Cognitive Dissonance Theory

Download Report

Transcript Cognitive Dissonance Theory

Cognitive Dissonance Theory
Leon Festinger
Dissonance : Discord Between Behaviour and Belief
• Cognitive Dissonance is the distressing mental state
that people feel when they “find themselves doing
things that don’t fit with what they know, or having
opinions that do not fit with other opinions they
hold” (Griffin, 2003 : 209).
• Festinger menyatakan kebutuhan untuk menghindari
ketidakcocokan, sama mendasarnya dengan
kebutuhan untuk keamanan atau kebutuhan untuk
memuaskan rasa lapar
• Fokus dari teori Festinger adalah perubahan sikap
yang terjadi setelah dissonance
• Ketegangan dari disonansi memotivasi kita untuk
mengubah perilaku dan kepercayaan dalam
usahan untuk menghindari ‘perang batin’
• Semakin penting isu tersebut bagi kita dan
semakin besar ketidaksesuaian antara perilaku
dan kepercayaan, maka semakin tinggi juga jarak
dissonance yang kita rasakan
• Disonansi kognitif terjadi, jika seorang individu
mengalami penyesalan dimana terjadi
ketidakseimbangan atau kekecewaan yang
diakibatkan oleh sesuatu dari individu tersebut,
agar orang itu kembali pada kondisi yang
seimbang
• Festinger juga menyampaikan disosnansi kognitif,
sebagai suatu proses penghilangan stres yang
disebabkan oleh tidak konsistennya suatu
kepercayaan dari seorang dengan tindakannya
3 Hypotheses : Ways to Reduce Dissonance
Between Attitudes and Actions
1. Selective exposure prevents dissonance
* Festinger berasumsi pada dasarnya seorang
akan menghindari informasi yang dapat
menambah ketidakcocokan.
* Kita biasanya akan memilih/bergaul dengan
orang – orang yang menyukai kita dan akan
cenderung mendengarkan opini dan
menyeleksi segala hal yang konsisten
dengan kepercayaan kita
* Festinger mencontohkan tentang kampanye
bahaya merokok. Semakin gencar kampanye
tersebut, semakin perokok tidak memperhatikan
kampanye itu, karena hal itu tidak sesuai dengan
kepercayaan mereka tentang rokok.
2. Postdecision dissonance creates a need for
reassurance
* Keputusan yang dibuat secara tiba – tiba dapat
menimbulkan ketegangan dan keraguan dalam
diri, setelah semua keputusan itu dbuat.
* Tiga keadaan yang menimbulkan postdecision
dissonance :
a. Semakin pentingnya isu itu
b. Semakin lamanya seseorang menunda
untuk mengambil keputusan diantara 2
pilihan yang menarik
c. Semakin besarnya kesulitan dalam
melawan keputusan yang telah dibuat
* Kondisi ini membuat kita menyesal akan keputusan
yang telah kita ambil atas suatu pilihan.
* Contoh (Griffin, 2003 : 212)
- Ketika membeli mobil, banyak model yang
ditawarkan, harga yang ditunjukkan pun mahal, tapi
customer diyakinkan oleh pihak marketing bahwa ia
bisa membayar mobil tersebut dengan cicilan yang
murah setiap bulannya.
- Setelah kontrak pembelian ditandatangani, pembeli
tetap mencari informasi mengenai mobil yang
dibelinya, untuk memastikan bahwa mobil yang
dipilihnya itu adalah pilihan yang tepat
3. Minimal Justification for Action Induces a Shift in
Attitude
* Seorang ingin membujuk mantan perokok yang
menderita kanker, untuk menghentikan hujatannya
pada perusahaan rokok dan menghargai keinginan
perusahaan tersebut untuk memasarkan produk
mereka.
* Dari pihak perusahaan berusaha meredam hujatan
tsb. Seorang meyakinkan atasannya tentang pesan
apa yang akan dia sampaikan ke masyarakat, yaitu
tentang intensi perusahaan yang ingin memasarkan
produk, bukan memasarkan penyakit.
* Hal ini menunjukkan bahwa sikap dan
perilaku merupakan awal dan akhir dari
rangkaian hubungan sebab – akibat :
Attitude
Behaviour
* Namun Festinger mengubah rangkaian tersebut
menjadi :
Behaviour
Attitude
* Hipotesis ini menyarankan lebih dulu untuk
mengubah opini masyarakat terhadap
perusahaan rokok tsb.
* Festinger menambahkan sebaiknya memberikan
insentif yang cukup (minimum) kepada publik
yang mengkritik.
State-of-the-art revisions : The cause and effect
of dissonance
• Bagaimana jika keyakinan awal seseorang itu bahaya
atau salah ?
• Apakah teori ini bisa mengubah keyakinan tersebut ?
• Strategi penghargaan dan punishment dapat
memberikan perubahan yang signifikan dalam diri
seseorang
• Posisi orang akan cenderung lebih selective exposure
dan menghindari ide mengancam
• Jika seseorang akhirnya mengadopsi sudut pandang
orang lain, maka ikatan akan berkelanjutan ke postdecision dissonance
Mengapa perilaku yang tidak konsisten menyebabkan
perubahan sikap ketika “imbalan” yang akan didapatkan
tidak besar ?
1. Self Consistency
* Menurut Elliot Arronson teori Festinger ini masih minim
dalam prediksi kebenaran.
* Dia menyatakan bahwa keinginan orang untuk konsisten
antara kepercayaan yang dimiliki dan perbuatan yang
dilakukannya dapat menimbulkan disonansi, sehingga
orang cenderung mengurangi disonansi tersebut.
* Arronson menyimpulkan, ini bukan logical
inconsistency, tapi lebih pada psychological
inconsistency.
2. Personal Responsibility for Bad Outcomes (The New
Look)
* Joel Cooper setuju dengan Arronson, bahwa perilaku
yang tidak konsisten, tidak dapat secara langsung
membentuk disonansi
* Chooper menyimpulkan, disonansi merupakan
keadaan yang merangsang orang untuk berperilaku
sedemikian rupa yang disebabkan oleh suatu hal
* Semakin besar responsibility yang kita berikan, maka
disonansi yang akan terbentuk makin besar pula dan
akhirnya memunculkan rasa bersalah pada diri
seseorang dan menjadikan mereka tidak nyaman
dengan keadaan tersebut.
3. Self-Aaffirmation to Dissipate Dissonance
* Claude Steele tidak berasumsi bahwa disonansi
selalu mendorong orang untuk membenarkan
tindakan mereka dengan mengubah sikap mereka.
* Beberapa orang beruntung dapat mengedepankan
sejumlah pikiran positif tentang diri mereka yang
akan menghapuskan perhatian untuk memulihkan
konsistensi.
* Harga diri yang tinggi adalah sumber daya untuk
pengurangan disonansi yang buruk.
* Kebanyakan orang akan sangat termotivasi untuk
mempertahankan citra dirinya.
• Arronson, Cooper dan Steele, masing – masing
menawarkan revisi atas teori disonansi kognitif
dari Festiger. Tapi bukan berarti kita mengambil
salah satu, lalu membuang yang lain.
• Seperti yang dinyatakan oleh Cooper, masing –
masing menggambarkan perbedaan dan bagian
penting dari seluruh proses disonansi.
Memberikan kontribusi yang khas pada
pemahaman kita terhadap bagaimana disonansi
kognitif dimediasi dan direduksi.