No Slide Title

Download Report

Transcript No Slide Title

Om Swastyastu
Pokok-Pokok Materi Kuliah
Kapita Selekta Studi Kebudayaan
Semester VII Pedalangan ISI Dps
Prof. DR. I Nyoman Sedana, MA.
ASIA Fellow 2005, Research Fellow ARI NUS 2007/8,
IIAS Affiliated Fellow, Leiden, Netherlands 2011
1
Kapita Selekta Studi Kebudayaan di ISI
Daftar ISI
1.
Pengertian dan Latar Belakang Kapita Selekta Manifestasi [Studi]
Kebudayaan
2.
Antropologi Ragawi Vs Antropologi Budaya
3.
Munculnya Kebudayaan: mahluk yang bergantung pada jaringan-jaringan
makna yang ditenunnya sendiri
4.
Ilmu Pendekatan yang Relevan: Semiologi
5.
Lebih dari 179 Definisi Kebudayaan
6.
Masalah dan Identitas Budaya
7.
Manifestasi Kebudayaan: Relegi dan Seni
8.
Budaya Tumbuh Hidup seperti Manusia
9.
Seni Muka Budaya (Budaya/Lingkungan dlm Seni)
10. Komparasi Dasar-Dasar Kebudayaan: di antara Perspectif Kuntjaraningrat,
Psikoanalis, Marxist, dan perspectif Hindu
11. Gerak Kebudayaan
12. Era Ketegangan Universal
13. Transformasi Budaya
14. Interpretasi Budaya Bali Masa Kini: Ekspektasi Budaya, Budaya
2
Pendidikan, dan Budaya Pariwisata
Pengertian Kapita Selekta Manifestasi [Studi] Kebudayaan
•
•
•
Kapita paling dekat dgn kata kapital=modal pokok, pusat,
sentral, besar, dan utama.
Selekta paling dekat dgn kata seleksi=pemilihan,
penyaringan.
Padanan dgn program studi Barat: Cultural Studies
Kapita Selekta Manifestasi [Studi]
Kebudayaan adalah studi mengenai
gejala dan peristiwa budaya mayoritas
yang secara selektif dan komparatif lebih
signifikan
3
Latar Belakang Kapita Selekta Manifestasi [Studi] Kebudayaan
•
•
•
•
Tahun 1980an dibawah Menlu Mochtar Kusuma Atmaja Deplomasi
politik Indonesia di luar negeri selalu mendapat tekanan dari D K PBB,
gara-gara merekruit Tim-tim.
Piagam kerjasama Deplu & Lembaga Riset Kebudayaan LIPI No.
023/P4LN/BLVII/1982 membentuk tim ahli budaya yang menghimpun
gejala dan peristiwa budaya nasional Indonesia untuk tujuan Deplomasi
Kebudayaan di luar negeri.
Karena luasnya kebinekaan budaya nusantara, tidak semua peristiwa
budaya dapat dihimpun. Yang berhasil dibukukan thn 1984 oleh Prof.
Fuad Hassan dkk. hanya menyerupai suatu Kapita Selekta dari Manifestasi
Kebudayaan. Ini hanya bahan baku untuk diseleksi sesuai dengan
kebutuhan lapangan dan bukan cara untuk melaksanakan deplomasi
budaya tsb.
Untuk sistematisnya dikelompokkan ke dalam empat bidang yang masingmasing dikaji dari segi konsep, sosialisasi, dan wujud fisiknya:
1. Spiritual, fisiknya tempat/benda suci
2. Bahasa dan Kesusastraan, lontar/buku
3. Kesenian plus, karya seni
4
4. Sejarah dan ilmu Pengetahuan, buku-buku
Hasil Deplomasi Budaya Masa Kini:
SOFT POWER DIPLOMACY
Usai pentas tgl 21 Maret 2010 untuk kunjungan DPR RI
Komisi III (Pak Aziz Syamsuddin) di KBRI New Delhi, Bapak
Dubes Andi Moh. Galib (memangku Dalang Cilik Bali yang
masih berpakaian Baris) menilai peran kami sebagai
“pelaksana Soft Power Diplomacy”. Prof. Sedana berdiri di
5
belakang istri Pak Dubes
Mencari Akar Budaya dlm Desa Pakraman
untuk SOFT POWER DIPLOMACY
6
Crucial Role of Culture
As a connector between different countries, regions,
peoples, cultures and religions;
A source of enjoyment and enrichment of human life
providing historic perspective, identity and appreciation
of diversity;
A bridge towards stimulating mutual understanding,
tolerance and interest;
A bridge to stimulate inter-cultural and inter-religious
dialogue;
Etc.
By Hubert Gijzen, Director and Representative UNESCO Office, Jakarta
7
Crucial Role of Culture
The notion of a borderless world (topos), a fast-paced world
(chronos) and congested mindsets of a populous world close to seven
billion (logos) exposes life and cultures to a variety of opportunities
and threats.
Culture as mode of adaptation, ground for identity, and rendition
of creative lifestyle is constantly subjected to transformation,
revitalization, and numerous issues and problems.
Among many, the first core issue relates to a state of cultural
paradox that induces conflicting ideologies and values, as well as
clash of civilizations.
Secondly, cultural degradation ranging from identity crisis, moral
decadence to the lack of creative ingenuity also poses itself as a
challenge.
Thirdly, cultural anomaly comes in place, shaping social alienation,
disintegration and dehumanization.
8
TRI KAYA PARISUDHA:
MORALITY AND ETHICS IN NEW GLOBAL CULTURE
The basic relation between the universe, mankind and
culture is normally constructed in such an energetic,
symbiotic and harmonious rhythm for the attainment of
comprehensive and sustainable living.
Often by exploiting nature, mankind develops and
embraces technology, science, economy, politics, religion,
ideology, law and culture as mean to strengthen its
existence as well as to maintain integrity, order and
livelihood.
The revolution of information and communication
technologies, economic exploitation, and self-centered
political hegemony has deconstructed the symbiotic and
harmonious plain of life, particularly in an increasingly
9
borderless world.
The notion of a borderless world (topos), a fast-paced
world (chronos) and congested mindsets of a populous
world close to seven billion (logos) exposes life and
cultures to a variety of opportunities and threats.
Culture as mode of adaptation, ground for identity, and
rendition of creative lifestyle is constantly subjected to
transformation, revitalization, and numerous issues and
problems.
Among many, the first core issue relates to a state of
cultural paradox that induces conflicting ideologies and
values, as well as clash of civilizations.
Secondly, cultural degradation ranging from identity
crisis, moral decadence to the lack of creative ingenuity
also poses itself as a challenge.
Thirdly, cultural anomaly comes in place, shaping social
10
alienation, disintegration and dehumanization.
These major issues infiltrate the micro-realm (personal
level, microcosm), the meso-realm (ethnic and national
level), and the macro-realm (universal and global level), to
which renders an increasingly visible phenomenon of
disharmony, disintegration and disequilibrium.
This arising opportunities influenced by this globalized
world phenomenon has paved the path for cross-national
and intercultural communication, to which augments
creativity; cross-cultural inventiveness hastening
technological, economical and cultural added value.
Historical and cultural findings across nations show
that the dynamism of glocalization (globalism and
localism) imparts promising outcomes. For instance, the
archaeological, historical and cultural heritage in Bali
delineates that the processes of cultural assimilation,
symbiosis and acculturation have enriched the Bali as11 the
meeting-point of Indian and Chinese Culture.
PANCA KRAMANING PRAJA
(KONSEP SISTEM KEPEMIMPINAN 5 P
TURAH KUSUMA WARDANA)
12
PANCA KRAMANING PRAJA /Five Traditional
Institutions:
Para = telunjuk
Puri = jari tengah
Pura = jari manis
Purana = kelingking
ParaEmpu-an = ibu jari
Siwanataraja: 2 + 5 bersatu menghasilkan produk seni
Lima menang lawan 1
Satu menang lawan 4
Empat menang lawan 5
13
Maknai Panca Kramaning Praja dgn etos kerja
Kalimahosada = kali maha usada
Kabenengan = kelurusan = kebetulan
Jalan menuju SUKSES tidak selalu mulus: Ada
TIKUNGAN yang bernama KEGAGALAN, ada
PEREMPATAN bernama KEBINGUNGAN, ada
TANJAKAN bernama TANTANGAN, ada LAMPU
MERAH bernama HALANGAN, ada LAMPU KUNING
bernama PELUANG. Engkau akan mengalami ban
kempes dan pecah, itulah hidup namanya. Tetapi kalau
kau membawa BAN SEREP bermerek TEKAD, MESIN
bermerek TEKUN, ASURANSI bernama SABAR,
PENGEMUDI bernama TUHAN, maka samapailah kau
14
di daerah yang disebut SUKSES.
Bhineka Tunggal Ika VS Boneka Peninggalan Nica
0
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
3
Melayani dgn senyum adalah ibadah
Pendidikan Investasi Masa Depan
Bangun identitas nasional dengan belajar cerdas
Kebersihan adalah bagian dari iman
Karakter yang sehat adalah harta kekayaan
terbesar yang kita miliki
Jika anda mengakui sbg warga negara Indonesia,
jadilah tuan di negeri sendiri
Niatkan belajar dan bekerja sebagai ibadah
Cendekia mandiri bernurani
Kejujuran adalah mata uang yang berlaku
dimanapun
15
Sifat-Sifat Budaya:
Shared = cara hidup yang dipakai bersama
Adaptif = dapat disesuaikan
Flexible = lunak
Integratif = bersinergi
Combinable = dpat digabungkan
Learnable and required learning = dapat/perlu dipelajari
Demanding = mengharuskan/memaksa
Super organic and Changeable = bagian utama dan dapat
dirubah
16
Hakikat kebudayaan pada dasarnya:
Heritage = warisan
Non Biology = tidak menyangkut biologi
Filling the basic need of individual and community =
mengisi kebutuhan pokok pribadi dan masyarakat
Governing the need of personal and collective = mengatur
kebutuhan pribadi maupun kolektif
Fluctuating perception according to the recent condition =
persepsi yang labil sesuai kebutuhan terakhir
Balancing individual and group, just. = menyeimbangkan
pribadi fn klompok.
17
Konsep-konsep Perubahan Kebudayaan meliputi:
Proses internalisasi,
Sosialisasi, Collaborasi
Enkulturasi, Evolusi, Defusi, Akulturasi, Asimilasi, Inovasi,
Invensi
18
Integrasi Kebudayaan:
Pola Kebudayaan, interconnected pattern,
Fungsi Bdy: guna keris, manfaat keris, nilai keris
Fokus Bdy: Art in Bali, Technology in the West
Orientasi Bdy: tujuan cita-cita spt ajeg Bali
Etos/spirit/jiwa Bdy: attempting to be the best
19
These Bhineka
20
Sekilas mengenai:
Antropologi ragawi dan budaya
Bagaimana kebudayaan muncul
Ilmu-ilmu Pendekatan yang relevan
Lebih dari 179 definisi kebudayaan
Masalah dan identitas budaya
21
Antropologi
Ragawi, biologi, psikologi = Dpt
menjelaskan persamaanya: tumbuh,
berubah, berkembang (manusia dari 1
jenis, Homo Sapiens).
Budaya, sosio-kultural
Tidak dapat menjelaskan perbedaan
orang.
Kalau betul manusia dari 1 jenis,
mengapa struktur dan muatan budayanya
tidak sama?
Hanya dengan mempelajari alat mentransformasikan dirinya
(mekanisme, struktur/ekologi, sarana2 di luar diri manusia) dapat
diketahui alasan perbedaan keyakinan, nilai, prilaku dan bentuk sosial
antara klompok yang satu dengan yang lain. Perbedaan dari masa ke
masa adalah alasan terbaik untuk mendukung adanya sosiokultural (VS
Psikologi = kesamaan orang2).
Fatwa Antro: Manusia itu satu, budayanya beraneka ragam.
Mekanisme, struktur/ekologi, sarana2 di luar diri manusia yang
membuatnya berbeda itulah disebut budaya oleh para Antropolog.
22
Dari Gilbert Ryle’s Thick
Max Weber: Manusia
Description (twitch VS
sebagai soekor binatang
wink): menuju Geertz’s
yang bergantung pada
Interpretation of Culture
jaringan-jaringan
makna yang ditenunnya
Jaringan-jaringan
sendiri
makna produk manusia
SEMIOLOGY/
SEMIOTIC
Clifford Geertz: Jaringan makna tsb = Kebudayaan.
Konsep Kebudayaan pada hakikatnya merupakan
sebuah konsep semiotis. Hasil analisisnya tidak
merupakan ilmu eksperimental yang mencari hukum,
melainkan sebuah ilmu INTERPRETATIF untuk
mencari makna
23
Semiology is a
science of signs that
manifest into:
Symbol: convention
Icon: similarity
Index: connection
Kebudayaan
sbg jaringan
makna yang
berakumulasi
dlm bentuk
tanda-tanda
CULTURE
?!?
Segitiga
konsentris
NATURE
INTERPRETATION
Semiotic
SIGNIFIER
Menghasilkan berbagai
definisi kebudayaan
SIGNIFIED
24
Ferdinand de Soussure, Swiss linguist: Semiology is a science of signs.
Charles Pierce , C.S. “Logic as Semiotic: The Theory of Signs” The Phylosophy
of Pierce. Justus Buchler. New York: Routledge and Kegan, 1940: 114.
•
Index is a sign that represents its object by actually being connected with
it or affected by it in some ways.
•
Icon is a sign that represents its object by resembling it [similarity]
•
A symbol is a sign that represents its object by virtue of an arbitrary
association or connection [convention].
Menghasilkan berbagai
definisi kebudayaan
25
Diantara 179 definisi kebudayaan
• Prof. Koentjaraningrat: Keseluruhan gagasan dan karya
manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.
• Kluckholn & Kroeber: The essential core of culture consists of
traditionally selected ideas and especially their attached values.
(Cultutre: A Critical Review of Concepts and Definitions. NY,
1952: 257).
• Arnold: Culture ought to be the study of perfection, consisting
in an inward condition of the mind and spirit, not an outward
set of circumstances (Culture and Anarchy. Cambridge, 1960:
48).
26
• Y. de la Briere: A set of material, intellectual and moral values
and conditions which make it possible and even easy for the
human community to expand and develop harmoniously
(Etudes, Paris, 1940).
• Dr. Murdowo: Kultur itu mengenai nilai kehamonisan, moral,
etik, dan estetik yangtelah dicapai oleh suatu bangsa (“Arti
Kata Kebudayaan” Perwata PPK, 1955: 32).
• Prof. Dr. I Nyoman Sedana: Yang boleh disebut kebudayaan
hanyalah produk Budi yang mengarah pada kemajuan adab
dan lango. Ini berlawanan arah dengan produk Angkara
(angkaradaya), yang menuju arah biadab. Kebudayaan Bali
kurang tepat diberi definisi sebagai pertumpang tindihan nilai
yang sukar dikontrol sebagai bola api, karena definisi ini tidak
mampu membedakannya dengan kebudayaan etnis-etnis lain
27
di dunia.
• Mark Hobart (SOAS): Kebudayaan is a site of struggle
•
Ingat Polemik Kebudayaan th 1960an: strategi Kebudayaan Indonesia
• STA cendrung westernisasi “Win the battle”
• Sanusi Pane dan Purbotjoroko cendrung bertahan atahu beranjak dari
akar budaya entis nusantara “be who you are”
28
Masalah dan identitas kita lewat kebudayaan
• Masalah pokok kebudayaan: MH, MK, MW, MA, MM yang menentukan
orientasi nilai budaya
•
Masalah budaya dasar: Manusia dan cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan,
pandangan hidup, tanggungjawab dan pengabdiannya, kegelisahan dan harapan.
Yang diharapkan dari kebudayaan adalah kemanusiaan yang sejati,
kebebasan batin (bukan perbudakan), pelaksanaan kewajiban dan hak
(kesewenang-wenangan), persaudaraan, kemakmuran, kebenaran,
keindahan, keadilan, kebaikan, keselarasan.
29
Budaya/Lingkungan dlm Seni
The face of a culture is the art,
• because it simultaneously reflects and integrates the way how
the people respond and value their life, work, time, nature, and
other persons. Balinese arts deal with whollistic human’s
experience in love, aesthetic, sadness, fairness, way of life,
responsibility/dedication/devotion, anxiety, and expectation.
• Masalah lingkungan sos-bud cendrung terrefleksi lewat seni:
Manusia dan cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan,
pandangan hidup, tanggungjawab dan pengabdiannya,
kegelisahan dan harapan:
30
Lontar (kini buku) Siwagama: Para Dewa menjadi
seniman untuk menetralisir para setan butha yang
nyaris menghancurkan dunia.
Para setan butha kala memasuki jiwa mahluk hidup
hingga mengancam keselamatan dunia.
Kerusuhan tidak dilenyapkan dengan “pendekatan
keamanan” melainkan Purwaning Kalangwan
(ultimate accomplishment of the aesthetic
experience).
Kini seni masih banyak digelar sbg ritual, ceremonial,
dan entertainment.
31
Lontar Usana Bali: Gamelan, Baris dan Rejang
sebagai dasar tari putra dan putri di Bali.
Seni merekam, memformulasikan, mengaktifkan dan
mengajarkan sejarah, dibumbui dengan mitos,
dikemas dengan konsep estetis, digelar dengan
metode artistik, dgn motif takwa, ritual, hiburan,
komersial.
32
2. Manifestasi kebudayaan
Dari unsur relegi
Dari unsur kesenian: wayang
33
Manifestasi Kebudayaan:
Prof. Koentjaraningrat
Ide: tatwa/filsafat,
norma, konsep,
gagasan, aturan,
paradigma.
Kebudayaan Fisik
Sistem Sosial
Sistem
Budaya
Bentuk Aktivitas:
upacara/ritual,
transaksi, festival.
Penampilan Fisik:
arsitektur, sastra,
makanan, bahasa,
peralatan, pakaian,
karya seni.
Pada berbagai etnis:
Bali, Toraja,
Minahasa, Minang,
Badui, Dayak, dst.
34
Unsur-unsur Kebudayaan:
Peradaban
Kebudayaan Fisik
Sistem Sosial
Adat:
sistem nilai,
norma,
hukum
Sistem
Budaya
35
My own Cultural Perspective
BUDAYA TUMBUH HIDUP SPT MANUSIA
rasa
Science
logic
Arts
economy
Architecture
Architecture
Language
Architecture
economy
Technology
36
MENYEIMBANGKAN
OTAK KIRI & OTAK KANAN
OTAK KIRI
Kepekaan terhadap
pengenalan bentuk/
pola, sensori persepsi &
kemampuan
mengklasifikasikan
sesuatu atau menandai
berbagai kesamaan/
perbedaan di sekitarnya
ROTI
OTAK KANAN
Kepekaan terhadap seni
dan keindahan
Kepedulian, empati dan
toleransi terhadap
makhluk lain
Kemampuan
mengimajinasikan
kehidupan di masa
datang
37
38
39
3. Dasar-dasar kebudayaan:
Dari perspectif Kuntjaraningrat
Dari perspectif Psikoanalis
Dari perspectif Marxist
Dari perspectif Hindu
40
Wujud Kebudayaan dari
unsur Relegi
Tatwa/filsafat:
PancaSrada/Sila,
Yantra
Mudra
Mantra
Tatwa
Kepercayaan,
norma, gagasan,
aturan.
Susila/Etika: tata
perkawinan,
kematian, kelahiran,
sembahhyang
Upacara/ritual:
tempat suci,
peralatan (pakaian,
makanan) karya
seni, sarana
(bangunan,
arsitektur, patung).
41
Psikoanalisa:
Alam bawah sadar mengorganisir Kebudayaan
The Origin and the existence of the Unconscious (Psycho-analytic Theory)
• Sigmund Freud: Psychological history begins in childhood
experiences in the family.
• Human psyche consists of [conscious-unconscious], [super egoego-id] and is gendered.
• The unconscious comes into being when we young through the
repression of the unhappy psychological events (repressed
wounds, fears, unresolved conflicts, and guilty desires).
• The repression does not eliminate our painful experiences and
emotions; rather it gives them force by making them the
ORGANIZER of our current experience: we unconsciously
behave in ways that will allow us to “play out,” without
admitting it to ourselves, our conflicted feelings about the painful
experiences and emotions we repress.
• Thus, the unconscious is not a passive reservoir, but a dynamic
entity that engages us at the deepest level of our being.
42
Marxist: Dasar semua kebudayaan adalah ekonomi
Fundamental Premises of Marxism
•
•
•
•
•
•
•
•
The economy structures human society.
If a theory does not foreground the economic realities, then it misunderstands
human culture.
Getting and keeping economic power is the motive behind all social and
political activities, including education, philosophy, religion, government, arts,
science, technology, etc.
Thus, economy is the base upon which the super structure of
social/political/ideological realities is built.
The economic power therefore always includes social and political power as
well, which is why many Marxists today refer to socioeconomic class, rather
than economic class, when talking about class structure.
(Economic conditions = material circumstances) generates
(social/political/ideological atmosphere = historical situation).
Nether human events nor human productions can be understood without
understanding the specific material/historical circumstances in which those
events and productions occur.
Socioeconomic class divides people in ways that are much more significant
than do differences in religion, gender, race, and ethnicity: bourgeoisie VS
proletariat.
43
In Marxist’s
perspective:
The base of any culture is economy, which
structures ideology and politic
3 groups of people
Ideology/Pol/Ag
Dominant
Economy
Emergence
Resedual
44
4. Diversitas paradigma kebudayaan
Dr. I Nyoman Sedana: Theatrical approach
to the Established Cultural Paradigms.
Pendekatan Teatrikal terhadap paradigma
umum Kebudayaan
Jabarannya:
Kajian Konsep-Konsep Kebudayaan dari
Perspectif Teori Seni Pertunjukan
45
Unsur-unsur Kebudayaan
terpisah VS integratif dlm
kesenian:
Kebudayaan Fisik
Sistem Sosial
Sistem
Budaya
46
Social drama
Works “in the world”
Aesthetic drama
Works “on consciousness”
visible
consequential
staging
actual
hidden
staging
consequential
virtual
47
Manifestasi Kebudayaan
dari unsur kesenian:
Theatre
Script
Drama
48
Manifestasi Kebudayaan dari sub unsur wayang kulit:
49
Dalang sebagai jembatan alam sekala dengan niskala
By performing
the wayang
ritualistic
theatre, dalang
communicates
with the gods in
the spiritual
realm to
transform the
ordinary water
of material
realm into the
holy water of the
sacred space for
the human
purification in
the profane
space
Dlm ritual religious Sapuhleger
Tirta
Nawa
Ratna
Air biasa
50
Domain Jagat
Seni,
khususnya
Pewayangan
HIBURAN
TEATER
UPACARA
SENI, ILMU
HUMANISME
Kepercayaan
Filsafat:
saytam siwam
sundaram
51
Prof. Koentjaraningrat: sistem nilai melandasi sosial budaya dan budaya
fisik
Sigmund Freud : Alam bawah sadar mengorganisir kebudayaan
C. Marx: Dasar semua kebudayaan adalah ekonomi
Seni pertunjukan melahirkan diversitas
paradigma kebudayaan
52
Kosmos
Performance
Theory
Daily life
Theatre
Script
Drama
53
Manifestasi budaya dalam Pewayangan
Dalang
Puppeteer
54
Balinese Creative tradition
(Kawi Dalang)
Dalang
Puppeteer
Creativity in Plot: Transformation from narration to
P
dialogue;
Selecting, Constructing, Creating Plot.
Creativity in Presentation: Selecting and naming character,
place, and Wanda, Constructing and manipulating puppet,
setting scene, Jokes/Social Criticism, Pun, Creating poetry,
Creative response to any circumstances, expected or not.
55
Kreativitas Seni Seorang Dalang
1. Membangun plot lakon untuk satu pertunjukkan,
2. Menyeleksi dan memilih karakter-karakter dramatik
3. Memberi nama dan tempat
4. Memilih/menyeleksi lakon
5. Membuat dan menggerakkan wayang
6. Memilih wanda
7. Menciptakan lakon,
8. Menyusun humor dan kritrik Sosial.
9. Menciptakan poisi (Ngawi kakawin)
10. Mentransformation narasi kedalam dialog
11. Penyusunan dan permainan kata-kata dan retorik
12. Menciptakan respons kreatif terhadap segala
kemungkinan situasi.
56
Gerak Kebudayaan
Kebudayaan digerakkan oleh dua daya yang
bertentangan:
Preservatif
Sejarah,Sistem kepercayaan
Receiver, inferior
Terjerat dlm kondisi stagant
(Cultural alienation) Penyanjungan
thd asing idikasi lemahnya
ketahanan budaya masy
bersangkutan
History: Kebudayaan sbg
nostalgia belaka tanpa
“built-in resistance”
Progresif
Ilmu, Tekno, Bhs, Seni,
Transmitter, superior
Euthanasia,Cloning,
weapons of massdestrcution
Historycity:
Pengembangan budaya
dlm rentang waktu
masalalu-kini-masadepan.
57
Ketegangan Universal (The Global Trap, The 20:80 Society)
Era Ketegangan Universal
Lokal, pribadi, pemerataan
Tradisi, spiritual
Structure, Construction,
romanticism,
Stylistic, individual
Objective Criticism
Built-in-Resistance yang
dipaksakan penguasa
Etnologi
Perluasan pengetahuan
Global, klompok, kualitas
Modern, material
Post-Structure,
Deconstruction, realism
Realistic, universal
Pragmatic Criticism
Demokrasi, reformasi
liberal
Science-based, technologydriven elite group
Kemampuan utk
mencerna
Re-evaluasi & Transformasi nilai
58
Transformasi Budaya
Interaksi dgn pengaruh eksternal
Interpretasi
Imaginasi
Budaya
I
Kreativitas: adaptasi & inovasi
Integrasi dgn Kearifan lokal
Budaya
II
Restrukturisasi, Deviasi, Elaborasi, Difersi
59
Proto-type of Chinese ornament (Patra Cina) in Bali?
60
Syncretism in Decorative Ornaments
IMPORTED CULTURE:
Patra Cina (Chinese) features
connecting flowers in the upper,
innermost, and lower part
Patra Mesir (Egypt)
features strait, parallel,
geometric, and cross lines
NATIVE CULTURE:
Patra Punggel (Bali)
in the right and left
perimeters.
61
Cultural Interpretation in contemporary Bali
Interpretasi Kebudayan
dlm Seminar
Persepsi saya thd budaya
dgn landasan Hinduism
Definisi Kebuyaan Bali:
pertumpang tindihan nilainilai. Chaos yang terus
mewarnai sejarah
Ada klasifikasi Budi,
Manah, Ahamkara atau
Super-ego, Ego, dan Id
(Satwam, Rajah, Tamah)
Kebudayaan = Bola api
yang menggelinting tanpa
kontrol
Produk yang bisa
dikontrol manusia dgn
mengaktifkan professional
code of ethics.
Saya: Jangan sampai Chaos. Harus dibedakan antara
produk budi dengan ahamkara. Budaya VS. Angkaradaya.
Produk budi pasti menuju kemajuan adab dan lango yang
layak disebut budaya. Produk ahamkara cendrung egois,
62
selfist, animalistic, dan arogant.
Cultural Improvement should consider
and integrate:
Local
Tradition
Global
Innovation
NO: History: Kebudayaan sbg nostalgia belaka tanpa
“internal resilience/endurance”
VS
YES: Historycity: Cultural Study must treat the culture as
an evolution of improving civilization from the past present
and the future. Studi Kebudayaan memandang budaya
sebagai evolusi peradaban dlm rentang waktu masalalukini-masadepan.
63
Kebudayaan dari unsur pendidikan
Campus as the centre of cultural improvement
Dalam tataran fisik:
Gedung, Kampus, Civitas akademika
Dalam tataran Sosial:
Kegiatan pembelajaran yang diperani
oleh seluruh anggota sivitas akademika institusi ybs.
Dalam tataran Sistem:
Kurikulum, OTK, Statuta,
Kepmen, UU, PP, Kepres, dan UUD.
64
Budaya dlm tataran sistem: Kurikulum
Content-based
MKDU, MKDK, MKK
Competent-based
Learning to know, to do, to
live together and to be
Purna
Pragmatis
Instrumental
MKK
MKDK
MKDU
65
Budaya dlm tataran sistem: Kurikulum
Content-based
Competent-based
MKDU, MKDK, MKK
Learning to know, to do, to
live together and to be
M Pengembangan Kepribadian
M Kehidupan Bersama
M Keahlian Berkarya &
M Prilaku Berkarya
M Keilmuan&
Ketrampilan
Learning Learning
to know to do
Learning Learning
to be
to live
66
Kondisi budaya masa Pancaroba dlm 25 th terakhir:
Hamengkubuono X: Ada 5 kecendrungan dlm perjalanan budaya masa
Pancaroba:
Materialisasi/kebendaan, teknologi informatika mengeksloitasi hasrat, ambisi,
dan nafsu konsumsi.
formalistik (bukan lagi hubungan manusiawi, melainkan hubungan atas dasar
jabatan),
manipulasi,
fragmentasi/individualisasi,
militeristik (serba seragam dan kekerasan), justru bukan menghasilkan
patriotisme, kedisipilnan, dan ketanguhan mental militer.
Visi Reformasi:
Terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang terbuka dan memiliki builin mehcanism yang mengoreksi diri sendiri terhadap penyimpangan.
Tercapainya manusia sehat yang mempunyai integritas biopisikocultural MIE-Q
(Mental, Intelligence, Emotional Quotience).
Wahana Reformasi: Adanya interaksi sosial yang kondusif mewujudkan
CART-Q (mutual Care, mutual Respect, and mutual Trust )
67
Model Ideal Interaksi Kebudayaan dan Industri
Pariwisata & Kerajinan serta dampaknya bagi orang
Bali (oleh Wayan Geriya)
Partisipasi
aktif
Mengem
bangkan
Menunjang
Orang
Bali
Kepuasan
Batin
Kebudaya
an
Revitalisasi
Kepuasan Material
Industri
Parwisata
&
Kerajinan
68
Tempo interaktif 6 September 2010
Gara-gara tak diizinkan menikah, enam perempuan bersaudara di
Madinah [30th], Arab Saudi, nekat menggugat ayahnya ke
pengadilan.
Di Kuwait, anggota parlemen negara kaya minyak itu baru-baru ini
mengusulkan agar pemerintah memberikan bantuan kepada laki-laki
warga Kuwait yang ingin memiliki istri kedua.
"Usulan itu bertujuan menyelesaikan masalah perempuan yang tak
menikah dan menggalakkan janda, duda, serta perempuan membentuk
keluarga baru," kata anggota parlemen independen Syiah, Faisal alDuwaisan.
Sebelumnya, negara teluk ini mengabulkan memberikan bantuan
kepada laki-laki Kuwait yang baru pertama menikah berupa uang
4.000 dinar. Tapi Duwaisan ingin pemerintah juga memberikan paket
bantuan tambahan untuk laki-laki yang ingin beristri dua.
69
Sifat Kebudayaan
• Shared
• Adaptif
• Flexible
• Integratif
• Combinable
• Learnable and required learning
• Demanding: Adat dan hukum
• Super organik budaya ada di luar individu
• Changable
70
Hakikat Kebudayaan:
•
•
•
•
Heritage, Non Biology
Filling the basic need of individual and community
Governing the need of personal and collective
Fluctuating perception according to the recent
condition
• Balancing individual and group, just.
71
Integrasi Kebudayaan:
Pola Kebudayaan, interconnected pattern
Fungsi Bdy: guna keris, manfaat keris, nilai keris
Fokus Bdy: di Bali keseniannya
Orientasi Bdy: tujuan cita-cita spt ajeg Bali
Etos/spirit/jiwa Bdy: attempting to be the best
72
Perubahan Kebudayaan:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Proses internalisasi
Sosialisasi
Enkulturasi
Evolusi
Defusi
Akulturasi
Asimilasi
Inovasi
Invensi
Collaborasi
73
PERBEDAAN SISTEM NILAI
Asia
Orientasi Kekuasaan
Interaksi Sosial bersifat
komunal
Basis organisasi keluarga
Alam semesta sebagai
bagian hidup
Eropah
Orientasi kerja
Hubungan sosial bersifat
individu
Basis organisasi klompok2
sosial yang serupa
Alam semesta sbg objek
manusia
74
75