SISTEM KEPERCAYAAN MASYARAKAT PRIMITIF

Download Report

Transcript SISTEM KEPERCAYAAN MASYARAKAT PRIMITIF

SISTEM KEPERCAYAAN
MASYARAKAT PRIMITIF
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
DISUSUN OLEH :
Y U N I N DA R A H E N D I N I
R AT NASA R I DW I P R AT I W I
R I Z K A LU F I TA N I N GT YAS
C H O R I NA P U S P I TA D E W I
N I K I TA Y E N YA R I Z K Y
RIZKY AMELIA
K A R I NA R A H M A O KTAV I A N I
T R I WA H Y U N I A M BA RWAT I
134704004
134704008
134704011
134704019
134704048
134704057
134704058
134704088
Pengertian Masyarakat Primitif
• Istilah “primitif” yaitu pra-literate, non-literate, archaic, dan
sebagainya. Dalam artian bahwa sesuatu yang primitif itu sesuatu
yang kuno, sudah ketinggalan zaman, prasejarah. Pengertian
seperti ini kebanyakan dikemukakan oleh para ahli antropologi
pada abad ke-19. Mereka menempatkan manusia primitif pada
skala yang sangat rendah dari perkembangan kebudayaan
manusia kontemporer.
• Bagi Spencer, orang primitif itu rasional. Sekalipun
pengetahuannya sedikit dan lemah, namun pandanganpandangannya masuk akal.
Pengertian Agama atau Sistem Kepercayaan
Masyarakat Primitif
• Agama adalah suatu ketetapan yang dibuat oleh Tuhan Yang
Maha Esa secara mutlak atau tanpa adanya campur tangan siapa
saja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) kata
primitif yaitu keadaan yg sangat sederhana; belum maju (tt
peradaban; terbelakang): kebudayaan.
• Berdasarkan indikasi tertentu yang menunjukkan adanya
karakteristik sebagai manusia primitif, bisa dilihat dari prilaku,
pandangan, ataupun tradisi yang masih primitif sebagai contoh
pada umumnya orang primitif tidak bisa menciptakan elektonik
yang serba canggih, sehingga menganggap itu sebuah benda
yang sangat keramat.
• Banyak kita jumpai sistem ritus, kepercayaan dan etika-etika
manusia primitif misalnya, dinamisme, fetitisme, dan lain-lain
yang dimana kesemuanya itu merupakan nama-nama ilmiah bagi
suatu jenis keagamaan, agama primitif sendiri tidak mengenal
adanaya isme-isme, kecuali orang yang memeluk agama Islam, ia
akan menyebut dirirnya muslim, sedangkan orang primitif tidak
mengenal apakah dirinya animisme, dinamisme atau sebagainya.
• Dalam hal ini manusia primitif adalah sekelompok masyarakat
yang memiliki ciri dan karakteristik yang mempunyai isme-isme,
praktek, dan tradisi tertentu yang dianut dan diyakininya. Seperti
adanya kepercayaan terhadap mahluk-mahluk halus dan
pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang, atau
melakukan ritual tertentu terhadap benda-benda yang dianggap
keramat dan dipercaya memiliki kekuatan gaib.
• Maka dengan adanya hal semacam ini timbulah adanya upacara
bersaji atau sesajen pada masyarakat primitif, seperti halnya
upacara bersaji dimana bersaji ini merupakan suatu keyakinan
dan sudah menjadi doktrin, karena kegiatan ini merupakan
perwujudan dari agama. Yang memiliki fungsi sosial untuk
mengintensifkan solidaritas masyarakat yang ditujukan pada
Dewa melalui adanya korban binatang misalnya, yang dalam hal
ini darahnya disajikan untuk para Dewa, sedangkan dagingnya
untuk kita.
• Dalam hal ini sangat bertentangan dengan ajaran islam karena
mereka meminta pertolongan kepada selain Allah. Namun adatadat semacam ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat
primitif didaerah tersebut, walaupun mempunyai dampak positif
terhadap kehidupan bermasyarakat.
• Setelah melihat uraian diatas dapat dikatakan bahwa
masyarakat primitif berpadangan bahwa dunia dan alam
sekitarnya bukanlah objek sebagai subjek, lain halnya dengan
masyarakat modern memandang dirinya sebagai subjek
sedangkan alam sebagai objeknya. Akibat dari tidak bisanya
membedakan antara subjek dan objek antara manusia dan alam
sektarnya, akhirnya masyarakat primitif memandang sakrala
terhadap sesuatu yang dapat menimbulkan manfaat, kebaikan
dan bencana, sebagai contoh apabila ada yang sakit mereka lebih
mempercayai dukun dari pada dokter.
• Agama-agama primitif meskipun disana sini bersifat sinkretis
(antara dua aliran), pada hakekatnya sangat berbeda-beda
karena telah bercampurnya bebagai unsur
Ciri-ciri Keagamaan atau Sistem Kepercayaan
Masyarakat Primitif
1.Pandangan tentang Alam Semesta
Masyarakat primitif mengangap bahwa alam adalah
sebagai subjek, dalam artian bahwa alam seakan-akan
mempunyai jiwa, makhluk yang berpribadi dan menempatkan
alam sebagai subjek atau “personal”.
2. Mudah mensakralkan objek tertentu
Masyarakat primitif mempunyai ciri yakni mudah
mensakralkan objek tertentu, dalam artian memandang sakral
pada suatu yang menurut mereka mengandung kemanfaatan,
kebaikan, bencana.
3.Sikap Hidup yang Serba Magis
Ciri –ciri masyarakat primitif yakni masyarakat dalam
kehidupnya itu selalu dihubungkan dengan hal-hal “gaib”. Ada
hal-hal tertentu saja yang terjadi, masyarakat primitif langsung
menghubingkannya dengan sesuatu hal yang magis.
4.Hidup Penuh dengan Upacara Keagamaan
Masyarakat primitif itu hidup penuh dengan upacara
keagamaan, sebagai contoh ketika musim panen tiba mereka
menyediakan sesaji-sesaji yang diperuntukan Dewi Sri tersebut
sebagai tanda berterimakasih kepada dewi sri atas keberhasilan
panen misalnya.
Agama atau Sistem Kepercayaan yang Dianut
Masyarakat Primitif
Pada dasarnya agama primitif mempunyai dua asal-usul yaitu :
• Pertama suatu ajaran yang bersumber langsung dari Tuhan yang
berupa wahyu yang kemudian diturunkan kepada manusia, yeng
terbuktu dengan diturunkannya Adam kedunia, namun terjadi
penyelewengan agama oleh para pemeluknya. Sehingga agama
yang pada dasarnya monotheisme menjadi politeisme dan bahkan
animisme. Muka oleh sebab itu Tuhan menurunkan kembali
utusannya guna meluruskan penyelewengan tersebut.
•Kedua agama bersumber pada kajian antropologis, sosiologis,
histories, dan psikologis, karena agama merupakan suatu
fenomena sosial ataupun spiritual yang mengalami evolusi dari
bentuk yang sederhana , biasa disebut dengan agama primitif,
kepada bentuk yang sempurna.
Bentuk-bentuk perkembangan kepercayaan yang dimulai dari
kepercayaan purba hingga mutakhir :
• Kepercayaan pada roh nenek moyang
Kepercayaan pada roh nenek moyang adalah bentuk
kepercayaan masyarakat Indonesia tertua. Kepercayaan ini diduga
mulai muncul ketika masyarakat Indonesia masih mengandalkan
kehidupan berburu, mengumpulkan serta meramu makanan.
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masyarakat
Indonesia dipimpin oleh kepala suku yang dipilih menurut sistem
primus interpares. Kepala suku dipilih karena memiliki keunggulan,
misalkan ahli berburu dan kuat dalam melindungi kelompoknya.
Ketika pemimpin tersebut wafat maka anggota-anggota
masyarakatnya percaya bahwa walaupun sosok pemimpin tersebut
telah mati, roh menggerakan pemimpin suku tersebut akan terus
ada dan tetap melindungi kelompoknya. Oleh karenanya roh atau
jiwa pemimpin tersebut tetap dihormati dan dipuja-puja.
• Animisme
Animisme adalah kelanjutan perubahan secara perlahan
(evolusi) dari kepercayaan kepada roh nenek moyang.
Kepercayaan ini berasal dari perkembangan berfikir manusia
purba dalam memahami sebab-musabab gejala-gejala alam yang
terjadi di sekitarnya seiring dengan perkembangan daya berfikir
manusia purba dalam memikirkan asal usul gejala-gejala alam
seperti hujan, panas, gunung meletus, gempa bumi, tumbuhtumbuhan, angin dan lain sebagainya. Pada masa sekarang
animisme masih sangat melekat dalam kehidupan sebagian
masyarakat Indonesia, baik di kota maupun di desa. Hal ini
disebabkan oleh ketidakmampuan manusia Indonesia sekarang
dalam memahami fenomena alam secara rasional-ilmiah.
Kepercayaan-kepercayaan terebut akhirnya masih bertahan
ditengah-tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.
•Dinamisme
Dinamisme adalah paham atau kepercayaan bahwa pada
benda-benda tertentu baik benda hidup atau mati bahkan juga
benda-benda ciptaan (seperti tombak dan keris) mempunyai
kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci. Benda suci itu
mempunyai sifat yang luar biasa (karena kebaikan atau
keburukannya) sehingga dapat memancarkan pengaruh baik atau
buruk kepada manusia dan dunia sekitarnya. Bagi manusia
yang memiliki suatu benda yang diyakini berkekuataan gaib dan
dianggap suci ini akan dapat dianggap memiliki keunggulan
ataupun keburukan tertentu. Dengan demikian, dinamisme dapat
dikatakan lahir dari kesadaran akan kelemahan manusia yang
kemudian membutuhkan objek lainnya untuk menguatkannya.
•Monoisme
Pada perkembangan kecanggihan berfikir manusia
selanjutnya manusia mulai beranggapan bahwa dewa-dewa yang
bersusun secara hirarkis tersebut pada hakikatnya hanya
merupakan penjelaan satu dewa saja, yaitu dewa tertinggi.
Keyakinan itu kemudian berkembang tentang adanya satu Tuhan
atau Tuhan Yang Maha Esa dan mulai munculah kepercayaankepercayaan yang bersifat monoisme atau monoteisme sebagai
tingkat terakhir dalam evolusi kepercayaan manusia.
•Politeisme
Politeisme ialah mengandung kepercayaan kepada dewadewa. Dewa-dewa dalam politeisme talah mempunyai tugastugas tertentu. Tujuan beragama dalam politeisme bukan hanya
memberi sesajen atau persembahan kepada dewa-dewa itu,
tetapi juga menyembah dan berdoa kepada mereka untuk
menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang bersangkutan.