Labio palato skisis

Download Report

Transcript Labio palato skisis


Labio/plato skisis adalah merupakan
kongenital anomali yang berupa adanya
kelainan bentuk pada struktur wajah.
Palatoskisis adalah adanya celah pada
garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato
pada masa kehamilan 7-12 minggu

Labio palato skisis adalah suatu kelainan
yang dapat terjadi pada daerah mulut,
palatoskisis (subling palatum) dan labio
skisis ( sumbing tulang) untuk menyatu
selama perkembangan embrio.





Kegagalan
fase
embrio
yang
penyebabnya belum diketahui
Fraktur herediter
Genetik : abnormal kromosom (trisomy 13
syndrome), mutasi gen
Lingkungan : teratogen (agen atau factor
yang menimbulka cacat pada masa
embrio :asam folik, antagonis atau anti
kejang)
Perubahan konsentrasi glukortikoid dan
perubahan faktor pertumbuhan epidermal
Pada Labio skisis
 Distoersi pada hidung
 Tampak sebagian atau keduanya
 Adanya celah pada bibir
 Pada bayi terkadang ada gangguan menghisap puting susu
 Gangguan bicara, dapat terjadi karena penurunan fungsi otot akibat
celah akan mempengaruhi bicara, bahkan menghambatnya. Terutama
dalam mengucapkan huruf konsonan
Pada Palati skisis
 Tampak ada celah pada tekak (ovula), palato lunak, dank eras dan atau
foramen incisive.
 Adanya rongga pada hidung
 Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan
jari.
 Kesukaran dalam menghisap asi (bayi) atau makan atau minum pada
anak.
 Gangguan bicara (keterangan = gangguan bicara pada labioskisis).
 Aspirasi
Berdasarkan organ yang terlibat
 Celah di bibir (labioskizis)
 Celah di gusi (gnatoskizis)
 Celah di langit (palatoskizis)
 Celah dapat terjadi lebih dari satu organ
mis = terjadi di bibir dan langit-langit
(labiopalatoskizis)



Unilateral Incomplete  Apabila celah
sumbing terjadi hanya di salah satu sisi
bibir dan tidak memanjang hingga ke
hidung.
Unilateral complete  Apabila celah
sumbing terjadi hanya di salah satu bibir
dan memanjang hingga ke hidung.
Bilateral complete  Apabila celah
sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.










Gangguan bicara
Terjadinya atitis media
Aspirasi
Distress pernafasan
Resiko infeksi saluran nafas
Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
Gangguan pendengaran yang disebabkan
oleh atitis media rekureris sekunder akibat
disfungsi tuba eustachius.
Masalah gigi
Perubahan harga diri dan citra tubuh yang
dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan
paruh
Kesulitan makan
Perawatan Pra-Operasi:
 Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua
terhadap bayi.
 Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang
adequate.
 Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
Operasi
 Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty)
adalah usia 3 bulan.
 Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal
pada usia 18 – 20 bulan
Perawatan Pasca-Operasi
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adequate
 Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
Foto Rontgen
 MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
untuk evaluasi abnormal

1. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur
2. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke
rumah sakit
RIWAYAT KESEHATAN
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah
ibu pernah mengalami trauma pada
kehamilan Trimester I. bagaimana
pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obatobat yang pernah dikonsumsi oleh ibu
dan apakah ibu pernah stress saat hamil.
b)Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji berat/panjang bayi saat lahir,
pola pertumbuhan,
pertambahan/penurunan berat badan,
riwayat otitis media dan infeksi saluran
pernafasan atas.
c)Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan,
labiopalatoskisis dari keluarga, penyakit
sifilis dari orang tua laki-laki.
Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk
mengidentifikasi karakteristik sumbing.
b) Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c) Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
d) Kaji tanda-tanda infeksi
e) Palpasi dengan menggunakan jari
f) Kaji tingkat nyeri pada bayi
Pengkajian Keluarga
a) Observasi infeksi bayi dan keluarga
b) Kaji harga diri / mekanisme kuping dari
orangtua
c) Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang
akan dilakukan
d) Kaji kesiapan orangtua terhadap
pemulangan dan kesanggupan mengatur
perawatan di rumah.
e) Kaji tingkat pengetahuan keluarga
Pra bedah:
 Ansietas
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan keluarga tentang penyakit.
 Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan kelainan anatomis (labiopalatoskizis).
 Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan
menelan.
 Ketidakefektifan
bersihan
jalan
napas
berhubungan dengan penumpukan sekret.
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan refleks menghisap
pada anak tidak adekuat.
Pasca bedah:
 Nyeri
berhubungan dengan insisi
pembedahan.
 Resiko infeksi berhubungan dengan
insisi pembedahan.
 Kerusakan
integritas
kulit
berhubungan
dengan
insisi
pemberdahan
Resiko aspirasi b/d gangguan menelan
NOC:
• Kemampuan kognitif
• Tidak ada konsekuensi imobilitas:
fisiologis
• Status neurologis
 NIC:
• Pencegahan aspirasi

Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b/d penumpukan sekret
NOC:
• Status pernafasan: ekstrim, berat,
sedang, ringan, atau tidak ada
tanggapan
• Perilaku mengontrol gejala
 NIC:
• Pengelolaan jalan nafas
• Suction

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d refleks menghisap pada anak tidak
adekuat

NOC:
• Status gizi: tidak adekuat, ringan,
sedang, kuat, atau adekuat total.
• Asupan makanan: oral, pemberian
makanan lewat slang

NIC:
• Pengelolaan gangguan makanan
• Pengelolaan nutrisi
Nyeri b/d insisi pembedahan
NOC:
• Tingkat kenyamanan
• Perilaku mengendalikan nyeri
• Tingkat nyeri
 NIC:
• Penatalaksanaan nyeri

Resiko infeksi b/d insisi pembedahan
NOC:
• Status imun adekuat
• Pengetahuan pengendalian infeksi
• Pengendalian resiko
 NIC:
• Pemberian imunisasi/vaksinasi
• Pengendalian infeksi

Kerusakan integritas kulit b/d insisi
pemberdahan
NOC:
• Integritas jaringan
• Penyembuhan luka
 NIC:
• Perawatan tempat insisi
• Pengawasan kulit
• Perawatan luka
