Transcript DIURETIK

KELOMPOK 2:
FADLUNMINALLAH
FANI NOVITA
DEFINISI
 Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan
meningkatnya aliran urine atau golongan obat
yang sifatnya meningkatkan produksi air
kencing, yang digunakan sebagai terapi pada
penderita tekanan darah tinggi disebut
DIURETIK.
KLASIFIKASI DIURETIK
Klasifikasi diuretik dibagi menjadi 5 yaitu:
 Diuretik osmosis
 Diuretik golongan penghambat enzim karbonik
anhidrase.
 Diuretik golongan tiazid
 Diuretik kuat
 Diuretik hemat kalium.
Lanjutan…
1. Diuretik osmotik
 Contoh obatnya: manitol, sorbitol, gliserin, urea, dan
isosorbid.
 Mekanisme kerja terletak di 3 daerah:
- Tubuli proksima: Diuretik osmotik ini bekerja pada
tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorbsi
natrium dan melalui daya osmotiknya.
- Ansa henle: diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle
dengan cara menghambat reabsobsi natrium dan air oleh
karena itu hipertosinitas daerah modula menurun.
- Duktus koligentes: diuretik osmotik ini bekerja pada
duktus koligentes dengan cara menghambat reabsorsi
natrium dan air akibat adanya papillary wash out
kecepatan aliran filtat yang tinggi atau adanya faktor lain.
 indikasi: meningkatkan volume urin, mencegah
reabsorbsi air di nefron, penurunan tekanan
intrakranial dan intraokular.
 Efek samping: hiponatremia, gagal jantung
kongestif, adema paru, sakit kepala, mual muntah,
dehidrasi, dan hipernatremia.
 Dosis: manitol = 500 – 1000 ml larutan 10% atau
250- 500 ml larutan manitol 20% sesuai indikasi.
 aturan pakai: tidak diabsorbsi bila diberikan
peroral, obat ini hanya dapat diberikan secara
parenteral ( intra vena).
 contoh obat dipasaran golongan manitol
adalah: osmofundin.
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik
anhidrase.
Contoh obat : asetazolamid, diklorofenamid, dan
meatzolamid.
Mekanisme kerja:
diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase
ditubuli proksimal sehingga disamping karbonat juga
Na+ dan k+ diekresikan lebih banyak bersama dengan
air.
khasiat diuretiknya lemah, setelah beberapa hari
terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara
selang selang (intermittens),. Diuretik ini bekerja pada
tubuli proksimal, dengan cara menghamabat
reabsorbsi bikarbonat.
 indikasi: glukoma,kegagalan jantung kongesif dan
udem.
 efek samping: asidosis metabolik ( ringan),
penurunan kalium, pembentukan batu ginjal,
mengantuk dan parentesia mungkin terjadi.
 dosis:
untuk asetazolamid : dosis oral yang sering
digunakan 1-4 kali/ hari adalah 250 mg.
Untuk diklorfenamid: dosis oral yang sering
digunakan 1-4 kali /hari adalah 50 mg.
 aturan pakai: asetazolamid diberikan peroral
setiap hari
 kontraindikasi:penghambat karbonik anhidrase
harus dihindari pada penderita sirosis hepatis.
 contoh obat dipasaran golongan
asetazolamid adalah diamox.
3. Diuretik golongan tiazid
 contoh obat: klorotiazid, hidroklorotiazid,
hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid,
benztiazid, siklotiazid, metiklofiazid, klortalidon,
kuinetazon dan indapamid.
 mekanisme kerjanya: diuretik golongan tiazid ini
bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara
menghambat reabsorbi natrium klorida.
efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih
lama (6-48 jam) dan terutama digunakan dalam terapi
pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung
(dekompensatio cardis)
 penggolongan obat tiazid
1. Bendroflazid / bendroflometazid

indikasi: edama dan hipertensi
 kontra indikasi: hipokalemia yang refaktur,
hiponatremia, hiperkalsemia, gangguan ginjal,
dan hati yang berat, hipernitremia yang
simptomatik penyakit adison.
 bentuk sedian obat = tablet.
 dosis:
edema: dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang
sehari pada pagi hari, dosis pemeliharaan 5-10
mg 1-3 kali seminggu.
hipertensi: 2,5 mg pada pagi hari.
 efek samping: hipotensi postural, gangguan saluran
cerna yang ringan, impotensi (reversible bila obat
dihentikan), hipokalemia, hipomagnesemia,
hiponatremia, hiperkalsemia, dan peningkatan kadar
kolesterol plasma, jarang terjadi ruam kulit,
fotosensitivitas gangguan darah (termasuk
neutrophenia dan trombositopenia, bila diberikan
pada masa kehamilan akhir). Pankreatitis kolestatis
intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas
 peringatan: dapat menyebabkan hipokalemia,
memperburuk diabetes dan piral, mungkin memperburuk
SLE ( eritema lupus sistemik) usia lanjut, kehamilan, dan
menyusui akhir, gangguan hati dan ginjal yang berat,
porfiria.
 contoh obat dipasar golongan bendroflazid: corzide
 golongan tiazid ini adalah golongan diuretik yang
paling sering digunakan.
2. chlortalidone.
 Indikasi: edema,hipertensi, diabetes insipidus.
 Peringatan, kontra indikasi, dan efek samping
lihat pada bendrofluazid.
 Dosis:
edema: dosis awal 50 mg pada pagi hari, atau 100200 mg selang hari, kurangi utuk pemeliharaan
jika mungkin.
Hipertensi: 25 mg, jika perlu ditingkatkan sampai 50
mg pada pagi hari.
 bentuk sediaan obat adalah tablet
 Contoh obat dipasaran golongan
chlortalidone adalah hygroton, tenoret 50, dan
tenoretic
3. Hidroklorotiazid
 Indikasi: edema dan hipertensi.
 Peringatan, kontraindikasidan efek samping lihat
pada bendrofluazid
 Dosis:
Edema: dosis awal 12,5 – 25 mg, kurangi untuk
pemeliharaan jika mungkin, untuk pasien dengan
edema yang berat dosis awal 75 mg sehari.
Hipertensi: dosis awal 12,5 mg sehari, jika perlu
ditingkatkan sampai 25 mg pada pagi hari.
 bentuk sediaan obat: tablet
4. Diuretik kuat.
 contoh obat: bumetanid, asam etakrinat, furosenid
dan torsenid.
Mekanisme kerja:
Diuretik ini menghambat reabsorbsi nacl secara
selektif dibagian ansa henle, bagian asendens, karena
kapasitas absorbsi nacl besar disegmen ini dan fakta
bahwa diuretik tidak dibatasi oleh adanya asidosis
seperti penghambat karbonik anhidrase.
Diuretik ini merupakan diuretik yang tersedia paling
efektif.
 indikasi: edema paru akut, keadaan edema lain, dan
hiperkalsemia akut.
 penggolongan obat diuretik kuat:
* furosemide.
 Indikasi: edema pada jantung, dan hipertensi.
 Kontraindikasi: gangguan ginjal dan hati yang berat.
 Bentuk sediaan obat: tablet, injeksi dan infus.
 Dosis:
- oral: dewasa: 20-40 mh pada pagi hari, anak: 1-3
mg/kgbb.
- injeksi: dewasa: dosis awal 20- 50 mg I.m, anak: 0,5-1,5
mg/kg sampai dosis maksimal sehari 20 mg.
- Infus i.v : disesuaikan dengan keadaan pasien.
 Efek samping: gangguan saluran cerna dan kadang-
kadang reaksi alergi seperti ruam kulit.
 Peringatan: dapat menyebabkan hipokalemia dan
hiponatremia, kehamilan dan menyusui,
gangguanhati dan ginjal, memperburuk diabetes
melitus, perbesaran prostat, porfiria.
 Contoh obat dipasaran golongan furosemide
adalah lasik dan odemase.
 Golongan tiazid ini merupakan obat gologan
diuretik yang paling sering digunakan.
5. Diuretik hemat kalium.
 contoh obatnya: amilorid hcl dan spironolakton
 mekanisme kerjanya:
obat-obat ini bekerja ditubulus renalis rektus
untuk menghambat reabsorbsi Na+, sekresi K+
dan sekresi K+.
 indikasi: hipertensi.
Penggolongan obat diuretik hemat kalium:
1. amilorid hcl.
 Indikasi: edema, hipertensi, konservasi kalium
dengan kalium.
 Kontra indikasi: gangguan ginjal dan
hiperkalamia.
 Bentuk sediaan: tablet
 Dosis:
Tunggal: dosis awal 10 mg sehari/ 5 mg dua kali sehari
maksimal 20 mg sehari.
Kombinasi dengan diuretik lain: 5- 10 mg sehari.
 efek samping: gangguan saluran xcerna, dan kadangkadang reaksi alergi seperti ruam kulit, bingung,
hiponatrema.
 Contoh obat dipasaran golongan amilorid hcl
adalah amiloride, puritrid dan lorinid.
2. spironolakton.
 Indikasi: edema, dan hipertensi
 Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalamia,
hipernatremia, dan penyakit adison.
 Bentuk sediaan obat: tablet
 Dosis:
dewasa: 100-200 mg sehari, jika perlu ditingkatkan
sampai 400 mg.
Anak: dosis awal 3 mg/kg dalam dosis terbagi.
 Efek samping: gangguan saluran cerna, dan kadang-
kadang reaksi alergi seperti ruam kulit, sakit kepala,
bingung, hiponatremia, hiperkalemia,
hepatotoksisitas, dan impotensi.
 Contoh obat dipasaran golongan spironolakton
adalah: spirolactone, letonal sotacor dan carpiaton.
Didalam obat- obat diuretik terdapat dua istilah
penting yaitu:
a. Diuresis
yaitu: menandakan adanya peningkatan volume
urine
b. Natriuresis
yaitu: menandakan adanya peningkatan natrium
ginjal.
Daftar pustaka.
 gery sehmitz, hans cepper, michael heidrich, 2009,




farmakolgi dan toksitologi, edisi III,penerbit buku
kedokteran EGC, Hal 359-381: jakarta.
bertram G, katzung, 1995, farmakologi dasar dan klinik,
edisi VI, Penerbit buku kedokteran EGC, Hal 245-263:
jakarta.
Mary j, mycek, richard A, hervey, pamela c, champe, 1995,
farmakologi dan ulasan bergambar, edisi II,penerbit, widya
medika, hal 226-238 : jakarta.
anonim, 2000, informatorium obat nasional indonesia,
2000, hal 47-74,89-90, departemen kesehatan RI,jakarta.
Dipiro, josep t,1997 pharmacotheraphy phathophysiologic
approach, appleton and lange, 185-214.
TERIMENG
GEUNASEH 