dan dipahami sesuai dengan proporsi dan
konteksnya.
9. Meskipun demikian tidak berarti bahwa dalam penulisan
artikel yang didasarkan pada pendekatan penelitian
kualitatif mengabaikan sama sekali data-data kuantitatif
(khususnya data statistik). Data-data ini tetap diperlukan
namun sebatas sebagai pendukung temuan-temuan
lapangan.
12
10. Dalam penulisan artikel ilmiah yang menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif subyektivitas penulis sangat
dihargai dalam arti pemahaman dan penafsiran pribadi
penulis terhadap semua temuan-temuan lapangan tidak
ditabukan.
11. Kualitas tulisan sangat bergantung pada tingkat kualitas
pemahaman dan penafsiran penulisnya dalam artian terkait
dengan tingkat ketajaman dan kedalamannya, bukan pada
“benar” atau “salah” menafsrikan.
13
12. Tulisan-tulisan artikel ilmiah yang didasarkan pada
penelitian kualitatif hampir tidak pernah berpretensi
menghasilkan suatu generalisasi. Kalaupun harus membuat
suatu generalisasi sifatnya hanya pada lingkup obyek
penelitian.
13. Setiap informasi, data dan pernyataan tentang sesuatu hal
yang menggunakan kata-kata atau ungkapan-ungkapan
lokal seharusnya ditulis lengkap dalam bahasa lokal sesuai
dengan aslinya (pendekatan emik). Kemudian berilah
penjelasan serinci mungkin. Semua ini dimaksudkan agar
makna-makna simbolik yang terkandung di dalamnya tetap
dapat dipertahankan.
14
Pendekatan kuantitatif
1. Deduktif.
2. Obyektif, positivistik, dan “bebas nilai”.
3. Subyektivitas sedapat mungkin sangat dihindari.
4. Hubungan antarfenomena, kondisi, obyek, atau variabel
bersifat kausalitas (sebab-akibat atau korelasional).
Hubungan kausalitas ini harus dikemukakan secara jelas,
obyektif, konkrit, reliable, dan testable dengan
menggunakan alat-alat pengukuran numerik, matematis
atau statistik.
15
5. Hasil-hasil atau temuan-temuan lapangan dipaparkan
dengan lebih mementingkan penggunaan penghitungan
dan pengukuran matematis yang disajikan dalam bentuk
tabel-tabel, diagram, gambar/foto, serta bentuk-bentuk
ilustrasi lainnya.
6. Oleh karena data dan informasi dikumpulkan berdasarkan
alat-alat (instrumen) yang terstruktur dengan besaran
populasi dan sampel yang sudah ditentukan maka
kebenaran temuan dapat diketahui dengan cepat, tepat
dan akurat. Semuanya harus tercermin dalam penulisan
artikel.
16
7. Kualitas artikel ilmiah yang ditulis berdasarkan
pendekatan kuantitatif ini sangat ditentukan oleh kualitas
obyektifitas data atau temuan-temuan lapangan.
8. Dengan demikian, temuan-temuan tadi kemudian dapat
dijadikan dasar melakukan generalisasi yang obyektif
dengan kadar kepercayaan yang tinggi serta mampu
melakukan prediksi yang akurat. (*)
17
18
[email protected]
http://wiyatablog.blogspot.com
081332244666
087854504545
19