inovasi teknologi pengendalian ramah lingkungan menuju

Download Report

Transcript inovasi teknologi pengendalian ramah lingkungan menuju

INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN
RAMAH LINGKUNGAN MENUJU
SWASEMBADA KEDELAI
TAHUN 2014
Oleh:
Lutfi Afifah A34070039
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Latar Belakang
Kedelai (G. max)
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi
protein nabati utama bagi 234 juta jiwa
2
Latar Belakang (Lanjutan)
• Produksi kedelai dalam negeri baik melalui perluasan tanam
maupun peningkatan produktivitas belum dapat mengimbangi
kebutuhan  impor dalam volume yang cukup besar.
Tabel 1 Produksi kedelai Nasional tahun 2005 sampai tahun 2010
Jenis
Provinsi
Tanaman
Luas Panen Produktivitas
Tahun
(Ha)
(Ku/Ha)
Produksi(Ton)
Indonesia
Kedelai
2005
621 541
13,01
808 353
Indonesia
Kedelai
2006
580 534
12,88
747 611
Indonesia
Kedelai
2007
459 116
12,91
592 534
Indonesia
Kedelai
2008
590 956
13,13
775 710
Indonesia
Kedelai
2009
722 791
13,48
974 512
Indonesia
Kedelai
2010
661 711
13,72
908 111
Sumber: Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=0)
Latar Belakang (Lanjutan)
• Penurunan produktivitas kedelai Hama dan penyakit
tanaman
• Penggunaan pestisida sintetik menjadi pilihan utama bagi
petani  berdampak negatif baik terhadap lingkungan
umum, pertanian maupun manusia
• Inovasi teknologi pengendalian yang ramah lingkungan
dalam pengendalian OPT Pengendalian berbasis PHT 
mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri dan dapat
mencapai target swasembada kedelai pada tahun 2014.
Rumusan Masalah
• Kebutuhan masyarakat akan konsumsi kedelai dalam
negeri belum dapat tercukupi. Hama yang merupakan
kendala utama pada budidaya tanaman pangan.
•Inovasi berbagai teknologi pengendalian ramah
lingkungan dapat dijadikan sebagai alternatif untuk
mengatasi serangan hama yang efektif, efisien, dan aman
bagi kesehatan manusia.
• Sehingga diharapkan dengan tercukupinya kebutuhan
kedelai dalam negeri akan mempercepat swasembada
kedelai pada tahun 2014 mendatang.
Tujuan
• Menginformasikan berbagai inovasi teknologi
pengendalian ramah lingkungan dalam pengendalian
hama terpadu pada tanaman pangan, khususnya
kedelai di Indonesia sebagai pengendalian alternatif
yang efektif, efisien, dan aman.
Metode Penulisan
Penentuan kerangka berpikir
Penentuan gagasan
Pengumpulan data
Pengolahan dan Analisis Data
Perumusan Solusi
Penarikan Kesimpulan dan Saran
Kerangka Pemikiran
Kedelai sebagai komoditas
pangan penting di Indonesia
Pestisida sintetik
OPT pada tanaman kedelai
Produksi rendah, resistensi dan
resujensi hama, berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan
Inovasi teknologi pengendalian
Ramah lingkungan
Aman, efektif, peningkatan produksi
kedelai menuju swasembada tahun
2014
Serangga arthopoda
111 hama
266 JENIS
serangga
53 non-target
12-14
hama
penting
Terabaikan
Polinator
Detrivora
61 predator
Pengendali
populasi
alami
PHT
41 parasitoid
(Okada et al., 1988)
O. phaseoli
M. dolichostigma
HAMA LALAT PADA KEDELAI
M. sojae
L. indicata
Adoxophyes privatana S. litura
KOMPLEK HAMA DAUN KEDELAI
Chrysodeixis chalcites
N. viridula
P. hybneri
R. linearis
Polong hampa
HAMA POLONG KEDELAI
Pengetahuan dasar PHT:
1.Bioekologi hama dan musuh alami
2.Identifikasi taksonomi
3.Fluktuasi dan dinamika populasi hama dan
musuh alaminya
4.Tanaman inang
5.Daerah penyebaran hama
6.Ambang ekonomi
7.Metoda sampling pola sebaran hama
Komponen teknologi PHT
1. Varietas Tahan
• Penanaman varietas yang toleran hama
• Saat ini penggunaan varietas tahan untuk pengendalian
hama kedelai masih terbatas
• Varietas kerinci --> toleransi baik terhadap kutu kebul
• Pelaksanaan mudah dan murah serta tidak berbahaya
bagi manusia dan lingkungan
2. Insektisida sintesis dan nabati
• Insektisida sidametrin --> O. phaseoli, matador --> hama
daun, deltametrin --> hama penghisap polong
• Insektisida nabati Serbuk biji mimba (SBM)--> O.
phaseoli dan A. glycines
MIMBA
PESTISIDA NABATI RAMAH LINGKUNGAN
Pembuatan Ekstrak Air Biji Mimba
• Kering anginkan biji mimba beserta kulitnya sampai
kering
• Giling sampai halus, kemudian disaring dengan ayakan
0,05 mesh.
• Timbang 25-50 g serbuk biji mimba + 1 l air + 1 ml
alkohol aduk rata, kemudian rendam semalam (12 jam).
• Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain
furing
• Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1
g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa), aduk rata dan
larutan siap disemprotkan.
• Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari,
dengan volume semprot yang memadai 400-600 l air,
tergantung umur tanaman yang akan disemprot
Pembuatan Ekstrak Air Daun Mimba



Blender 50 g daun mimba segar dengan 1 l air + 1 ml alkohol aduk rata,
kemudian rendam semalam (12 jam).
Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain furing
Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5
ml perata (apsa), aduk rata dan larutan siap disemprotkan.
3. Cendawan entomopatogen efektif
• Pemanfaatannya sering menghadapi kendala
• Pada tanaman pangan, keefektifan cendawan biasanya rendah (Hajek
et al. 1990)
•Upaya untuk meningkatkan keefektifan cendawan dapat dilakukan
dengan:
1) melakukan identifikasi jenis hama utama yang akan dikendalikan,
2) mengaplikasikan cendawan entomopatogen pada sore hari dengan
konsentrasi konidia minimal 107/ml,
3) mengulang aplikasi sebanyak tiga kali, dan
4) menambahkan bahan perekat dan bahan pembawa pada suspensi
konidia sebelum diaplikasikan pada hama sasaran.
• Beberapa cendawan entomopatogen --> B. bassiana, M. anisopliae,
A. parasiticus, Paecilomyces, L. lecanii (Prayogo, 2009)
Gambar 1 Telur R. linaris terkolonisasi
cendawan L. lecanii
4. Spodoptera litura nuclear polyhedrosis virus (SlNPV)
Murah – Mudah – Efektif Mengendalikan
Ulat Grayak dan Hama Lain pada Kedelai
Tahap membuat biopestisida SlNPV
1. Kumpulkan ulat grayak ukuran 2-3 cm dari pertanaman
2. Masukkan ke dalam toples plastik diameter 18,5 cm
dan tinggi 12 cm
3. 1 stoples idealnya berisi 100 ekor ulat grayak
4. Ulat tersebut diberi pakan daun kedelai yang sudah
dicelupkan ke dalam larutan
SlNPV JTM 97 C.
5. Biarkan ulat tersebut mati, kemudian ulat dihancurkan dan disaring
6. Semprotkan pada tanaman kedelai yang terserang ulat grayak, jika populasi ulat
grayak mencapai 2 kelompok per 3 rumpun.
7. Aplikasi SlNPV dalam bentuk suspensi cair sama dengan metode yang digunakan
untuk insektisida kimia, yaitu dengan menggunakan alat semprot konvensional
maupun sprayer gendong/knapsack.
Semprotkan pada sore hari
pkl. 15.00 – 16.00.
5. Nematoda entomopatogen efektif
• Genus Steinernema dan Heterohabditis, merupakan agens hayati
yang efektif dan efisien untuk mengendalikan ulat grayak, (lundi)
Holotrichia spp. dan (boleng) Cylas formicarius.
• Di dalam hemokul inang, Ijs melepaskan bakteri simbion yakni
Xenorhabdus sp. untuk Steinemema dan Photorhabdus sp. untuk
Heterorhabditis.
• Toksin yang dihasilkan untuk nematoda dan bakteri kemudian
membunuh inang dalam waktu 24-48 jam setelah infestasi.
Steinernema & Heterorhabditis sp.
Melepas bakteri
Pencarian inang
Infeksi
Inang mati
Juvenil infektif
Berkembang
biak
Stadia dewasa
Keluarnya
Juvenil infektif
Dewasa
2-3
GENERASI
Telur
Reproduksi
(di dalam telur)
Stadia dewasa
6. Tanaman perangkap efektif
No
1
Hama Kedelai
Tanaman Perangkap
Ulat grayak
Kedelai
(S. litura)
Dieng,
varietas
dan
Keterangan
Ngengat ulat grayak lebih tertarik meletakkan telur
galur pada kedua varietas/galur kedelai tersebut
MLG 3023
2
Ulat buah
Jagung
Ngengat ulat buah lebih menyukai rambut jagung
(H. armigera)
sebagai tempat peletakan telur. Selama 3 minggu, maka
perlu menanam 3 varietas jagung yang umurnya berbeda
(genjah, sedang, dan dalam).
3
Pengisap
Sesbania rostrata dan
Polong
Kacang
(R. linearis,
Merak
hijau
Sampai saat ini penggunaan S. rostrata dinilai kurang
var. efektif dan efisien dalam tanaman perangkap
N. viridula,
P. hybneri)
4
Penggerek
Kedelai var. Dieng,
Di
daerah
endemis
penggerek
polong, perlu
polong
Malabar, MLG 3023, dilakukan penanaman tanaman perangkap tersebut 14
(E. zinckenella)
dan Crotalaria spp
hari sebelum tanam kedelai. Luas tanaman perangkap
sekitar 12% dari luas hamparan tanaman utama.
7. Pergiliran tanaman
• Bertujuan --> memutus daur hidup suatu hama
--> populasinya dapat ditekan dengan cara mencegah
tersedianya makanan, tempat untuk hidup dan
berkembang biak
• Syarat untuk pergiliran tanaman yaitu hama bukan
bersifat polifag.
• Sebagai contoh ialah untuk mengendalikan hama lalat
kacang dengan mengganti pertanaman kedelai dengan
tanaman bukan kacang-kacangan.
8. Penentuan waktu tanam serempak
• Dimaksudkan agar tersedianya makanan bagi hama menjadi lebih
pendek dan suatu saat akan menjadi periode tidak ada
pertanaman  perkembangan populasi dapat dihambat.
• Sebagai contoh untuk pengendalian lalat kacang tanam serempak
harus dilakukan dengan selisih waktu tidak lebih dari 10 hari.
9. Sanitasi tanaman polong
• Sanitasi bertujuan untuk menghilangkan sumber serangan, inang
alternatif  pembersihan lahan dari tanaman/ sisa tanaman
terserang, pembersihan pematang, saluran air, gulma, tanaman
inang, semak-semak dan tempat-tempat untuk bertelur.
Pestisida sebagai
kebijakan pokok
perlindungan
tanaman
dalam waktu lama
Lemahnya penelitian
dasar karena
kurangnya
perhatian
LEMAHNYA
PEMANFAATAN
PHT
Pemasyarakatan
yang
terlambat
Minimnya informasi
dan terkesan
ruwet & rumit
PETANI
LEMBAGA
TEKNIS
BERKUMPUL:
Menyampaikan kekurangan &
kelebihan masing2
untuk saling melengkapi dan
hasilnya dikembalikan
utk keperluan masing2
LITBANG
AKADEMISI
PENTINGNYA BERBAGI PERAN DALAM PHT
Kesimpulan

Inovasi pengendalian ramah lingkungan menggunakan
konsep PHT efektif dan efisien mengendalian hama-hama
utama kedelai.
 Pemantauan
jenis, populasi, dan tingkat serangan hama
utama kedelai dan analisis ekosistem serta keputusan
pengendalian dengan insektisida berdasarkan ambang
kendali masing-masing hama sebagai dasar pengaplikasian
insektisida efektif dan efisien menekan tingkat infestasi
hama, efisien mengurangi jumlah pemakaian dan biaya
insektisida.
 Diharapkan dengan adanya penerapan teknologi pengendalian
berbasis PHT dapat meningkatkan produktivitas kedelai di Indonesia
dan target swasembada kedelai pada tahun 2014 akan tercapai.
Saran
• Mengingat besarnya prospek dari teknologi pengendalian
hayati, maka penelitian lanjutan sangat penting dilakukan
dan perlunya memproduksi agens hayati siap pakai.
• Selain itu optimalisasi kemampuan Sumberdaya Manusia
di kalangan peneliti dan petani dalam penggunaaan
Teknologi yang ramah lingkungan mutlak diperlukan
dalam kemajuan pengembangan penelitian tentang
tanaman pangan khususnya kedelai.
•Perlu melakukan eksplorasi agens hayati dari berbagai
pelosok tanah air Indonesia.