PENGANGGURAN DAN INFLASI

Download Report

Transcript PENGANGGURAN DAN INFLASI

PENGANGGURAN DAN
INFLASI
Oleh kelompok K (Pendukung)
Anggota : 1. Akhmad Jayadi
2. Riva Suwindry
3. Sutarmin
Pengangguran
 Tingkat pengangguran menghitung pecahan dari angkatan kerja
yang keluar dari dunia kerja dan mencari pekerjaan atau sedang
mengharapkan panggilan dalam masa menganggurnya.
 Karena kehidupan terasa sangat sulit bagi masyarakat yang tidak
bekerja, dan karena lebih sulit lagi untuk menemukan pekerjaan
ketika tingkat pengangguran sedang tinggi, maka tingkat
pengangguran adalah indikator yang sangat penting untuk
menentukan seberapa baik kinerja perekonomian
(Dornbusch, 2010 : 42)
Kaitan antara Upah dan Pengangguran
 Pada teori penawaran neoklasik, upah menyesuaikan secara instan
untuk menjamin bahwa output selalu pada tingkat full-employment.
Tapi kenyataannya output tidak selalu pada tingkat full-employment,
dan kurva Philips menyatakan bahwa upah menyesuaikan secara
perlahan sebagai respon atas perubahan dalam pengangguran.
 Pertanyaan kunci dalam Teori Penawaran Agregat adalah mengapa
upah nominal menyesuaikan secara lambat dalam menggeser
permintaan? Dengan kata lain, mengapa upah begitu sulit bergerak?
 Upah sulit bergerak, atau penyesuaian upah sangat lamban, adalah
untuk menjamin kondisi full-employment pada setiap titik waktu
tertentu.
 Untuk mengklarifikasi asumsi yang kita buat tentang kelambanan upah,
kita terjemahkan kurva philips pada persamaan berikut :
( gw – e) = - Є (u - u*)
ke dalam hubungan antara tingkat perubahan upah, gw, dan tingkat
pekerjaan.
Kita simbolkan kondisi full employment dari dunia kerja dengan N* dan
tingkat pekerjaan aktual dengan N. Kita lalu dapatkan bahwa tingkat
pegangguran adalah pecahan dari angkatan kerja penuh, N* , yang tidak
bekerja :
u – u * = N* - N
N*
………………..(1)
 Substitusikan persamaan di atas pada persamaan 3, kita mendapatkan
hubungan antara tingkat pekerjaan, inflasi yang diharapkan, dan tingkat
perubahan upah dalam kurva philips :
gw – e = Wt+1 – Wt _ e = - Є (N* - N)
Wt
N*
…………………(2)
Hubungan antara
Tingkat Upah dan Pekerjaan
WN′
Wt+1
WN
Tingkat Upah
WN″
Wt
0
N*
Pekerjaan
N
 Persamaan 2 di atas, hubungan upah dan tingkat pekerjaan, WN,
diiliustrasikan pada gambar di atas. Tingkat upah pada periode selanjutnya
(katakan caturwulan berikutnya) adalah setara dengan upah yang
didapatkan pada periode ini tapi dengan penyesuaian pada tingkat
pekerjaan dan inflasi yang diharapkan.
 Pada tingkat full employment, (N = N*), upah pada periode selanjutnya
setara dengan upah pada periode ini ditambah penyesuaian pada tingkat
inflasi yang diharapkan. Jika tingkat pekerjaan berada di atas tingkat full
employment, maka upah pada periode selanjutnya meningkat daripada
upah periode ini melebihi tingkat inflasi yang diharapkan. Luasnya pengaruh
upah pada tingkat pekerjaan tergantung pada parameter Є. Jika Є besar,
maka pengangguran memiliki dampak terhadap upah dan garis WN akan
curam.
 Kurva Philips juga menjelaskan bahwa WN selalu bergeser tiap waktu. Jika
ada pekerjaan yang melimpah pada periode sekarang, maka kurva WN
akan bergeser ke atas periode selanjutnya menjadi WN′. Jika kondisi saat
ini di bawah full employment, maka kurva WN bergeser turun ke bawah
periode selanjutnya menuju WN″. Dengan demikian perubahan pada
permintaan agregat yang mengubah tingkat pengangguran periode ini akan
memeiliki dampak pada upah selama periode yang berurutan. Penyesuaian
pada perubahan pekerjaan adalah dinamis, yaitu berubah pada tiap waktu.
(Dornbusch, 2010:130)
Pekerjaan dan Pengangguran
Pengangguran adalah masalah ekonomi individual dan sosial yang
serius, yaitu karena dampaknya pada dua hal berikut;
1. Hilangnya Pendapatan dan Produksi (Output)
Hilangnya pekerjaan berdampak pada hilangnya pendapatan dari pekerja
yang menganggur dan hilangnya juga produksi. Hilangnya pendapatan
membuat efek ketakutan bagi setiap orang, terutama bagi yang
menganggur itu sendiri. Saat ini benefit dari lapangan pekerjaan
melahirkan sistem jaring pengaman, tapi tidak seluruhnya mengganti
pendapatan yang hiang, dan tidak semua orang penganggur
mendapatkannya.
2. Hilangnya modal SDM
Pengangguran yang berkepanjangan secara permanen membahayakan
prospek pekerjaan seseorang dengan cara menghancurkan modal SDM
nya (Parkin, 2010: 108).
Pengangguran dan Full employment

Fungsi dari pengukuran tingkat pengangguran adalah untuk menghitung
tidak termanfaatkannya sumber tenaga kerja. Namun demikian
perhitungan ini masih belum sempurna karena dua alasan:
1. Mengecualikan sebagian tenaga kerja yang tidak termanfaatkan
2. Sebagian pengangguran terjadi karena tak terhindarkan – natural
unemployment
Dua tipe pekerja yang tidak termanfaatkan yang dikeluarkan dari
penghitungan resmi pengangguran, yaitu :
Pekerja yang terikat secara marjinal,
yaitu seseorang yang saat ini tidak bekerja dan juga sedang tidak
mencari pekerjaan, tetapi dia terindikasi ingin bekerja dan
mampu/bersedia bekerja, dan telah mencari pekerjaan beberapa waktu
yang lampau. Kelompok yang lebih spesifik dari tipe pekerja terikat
marjinal ini adalah kelompok yang disebut juga pekerja yang putus asa
(pekerja yang terikat secara marjinal yang telah berhenti mencari
pekerjaan karena gagal menemukan pekerjaan secara berulang-ulang).
Jumlahnya sangat kecil. Pada Agustus 2008, ketika tingkat
pengangguran resmi mencapai 6,1 %, ditambah jumlah pekerja yang
terikat secara marjinal menjadi 7% dari total angkatan kerja (USA).
Pekerja Part-Time yang ingin Bekerja Full-Time
Banyak pekerja paruh waktu yang memang ingin bekerja paruh
waktu. Pengaturan ini sangat sesuai dengan permintaan mereka
atas waktu mereka. Tapi sebagian pekerja paruh waktu
menginginkan kerja penuh waktu, dan mereka tidak
mendapatkannya. Dalam statistik resmi, pekerja jenis ini disebut
dengan pekerja paruh waktu ekonomis, dan mereka separuh
bekerja - separuh menganggur. Banyak pekerja terjerumus ke
dalam jenis kelompok ini, dan angkanya berfluktuasi pada
keseluruhan tingkat pengangguran. Pada Agustus 2008, ketika
angka pengangguran resmi mencapai 6,1% (USA), tingkat
pengangguran paruh waktu ekonomis mencapai 3,7 %, yang
berarti bahwa seluruh tingkat pengangguran (termasuk pekerja
yang terikat secara marjinal) mencapai 10,7 % dari seluruh
angkatan kerja (Parkin, 2010: 112).
Pengangguran alamiah
 Pengangguran timbul dari aktivitas pencarian kerja. Seseorang tidak bekerja
pada saat dia sedang mencarinya. Alasan kunci mengapa selalu ada
pencari kerja yaitu karena perekonomian adalah sebuah mekanisme yang
rumit yang selalu berubah, atau perekonomian yang selalu berputar.
 Ekonomi yang selalu berputar
Beberapa perubahan dalam perputaran perekonomian datang dari transisi
yang dibuat masyarakat melalui tahapan hidupnya – dari mahasiswa
kemudian mencari pekerjaan, bekerja, lalu mungkin tidak bahagia dengan
pekerjaannya dan mencari pekerjaan baru, dan akhirnya berhenti dari
pekerjaan penuh waktu. Di USA tahun 2008, lebih dari 3 juta pekerja baru
memasuki angkatan kerja dan lebih dari 2,5 juta pekerja berhenti.
 Perubahan lain datang dari transisi yang disebabkan oleh dunia bisnis.
Setiap hari, perusahaan baru lahir, perusahaan yang telah ada tumbuh dan
menyusut, dan beberapa yang bangkrut dan keluar dari arena bisnis. Proses
terciptanya bisnis, ekspansi, kontraksi dan kebangkrutan ini menciptakan
dan menhancurkan pekerjaan.
 Kedua proses transisi ini – masyarakat dan bisnis – menciptakan friksi dan
dislokasi yang membuat pengangguran tak dapat terhindarkan.
Sumber-sumber pengangguran
1.
2.
3.
Pada perkonomian yang sedang berputar, masyarakat menjadi
menganggur jika:
Kehilangan pekerjaannya dan mencari pekerjaan baru
Menginggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan baru
Masuk atau memasuki kembali angkatan kerja untuk mencari pekerjaan
Dan masyarakat mengakhiri masa menganggur mereka jika
1.
Diangkat atau dipanggil
2.
Keluar dari angkatan kerja
Masyarakat yang di-PHK dari pekerjaan mereka, entah permanen atau
temporer, disebut tenagakerja yang kehilangan pekerjaan. Sebagian
tenagakerja yang kehilangan pekerjaan menjadi penganggur, dan
sebagian segera keluar dari angkata kerja.
Masyarakat yang secara sukarela keluar dari pekerjaan mereka disebut
tenagakerja yang meninggalkan pekerjaan. Sebagaimana tenagakerja
yang kehilangan pekerjaan, beberapa tenagakerja yang meninggalkan
pekerjaan menjadi menganggur dan mencari pekerjaan yang lebih baik
ketika yang lainnya keluar dari angkatan kerja secara permanen maupun
temporer.
 Masyarakat yang masuk atau kembali memasuki angkatan kerja disebut
entran atau reentran. Entran umumnya adalah masyarakat yang baru saja
lulus sekolah (kuliah). beberapa entran mendapatkan pekerjaan seketika itu
juga dan tidak pernah menganggur, tapi banyak yang menghabiskan
waktunya mencai pekerjaan pertama mereka, dan selama periode ini
mereka menganggur. Reentran adalah masyarakat yang sebelumnya
keluar dari angkatan kerja. Kebanyakan dari masyarakat ini adalah bekas
pekerja yang putus asa.
 Entran dan reentran juga berkontribusi besar pada jumah pengangguran.
angka mereka fluktuatif tapi lebih halus daripada fluktuasi para tenaga kerja
yang kehilangan kerja.
 Tenaga kerja yang meninggalkan kerja adalah pengangguran yang lebih
kecil dan paling stabil. Pada setiap harinya, kurang dari 1 juta penduduk
menganggur karena mereka meninggalkan pekerjaan. Angka tenaga kerja
yang meninggalkan pekerjaan cenderung konstan. Fluktuasi luasnya angka
ini sejalan dengan siklus bisnis: jumlah masyarakat yang meninggalkan
pekerjaan pada waktu yang baik lebih besar sedikit (tipis) daripada pada
waktu yang tidak baik.
Friction, structural, Cycles, Seasonal Unemployment
 Pengangguran yang timbul dari pergantian tenaga kerja secara normal –
dari keluar masuknya masyarakat pada angkatan kerja dan dari proses
tercipta dan hilangnya pekerjaan yang berlangsung secara terus menerus,
disebut frictional unemployment. Pengangguran friksional adalah
fenomena yang permanen dan sehat dari perekonomian yang dinamis dan
tumbuh.
 Tidak berakhirnya aliran masyarakat yang masuk dan keluar dari angkatan
kerja, serta proses tercipta dan musnahnya pekerjaan, menciptakan
kebutuhan masyarakat untuk mencari pekerjaan, dan kebutuhan dunia
bisnis untuk mencari pekerja. Selalu ada bisnis dengan jabatan yang tidak
terisi, serta masyarakat yang mencari pekerjaan. Perusahaan tidak selalu
mengangkat orang pertama yang melamar kerja, dan masyarakat
pengangur tidak selalu mengambil pekerjaan pertama yang datang pada
mereka. Di samping itu, baik perusahaan maupun pekerja meluangkan
waktu untuk mencari apa yang mereka percaya akan menjadi yang terbaik
dan paling cocok. Dalam proses pencarian ini masyrakat dapat
mencocokkan keahlian mereka sendiri dan ketertarikannya dengan
pekerjaan yang tersedia dan menemukan pekerjaan yang memuaskan dan
dengan pendapatan yang baik. Sementara masyarakat yang menganggur
ini mencari pekerjaan, mereka secara friksional menganggur.
 Pengangguran yang timbul akibat perubahan dalam teknologi atau
kompuetisi global yang menciptakan kebutuhan akan pekerjaan yang
lebih baik serta lokasi pekerjaan baru di sebut dengan pengangguran
struktual. Pengangguran strutktual biasanya lebih lama daripada
pengangguran friksional karena pekerja biasanya butuh dilatih kembali
dan mungkin pindah untuk menemukan pekerjaan lain.
 Pengangguran struktual sangat menyakitkan terutama pada pekerja
yang tua dimana pilihan terbaik yang tersedia mungkin adalah pensiun
dini atau mengambil pekerjaan dengan skill yang rendah, dan
pekerjaan dengan upah yang lebih rendah. Pada waktu tertentu jumlah
pengangguran struktual cukup rendah. Pada waktu lain, ini bisa
membesar, dan pada waktu tertentu pengangguran struktural dapat
menjadi masalah jangka panjang yang serius.
 Dua sumber struktural lain dari tingginya pengaguran struktural adalah
upah minimal – yaitu upah yang diatur oleh hukum di atas upah
keseimbangan – dan upah efisien – yaitu upah yang ditetapkan oleh
majikan di atas upah keseimbangan. Upah yang diatur di atas
keseimbangan menurunkan jumlah permintaan atas tenaga kerja,
meningkatan jumlah penawaran tenaga kerja dan menciptakan
pengangguran.
 Perusahaan mungkin memilih untuk membayar upah efisien dengan 4
alasan; pertama, ini memungkinkan perusahaan untuk menghadapi aliran
yang kuat dari pekerja baru yang tersedia. Kedua, ini menarik minat pekerja
yang paling produktif. Ketiga, ketakutan kehilangan pekerjaan dengan gaji
yang baik memicu usaha kerja yang lebih besar. Keempat, pekerja
cenderung ingin keluar dari pekerjaan mereka, jadi perusahaan memiliki
tingkat pergantian pekerja yang lebih rendah dan biaya pelatihan dan
rekrutmen yang lebih rendah.
 Perusahaan menyeimbangkan keuntungan ini melawan biaya upah yang
lebih tinggi dan menawarkan tingkat upah yang memaksimumkan laba.
 Pengangguran yang lebih tinggi dari batas normal, yang timbul melalui
siklus bisnis dan pengangguran yang jauh lebih rendah, yang berada pada
puncak siklus bisnis disebut pengangguran siklikal. Pekerja yang di-PHK
karena resesi ekonomi dan yang diangkat beberapa bulan kemudian ketika
ekspansi ekonomi dimulai disebut telah mengalami pengangguran siklikal.
 Pengangguran yang disebabkan oleh perubahan musiman dari penawaran
dan permintaan tenagakerja selama setahun disebut pengangguran
musiman. Seseorang yang bekerja pada musim tertentu akan menjadi
penganggur pada musim lainnya jika keahliannya hanya berlaku pada satu
musim tertentu saja, seperti pemandu ski pada musim dingin akan
menganggur pada musim panas (Mc Eachern, 1997: 137).
 Pengangguran alamiah yaitu pengangguran yang timbul dari pergeseran
normal dan perubahan struktural ketika tidak ada pengangguran siklikal,
yaitu ketika semua pengangguran adalah friksional dan struktural.
 Persentase pengangguran alamiah dari angkatan kerja disebut tingkat
pengangguran alamiah.
 Kondisi full employment didefinisikan sebagai situasi dimana tingkat
pengangguran setara dengan tingkat pengangguran alamiah.
(Parkin, 2010: 112 – 114)
Inflasi dan Pengangguran : Kurva Phillips
 Cara lain dalam mempelajari siklus inflasi mengarah pada
hubungan dan perubahan jangka pendek antara inflasi dan
pengangguran, sebuah hubungan dengan sebutan kurva phillips
(dinamai seperti itu karena pertama diusulkan oleh A. W. Phillips,
seorang ekonom New Zealand).
 Untuk menjelaskan kurva phillips, kita bedakan dua kerangka waktu,
yaitu :
a. The short-run phillips curve
b. The long-run phillips curve
Sumber : Michael Parkin, Macroeconomics 9th (chapter 12 ; 306)
A. The Short-Run Phillips Curve (SRPC)
20
Tingkat Inflasi ( % per tahun)
 Kurva ini menunjukkan
hubungan antara
inflasi dan
pengangguran, dengan
asumsi tidak terdapat
perubahan pada :
1. Tingkat inflasi yang
diharapkan;
2. Tingkat
pengangguran
alamiah.
15
Tingkat
inflasi yang
diharapkan
B
A
10
C
6
5
Tingkat
pengangguran
alamiah
0
3
6
9
SRPC
12
Tingkat pengangguran (% dari labor force)
Short-Run Phillips Curve (SRPC) menunjukkan hubungan antara inflasi
dan pengangguran pada suatu tingkat inflasi yang diharapkan dan
suatu tingkat pengangguran alamiah.
 Dengan tingkat inflasi yang diharapkan sebesar 10 % pertahun dan
tingkat pengangguran alamiah sebesar 6 %, SRPC bersinggungan
pada titik A.
 Pertambahan yang tidak diharapkan pada permintaan agregat
pengangguran yang rendah dan pertambahan tingkat inflasi,
bergerak naik sepanjang kurva ke titik B.
 Penurunan yang tidak diharapkan pada permintaan agregat
pertambahan pengangguran dan tingkat inflasi yang rendah,
bergerak turun sepanjang kurva ke titik C.
B. The Long-Run Phillips Curve (LRPC)
20
Tingkat Inflasi ( % per tahun)
LRPC menunjukkan
hubungan antara inflasi dan
pengangguran ketika
tingkat inflasi aktual sama
dengan tingkat inflasi yang
diharapkan. LRPC
berbentuk vertikal pada
tingkat pengangguran
alamiah.
LRPC
15
A
10
Pengurangan inflasi yang
diharapkan mengubah
SRPC ke bawah
6
D
SRPC 0
SRPC 1
0
3
6
9
12
Tingkat pengangguran (% dari labor force)
Pada pergerakan kurva di atas dapat dijelaskan bahwa :
 Jika tingkat inflasi yang diharapkan sebesar 10 % pertahun, kurva
phillips adalah SRPC0, jika tingkat inflasi yang diharapkan turun
menjadi 6 % pertahun, kurva bergerak turun ke SRPC1. Jarak
vertikal yang ditunjukkan oleh SRPC bergerak turun dari titik A ke
titik D adalah sama untuk mengubah pada tingkat inflasi yang
diharapkan.
 Jika tingkat inflasi aktual juga turun dari 10 % menjadi 6 %, adalah
pergerakan turun LRPC dari titik A ke titik D
 Penambahan pada tingkat inflasi yang diharapkan membuat
pengaruh yang berlawanan seperti yang tersaji dalam kurva.
 Sumber lain yang mengubah kurva phillips adalah perubahan pada
tingkat pengangguran alamiah.
TERIMA KASIH
Sumber:
Dornbusch et. all, 2010, Macroeconomics, Mc Graw Hill
Parkin, 2010, Macroeconomics, Pearson
McEachern, 1997, Macroeconomics, South Western