4. Distribusi Air Limbah

Download Report

Transcript 4. Distribusi Air Limbah

DISTRIBUSI AIR LIMBAH
KOTA BANDUNG
KONDISI EXISTING
KONDISI PEMBUANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK
DI KOTA BANDUNG
Buangan Domestik
Perpipaan
Tangki Septik
IPAL
Sungai
PRASARANA PENANGANAN AIR LIMBAH
(TERPUSAT)
Saluran Lama : 164 Km
SALURAN AIR LIMBAH
Saluran Air Kotor
BUDP : 304 Km
Saluran Baru PDAM 26,5 Km
PUMPING STATION
INSTALASI
PENGOLAHAN
2 Unit
Sistem Stabilization Ponds
Luas Area = 85 ha
Q mak
= 240.000 m3
Q rata-rata = 80.000 m3 / hari
Q aktual
= 40.000 m3 / hari
Jaringan air limbah untuk melayani
pengelolaan dan pengolahan air limbah di Kota
Bandung adalah








Saluran air limbah lama yang dibangun pada zaman Belanda sepanjang 14
km
Saluran tercampur yang berfungsi untuk menyalurkan air limbah dan air
hujan
Septik Tank dengan jumlah ±200.000 buah
Saluran air limbah sepanjang 176 km dengan bangunan lengkap untuk
melayani 460.000 jiwa
Saluran air limbah sepanjang 128 km dengan bangunan lengkap untuk
melayani 421.000 jiwa
Pumping Station sebanyak 2 unit terletak di Jl. Jakarta dan Jl. Cijaura Hilir
Instalasi pengolahan air limbah dengan Kolam Stabilisasi seluas 85 Ha
yang terletak di Kecamatan Bojongsoang, untuk areal pelayanan Bandung
Timur dan Tengah Selatan
Jaringan perpipaan Bandung di bagian Barat yang mengalirkan air limbah
menuju perpipaan ke IPAL Bojongsoang
AREAL PELAYANAN AIR LIMBAH
O U TFALL C ITEPU S
IN H O FTAN K
(Sudah tidak berfungsi)
IPAL BO JO N G SO AN G
SISTEM SAMBUNGAN AIR LIMBAH
DI KOTA BANDUNG
A. Sambungan Langsung
( 22,59% )
C. Sambungan IC
( 36,86% )
B. Sambungan Interceptor
( 40,53% )
CAKUPAN PELAYANAN AIR KOTOR
DI KOTA BANDUNG

Cakupan Pelayanan Air Kotor Kota
Bandung 58 %

Jumlah sambungan 98.685 sambungan
PERMASALAHAN











Permasalahan jaringan air limbah di antaranya adalah:
Kurang memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada
Masih adanya informal sewer di daerah area sewer yang belum menyambung ke pipa
yang sudah disediakan sebagai jaringan utama. Di samping itu juga masih rendahnya
kapasitas air yang masuk ke Instalasi Pengolahan Bojongsoang.
Operasi pemeliharaan yang kurang memadai
Kurangnya tenaga operasional pemeliharaan rutin maupun berkala.
Kurangnya peralatan yang memadai dalam melakukan pemeliharaan.
Pemeliharaan pada sistem on-site pada umumnya dilakukan oleh masyarakat
pemakan dengan beberapa bantuan teknis dari DPU dan penyuluhan rutin yang
dilakukan Dinas Kesehatan.
Kurangnya fasilitas jamban umum dan pribadi di wilayah Kabupaten Bandung.
Belum adanya instansi khusus yang menangani sistem pembuangan air limbah.
Pemilikan atau penyewaan tanah mempersulit penempatan sarana on-site sistem.
Keterbatasan kapasitas pipa pembawa utama air buangan.
Beberapa faktor yang dijadikan
pertimbangan untuk menentukan
lokasi IPAL yaitu:






Ketersediaan lahan yang memadai
Jarak terhadap badan air penerima
Ketersediaan sarana jalan dan listrik
Berada jauh dari pemukiman penduduk
Lokasi yang apabila ditinjau dari topografinya
memungkinkan untuk pengaliran secara gravitasi.
Tata ruang kota
KONSEP PENGEMBANGAN
PETA PENGEMBANGAN PELAYANAN
AIR LIMBAH KOTA BANDUNG
KONSEP OPTIMALISASI IPAL BOJONGSOANG
Area Pelayanan
Timur :
40.000 m3/hari
Area Pelayanan
Barat :
23.000 m3/hari
Area Pelayanan
Ujung Berung
(optional)
IPAL BOJONGSOANG
NO
PARAMETER
KOLAM / PROSES
SATUAN
Anaerobik
Fakultatif
Maturasi
1
Debit
80.835
80.835
80.835
m3/hari
2
Beban Volumetrik
275
300
-
gr.BOD/m3/hari
3
BOD Influent
360
144
50
mg/L
4
Total
11.640
-
gr.BOD/m3/hari
Beban 20.100
Organik
5
Detention Time
2
5-7
3
Hari
6
Kedalaman Kolam
4
2
1,5
M
7
Luas Area
4,04
29,8
32,5
Ha
8
Temperatur
22,5
22,5
22,5
oC
9
BOD effluent
144
50
30
mg/L
10
Fecal Coli
108
-
5.000
mpn/ 100ml
Kesimpulan






Sistem pengolahan sistem di Bojongsoang Pengolahan Fisik dan Pengolahan Biologi
dengan unit pengolahan terdiri dari Instalasi yang merupakan tempat pengolahan
fisik dan Kolam Stabilisasi yang merupakan tempat pengolahan biologi.
Proses Fisik pada Instalasi meliputi : a. Pemisahan sampah besar/kasar; b.
Pemisahan sampah halus; c. Pemisahan pasir.
Proses Biologi pada kolam Stabilisasi meliputi beberapa tahap, antara lain: a. Proses
Anaerob; b. Proses Fakultatif; c. Proses Penyempurnaan (Maturasi).
Kebijakan pengolahan air limbah di Bandung untuk jangka pendek lebih ditekankan
pada pengoptimalan sistem yang sudah ada.
Sistem pengelolaan air limbah yang sudah diterapkan di Kota Bandung sebenarnya
cukup baik, hanya saja banyak sekali kekurangan-kekurangan yang sebenarnya bisa
diperbaiki agar pemakaian kapasitas penanganan air limbah yang telah disediakan
bisa digunakan dengan sebaik-baiknya
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk dapat melayani daerah-daerah yang
belum terjangkau ialah menambah panjang saluran jaringan utama ke daerah-daerah,
untuk pengaliran air limbah, sehingga kapasitas maksimum intalasi bisa terpakai
sepenuhnya, atau dengan melakukan pembenahan pada daerah-daerah yang belum
secara penuh terlayani pembuangan air limbahnya agar bisa segera terlayani
Saran


Perlu adanya peninjauan ulang kebijakan
pengolahan air di Bandung agar pengolahan air
limbah di Bandung dapat berjalan dengan baik.
Perlu adanya penambahan panjang saluran
jaringan utama ke daerah-daerah, untuk
pengaliran air limbah, sehingga kapasitas
maksimum intalasi bisa terpakai sepenuhnya,
atau dengan melakukan pembenahan pada
daerah-daerah yang belum secara penuh
terlayani pembuangan air limbahnya agar bisa
segera terlayani.