Arah Kebijakan Pengembangan Riset Gunung Merapi

Download Report

Transcript Arah Kebijakan Pengembangan Riset Gunung Merapi

REKOMENDASI PENGEMBALIAN MATA PENCAHARIAN
(“LIVELIHOOD RECOVERY”) AKIBAT BENCANA MERAPI
Achmad Kasiyani
Dewan Riset Daerah D.I. Yogyakarta
PENDAHULUAN




Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa letusan G.Merapi telah
menghancurkan mata pencaharian, kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat yang bermukim di lereng Merapi
Akibat erupsi sumber mata pencaharian utama penduduk telah hilang
(loss) dan atau rusak (damage) sehingga menimbulkan kerugian yang
tidak sedikit bagi mereka.
Kerusakan adalah dampak langsung dari erupsi seperti terpapar awan
panas, lava pijar dan atau lahar dingin yang menyebabkan asset yang
dimiliki hilang (seperti tanaman rusak berat/mati, ternak mati,
kandang dan peralatan rusak/hancur hingga tidak lagi dapat
dimanfaatkan/ difungsikan kembali.
Kerugian adalah dampak tidak langsung dari erupsi seperti
menurunnya pendapatan masyarakat, akibat dari tanaman tidak lagi
bisa berbuah, produktivitas tanaman dan ternak ( termasuk produksi
susu dan peningkatan berat sapi) menurun, produksi susu yang hilang
karena sapi terlantar, dan mutu hasil pertanian menurun karena
tertutup oleh abu vulkanik.
MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI BIDANG PERTANIAN
Usahatani tanaman pangan dan hortikultura


Mata pencaharian utama usahatani tanaman pangan masyarakat di
kawasan erupsi didominasi oleh pembudidaya tanaman hortikultura
antara lain kebun salak, usahatani campuran kebun pisang, alpukat,
nangka, usahatani aneka sayuran dan buah buahan semusim serta
tanaman hias.
Perkiraan kerugian dan kerusakan penduduk yang berusahatani di
bidang tanaman pangan dan hortikultura mencapai Rp.
222,741,012,098 ( lebih duaratus dua puluh dua milyar)
LANJUTAN
Budidaya peternakan



Mata pencaharaian utama pembudidaya peternakan masyarakat di
kawasan erupsi didominasi oleh pemeliharaan sapi perah, kemudian
diikuti oleh sapi potong dan kambing . Pembudidaya sapi perah
dikawasan tersebut merupakan 85 – 90 % dari total pembudidaya sapi
perah di DI Yogyakarta.
Dari 6.000 - 7.000 ekor sapi perah di DI Yogyakarta 5.800 – 6.500
ekor berada di kawasan lereng Merapi. 4.100 ekor berada di kawasan
yang terkena bencana erupsi Merapi.
Perkiraan kerugian dan kerusakan penduduk yang berusahatani di
pembudidayaan peternakan akibat bencana Merapi mencapai Rp.
51.555.625.000 ( lebih dari 51 milyar)
Usahatani perkebunan dan kehutanan (agroforestry)

pekebun tanaman kopi yang dicampur dengan beberapa jenis tanaman
kehutanan cepat tumbuh
KONDISI LAHAN PASCA ERUPSI



Lahan adalah lingkungan fisik ruangan permukaan bumi yang terdiri
dari iklim (unsur pembentuk cuaca dan iklim), relief, tanah, air dan
vegetasi serta benda buatan manusia
Tanah adalah ruangan di permukaan bumi sebagai tempat yang
kesehariannya dipergunakan untuk seluruh aktivitas manusia
Di lapangan terlihat hamparan lahan yang tampak terbuka tanpa
vegetasi atau bangunan lain . Vegetasi yang sebelumnya tumbuh diatas
lahan , telah mati atau hancur akibat paparan awan panas dan
material erupsi lain .
LANJUTAN





Terjadi kerusakan fisik lahan akibat erupsi G. Merapi. Selain terjadi
kerusakan tanaman (semusim dan tahunan), ternak dan ikan mati.
Telah terjadi kerusakan pada iklim mikro dan makro akibat terbukanya
lahan tanpa penutup vegetasi, sehingga akan sangat berpengaruh
untuk pengembangan budidaya pertanian, dan berkurangnya sumber
air
Laju aliran permukaan meningkat, akibatnya aliran air permukaan tak
terkendali, bahaya erosi meningkat
sehingga menyebabkan banjir
dimana mana dalam bentuk banjir lahar dingin.
Lahan dengan tingkat kemiringan landai, agak curam sampai dengan
sangat curam, ditambah semua permukaan telah terbuka, akan
mempercepat penurunan kualitas kesuburan lahan yang telah
terbentuk sebelumnya.
Curah hujan yang cukup tinggi di kawasan bencana mempercepat
proses pemiskinan potensi kesuburan tanah
KONDISI PERTANIAN PASCA ERUPSI






Jenis tanaman yang memiliki umbi seperti keladi (yang bisa dimakan) dan
tanaman yang berbonggol seperti pisang mampu bertahan hidup dan telah
bertunas kembali. Meskipun batang telah rusak namun karena memiliki
cadangan makanan yang disimpan di dalam umbi atau bonggolnya.
Jenis tanaman lain yang tahan terhadap paparan awan panas adalah jenis
yang memiliki rhizoma seperti ganyong, garut dan jenis empon empon
seperti kunyit, temulawak dllnya.
Jenis tanaman berikutnya yang cukup tahan pula ialah tanaman rumput
untuk pakan ternak seperti rumput gajah. Meskipun batang dan daun
terpapar awan panas, namun akar stolonnya yang berada didalam tanah
masih mampu menumbuhkan tunas baru
Tanaman tahunan yang memiliki kemampuan (daya) tunas tinggi, tahan
pangkas, bila batangnya tidak tercerabut dari tanah , pangkal batangnya
masih mampu menumbuhkan tunas baru (nangka, apokat, kopi dan kakao)
Paparan awan panas telah mematikan hewan peliharaan baik berupa sapi
perah, sapi potong, ( > 4.200 ekor) kambing (lebih dari 800 ekor), ikan
didalam kolam
DAMPAK ERUPSI MERAPI TERHADAP MATAPENCAHARIAN
PENDUDUK




Kawasan Rawan Bencana (KRB) III bertambah luas hingga mencapai
15 km ke arah Sungai Gendol diikuti dengan 300 m disisi kanan dan
kiri bantaran sungai. Penduduk yang harus tinggal di hunian sementara
sebanyak 2.613 KK.
Apabila rekomendasi Kawasan Rawan Bencana dari BPPTK di jalankan
perlu merelokasi penduduk KRB III baru yang jumlahnya tidak sedikit.
Prasarana dan sarana dasar pertanian banyak yang mengalami
kerusakan. Tertimbunnya sawah dan ladang oleh material erupsi yang
berasal dari awan panas atau banjir lahar dingin. Mendangkalnya
sungai sumber air irigasi serta saluran primer atau sekunder
Produksi pertanian tahun 2011 diprakirakan akan menurun terutama
komoditi padi
REKOMENDASI PENGEMBALIAN MATA PENCAHARAIAN
PENDUDUK (“LIVELIHOOD RECOVERY”)
Pengembalian mata pencaharian kelompok pekebun
 Tanaman mati . Dilakukan pemberian bantuan bibit dan sarana
produksi lain seperti pupuk organik, obat tanaman
 Tanaman rusak. Dilakukan pemberian bantuan peralatan untuk
pemengkasan dan sarana produksi berupa pupuk dan obat tanaman
Pengembalian mata pencaharian kelompok usaha campuran
(agroforestry)
 Pemberian bibit tanaman pohon kehutanan yang cepat tumbuh yang
multiguna
 Memetakan ruang wilayah tertutup yang hanya ditumbuhi pepohonan
(cagar alam), daerah penyangga air tanah dan daerah pemanfaatan
lahan terbatas.
 Gerakan konservasi lahan (penanaman pohon, pengembangan usaha
konservasi, pembuatan bangunan konservasi, usaha pertanian
berkelanjutan)

LANJUTAN
Pengembalian mata pencaharian kelompok usahatani tanaman pangan
 Perbaikan prasarana dan sarana dasar produksi pertanian
 Penanaman kembali/ulang
 Untuk kegiatan diatas diperlukan bantuan modal kerja untuk
pembelian sarana produksi pertanian (bibit, pupuk dan obat tanaman
serta peralatan)
 Pelatihan ketrampilan pengolahan hasil untuk lebih meningkatkan
manfaat produk.
Pengembalian mata pencaharian kelompok peternak
 Perbaikan prasarana produksi peternakan (kandang dan perlengkapan
perkandangan )
 Pengadaan bibit ternak (sapi perah, potong dan kambing)
 Pemberian bantuan modal kerja peternakan untuk pembelian bibit,
pakan, pelayanan kesehatan hewan
PENGEMBALIAN KONDISI LINGKUNGAN



Upaya pemulihan mata pencaharian penduduk tidak boleh berjalan
sendiri, tetapi secara bersamaan harus diikuti oleh upaya perbaikan
dan pengembalian kondisi lingkungan serta perbaikan lingkungan
usaha budidaya.
Tindakan ini perlu dilakukan agar fungsi lingkungan dapat hidup
kembali. Lereng Merapi sebagai tempat usaha tapi sekaligus sebagai
kawasan penyangga air, sebagai pengendali iklim makro di kawasan
Yogyakarta maupun pengendali iklim mikro untuk usaha pertanian,
perkebunan, perikanan dan kehutanan setempat.
Pendekatan kegiatan pertanian yang disarankan adalah “ sistem
usahatani konservasi “.
LANJUTAN
SISTEM USAHATANI KONSERVASI
 Sebagai sarana untuk mengendalikan erosi melalui pengendalian
aliran permukaan dengan adanya tanaman pohon dan bangunan fisik
(teras. saluran pembuangan air, terjunan, rorak, embung)
 Meningkatkan daya mengikat air oleh tanah sehingga mampu
berfungsi sebagai penyangga air bagi wilayah dibawahnya
 Meningkatkan dan memelihara kesuburan tanah sehingga mampu
memberikan hasil tanaman yang berkelanjutan akibat dari
pengembalian bahan organik oelh tanaman
 Mengendalikan iklim makro dan mikro
 Memberi peluang untuk mengembangkan pertanian terpadu (“mixed
farming”  usahatani tanaman pangan, hortikultura, ternak, ikan,
tanaman perkebunan)
 Tegakan batang tanaman tahunan bisa mengendalikan kecepatan
luncuran awan panas ke daerah yang lebih rendah mengingat erupsi
Merapi selalu berulang setiap periode.
BENTUK SISTEM USAHATANI KONSERVASI




PENGHUTANAN KEMBALI (Reforestation)
METODE SALT ( Sloping Agricultural Land Technology)
ALLEY CROPPING (Sistem Budidaya Lorong)
Teknologi SALT
 Pengendalian erosi tanah
 Memelihara struktur tanah dan kesuburan tanah
 Efisien bagi usaha produksi tanaman pangan
 Dapat diterapkan pada lahan usahatani berlereng dengan tingkat
kemiringan < 40 %
 Mudah dikerjakan dan telah banyak dikerjakan oleh petani
 Secara ekonomi layak karena ekonomis (tenaga kerja sedikit)
lingkungan tetap lestari
LANJUTAN
Alley cropping (sistem usahatani lorong)









Mengendalikan erosi tanah dan aliran permukaan (run off)
Meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah (“self fertility maintainer”)
Membangun teras secara alamiah (“nature terrace builder”)
Meningkatkan daya resap air oleh tanah, sehingga sangat sesuai di
DAS.
Menyediakan bahan pakan untuk ternak jenis ruminansia besar (bila
dibawah barisan pagar ditanami rumput) serta ruminansia kecil dengan
memanfaatkan hasil pangkasan barisan pagar (tanam jenis legume)
Menyediakan bahan pangan sesuai kebutuhan masyarakat serta
mampu meningkatkan produktivitas tanaman
Menjaga produktivitas tanah dan tanaman, mengendalikan terjadinya
kerusakan lingkungan
Sangat mudah untuk diterapkan oleh petani.
Luas lahan untuk tanaman pangan depat diatur dengan mudah sesuai
kebutuhan