Dampak Pemikiran Saussure bagi Linguistik dan Disiplin Lainnya

Download Report

Transcript Dampak Pemikiran Saussure bagi Linguistik dan Disiplin Lainnya

Oleh
Didi Sukyadi
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FPBS UPI
19 Juni 2012
 Mongin-Ferdinand
de Saussure: lahir di
Jenewa tahun 1857.
 Menguasai Bahasa Sansekerta, Latin, Yunani,
Jerman, dan Inggris
 mempelajari linguistik historis komparatif,
kimia, fisika, teologi dan hukum.
 Menerbitkan buku pada usia 21 tahun
 Lulus doktor pada usia 23 tahun
 Meninggal pada usia 56 tahun
Mengajar di Ecole Pratique des Hautes Etudes di Paris
dari tahun 1881-1891
 Memberikan tiga kuliah linguistik umum: Kuliah 1 pada
akhir tahun 1906, Kuliah 2: tahun 1908-9, dan Kuliah 3:
Tahun 1910-11.
 Kuliah 1: terbatas sejarah bahasa;
 Kuliah 2: linguistik sinkronis secara ringkas
 Kuliah 3: seluruhnya untuk teori linguistik sinkronis.
 Belum sempat memublikasikan teori linguistik
sinkronisnya.
 Teorinya diterbitkan setelah meninggal oleh rekannya
Charles Bally dan Albert Sechehaye dengan judul Cours
de linguistique generale

 Diachronic-Synchronic
1)
2)
Penelitian bahasa tidak hanya dapat dilakukan
dengan menyelidiki perubahan bahasa dari satu
rentang waktu ke rentang waktu lainnya seperti
dalam linguistik historis dan Filologi.
Tetapi, bahasa dapat juga diteliti secara sinkronik,
yaitu melihat bahasa sebagaimana adanya saat ini
tanpa memperhatikan apa yang terjadi
sebelumnya
 Langue-Parole
1)
2)
3)
Langue: sistem bahasa yang abstrak yang ada
dalam benak anggota masyarakat bahasa yang
mendasari pembentukan parole.
Parole: bahasa atau ujaran yang dihasilkan secara
individual, ada banyak kesalahan & repetisi
Saussure: kajian linguistik akan mencakupi parole
yang menitikberatkan ujaran individual, dan
langue yang menitikberatkan sistem linguistik
bahasa itu.
 Signifier-Signified
1)
2)
3)
4)
5)
Bahasa tidak menyatukan nama dan objek tetapi
citra bunyi dan konsep
Citra bunyi tidak bersifat fisik seperti bunyi atau
fonem, tetapi psikis
Citra bunyi disebut signifier atau penanda
Konsep disebut signified atau petanda, atau
makna
Signifier terikat dengan signified-nya laksana dua
sisi mata uang yang tak terpisahkan.
 Tanda:
kombinasi antara signifier dan
signified.
 Signifier: kata/ujaran; signified=konsep yang
direpresentasi
 Proses
signifikasi: penetapan sebuah signifier untuk
merepresentasi sebuah signified.
 Nilai tanda: alasan mengapa sebuah tanda
bermakna.
 Tanda bermakna bukan karena kesamaan antara
signifier dan konsep yang diwakilinya
 Tetapi karena tanda yang satu berbeda dengan
tanda lainnya.
 Signifier pohon bermakna bukan karena ada
kesamaan antara bunyi atau tulisan pohon dengan
konsep pohon tetapi karena selain pohon ada
burung, ular, manusia dan tanda lainnya.
 Tanda
bukan bersifat materil atau substansi,
tetapi bersifat relasional formal dengan
tanda lainnya.
 Nama Universitas Pendidikan Indonesia
bermakna bukan karena ada kesamaan
antara nama itu dengan bentuk dan jumlah
gedung atau fakultasnya. UPI bermakna
karena selain UPI ada UM, UNJ, UNP, UNY dan
universitas lainnya.
UPI
UNJ
UM
LPTK BDG
LPTK JKT
LPTK MLG
Arbitrer-Motivated
1) Hubungan antara signifier dan signified bersifat
arbitrer. Artinya: tidak ada alasan apa pun mengapa
tanda SAPI digunakan untuk mewakili sapi, melainkan
karena kebiasaan atau konvensi saja.
2) Selain tanda yang arbitrer, ada pula tanda yang
motivated, yaitu tanda yang memiliki hubungan alami
dengan konsepnya seperti onomatopeia atau
simbolisme bunyi/phonesthemes.
3) Sifat arbitrer atau termotivasi tidak absolut, melainkan
hanya tingkatan saja. Kata dasar lebih arbitrer
daripada kata bentukan. Kata sapu lebih arbitrer
daripada menyapu karena kita mengikuti aturan
peluluhan konsonan /s/ bila bertemu awalan me
Syntagmatic-Paradigmatic
1) Tanda bermakna karena ia berbeda dengan tanda
lainnya seperti dalam minimal pairs: bin-pin, tin-sin,
etc.
2) Relasi yang paling signifikan adalah oposisi, terutama
oposisi biner
3) Salah satu oposisi biner yang penting adalah
sintagmatik-paradigmatik
4) Sintagmatik merupakan hubungan horisontal antara
tanda yang satu dengan tanda lainnya dalam satu teks
tertentu.
5) Hubungan paradigmatik adalah hubungan vertikal
antara tanda yang satu dengan tanda lainnya yang
tidak muncul di dalam teks tetapi merupakan anggota
dari paradigma tertentu.

Vertical / horizontal
P
A
R
A
D
I
G
M
S
NARRATIVE
SYNTAGMS
P
A
R
A
D
I
G
M
S
 Syntagmatic:
hubungan ini dan ini dan ini,
hubungan intratekstual, hubungan in presensia.
 Fernando Torres menjebol gawang lawan
Fernando Torres
menjebol
gawang
lawan
Hubungan antara elemen pembentuk
kalimat di atas adalah hubungan
sintagmatik.
Hubungan Sintagmatik terjadi pada level
signifier dan signified
Hubungan Sintagmatik dalam Folklor/Naratif
Hubungan intertekstual
 Hubungan in absensia
 Hubungan vertikal
 Hubungan ini atau ini atau ini
 Dalam kalimat: ada paradigma nomina, verba,
adverbia, dll.
 Dalam kehidupan:
 Paradigma berpakaian: topi, baju, celana, alas
kaki;
 Paradigma makan: sarapan, makan siang, makan
malam.
 Paradigma ekonomi: kapitalis, sosialis, komunis,
liberalis, syari’ah. Dll)

 Strukturalisme:
 Metode
untuk menganalisis logika struktur
batin daris sebuah produk budaya
 Meyakini adanya logika yang mendasari
elemen atau konfigurasi produk budaya
 Struktur yang tak muncul itu dapat diungkap
atau dimodelkan melalui kajian yang cermat.
 Pemahaman logika ini merupakan langkah
penting dalam memahami sebuah fenomena
 Leonard
Bloomfield: Language (1933)
 Zellig Harris (ahli linguistik struktural, analisis
wacana dan penemu struktur transformasional
dalam bahasa, dan promotor Chomsky),
 Charles Hockett (pengembang linguistik
strukturalis),
 Kenneth Pike (pengembang teori tagmemik dan
pencipta istilah “emic”, pemahaman dan
penjelasan makna bunyi bahasa secara subyektif
dan “etic”, kajian obyektif bunyi bahasa),
 Sapir-Whorf (analisis transformasional), pencetus
Sapir-Whorf hypothesis mengenai hubungan antara
bahasa dan realitas.
Mempengaruhi dan memopulerkan linguistik
 Gagasannya juga mempengaruhi ilmu komputer,
psikologi, filsafat dan politik.
 Mengembangkan tatabahasa generatif, tatabahasa
transformasional, tatabahasa transformasional
leksikalis, teori X-Bar, teori penguasa dan pengikat
(government-binding), teori prinsip dan parameter,
sintaksis minimalis, dan fonologi generatif.
 Di Indonesia: menurut kridalaksana, pikiran Chomsky
muncul lewat buku tatabahasa karangan Samsuri yang
terpengaruh tatabahasa generatif.
 Di ajarakan di Atma Jaya sebagai salah satu mata kuliah
S3

 Roman
Jakobson
 Berpandangan bahwa daripada hanya mendaftar
bunyi bahasa mana yang terjadi dalam sebuah
bahasa, bagaimana bunyi-bunyi itu saling terkait
juga perlu dikaji.
 Unit-unit bahasa dipahami bersifat kontrastif dan
relasional dan hanya dapat dimengerti hanya
dengan mempertimbangkan tempatnya dalam
sistem bahasa
 Diterapkan untuk fonemik, morfologi dan sintaksis.
 Simon
Dik di Belanda, Harimurti Kridalaksana
di Indonesia.
 Fungsi ada 3: Fungsi sintaktis (subyek,
predikat), Fungsi semantis (Agen, penderita,
benefaktor, alat, ddl), Fungsi pragmatik
(topik-komen; tema-rema; foregroundingbackgrounding).
 MAK Halliday: teks, konteks situasi, konteks
budaya, mode, transitivity, dll. Melahirkan
GBA dengan pakarnya di UPI Emi Emilia, PhD
dan Iwa Lukmana, PhD.
Antropologi: Levi-Strauss dengan empat teknik
analisis kajian antropologi.
 Pertama, analisis struktural mengkaji
infrastruktur yang tak disadari dari fenomena
budaya;
 Kedua, strukturalisme menganggap elemen
infrastruktur sebagai relasional, bukan sebagai
entitas yang berdiri sendiri.
 Ketiga, strukturalisme mengintegrasikan elemen
ke dalam sebuah sistem
 Keempat, berusaha menyusun aturan umum yang
dapat menjelaskan pola-pola pengorganisasian
yang mendasari sebuah fenomena.

 Ahli
naratologi juga berusaha menganalisis struktur
dan fungsi sitematis dari naratif dan berusaha
mengisolasi sejumlah aturan yang terbatas untuk
menjelaskan serangkaian naratif yang nyata dan
mungkin terjadi.
 Sejak tahun 1960an, kritikus Perancis Roland
Barthes dan beberapa ahli naratologi lainnya
memopulerkan naratologi termasuk miotos yang
kemudian menjadi salah satu metode analisis yang
penting di Amerika.
 Figur penting: Roland Barthes, Vladimir Propp,
Greimans
Semua ceritera dapat dibagi ke dalam enam aktan,
yaitu:
 Subyek (misalnya Pangeran), yaitu apa yang ingin atau
tidak ingin digabung dengan yang lain,
 Obyek, (misalnya putri yang diselamatkan),
 Pengirim (misalnya Raja), yaitu apa yang mendorong
terjadinya suatu tindakan,
 Penerima (misalnya Raja, Pangeran atau Putri), yang
memperoleh keuntungan atau bantuan,
 Penolong (misalnya pedang sakti, kuda atau keberanian
pangeran) yang membantu tercapainya suatu tugas atau
tindakan, dan
 Lawan (misalnya penyihir, naga, Pangeran yang pingsan,
teror, atau siluman) yang mengalami sebuah tindakan
atau misi.

Sebuah Topi: tua, pitanya sudah pudar, sobek, amat
berdebu, ada bercak
What does it mean?:
Bagi Watson – Nothing
Bagi Sherlock Holmes – pemiliknya seorang intelek, makin
kurang sejahtera, istrinya tak lagi mencintainya,
sendirian, tak punya gas untuk masak atau pemanas
 Kesimpulan (signified) Holmes ditarik berdasarkan
signifiers yang ada di dalam topi
 Garbologis: Meneliti sampah untuk mengenali gaya
hidup dan kebiasaan masyarakat yang menghasilkannya.
Genre musik: klasik, rock n roll, blues, jazz, country,
pop, keroncong, dangdut, tarling, campursari, dll.
 Setiap jenis musik merupakan signifiers; emosi, kesan,
atau keyakinan yang ditimbulkan musik itu merupakan
signifieds
 Misalnya: Musik klasik: bisa mempercepat tumbuhnya
tanaman, daging sapinya makin enak, bayi dalam
kandungan makin aktif, siswa belajar makin mudah,
sementara dangdut mengajak kita bergoyang. Musik
sedih digunakan saat pemakaman atau bencana,
sementara musik pengirim piala dunia Ricky Martin dan
Waka-Waka Shakira sangat dinamis.














Setiap jenis film adalah signfiers: Emosi, kesan, dan perasaan yang
ditimbulkannya adalah signifieds
Tata cara penggunaan kamera:
close up,
keintiman
medium shot,
hubungan personal
long shot,
hubungan publik
full shot
Hubungan sosial
Pan down (kamera mengarah ke bawah),
kekuatan/otoritas
pan up (kamera mengarah ke atas),
kecil/lemah
dolly in (kamera bergerak ke dalam),
obserbvasi/fokus
fade in (gambar muncul di layar kosong),
awal
fade out (gambar di layar menghilang),
akhir
cut (peralihan dari satu gambar ke gambar lainnya), peralihan
wipe
kesimpulan yang dipaksakan
 Dipelopori
oleh Julia Kristeva: Tak ada teks
yang berdiri sendiri:
 Contoh: karya ilmiah, syair lagu, novel, film,
puisi, nama orang, model rumah, fashion,
tari, aliran seni rupa, dll.
 Kode: sistem atau aturan yang melatari
pemaknaan sebuah signifiers: kode etik, tata
tertib, sopan santun, adat istiadat, dress
code, dlll.
 Motivated
Signs/Tanda non arbitrer/Ikonis
(1) Onomatopeia
(2) Simbolisme bunyi
(3) Diagram
(4) metafora
 Ikonisitas
jumlah
 Ikonistas kedekatan
 Tubuh
manusia (Ia tulang punggung keluarga)
 Hewan (ular berkepala dua)
 Kesehatan dan sakit (pikiran yang sakit)
 Tumbuhan (Penjualan mobil tumbuh pesat)
 Bangunan (Keuangannya berantakan)
 Mesin (ia menghasilkan buku setiap tahun)
 Permainan (ia seorang politisi kelas berat)