Bab 4 aktiva tetap

Download Report

Transcript Bab 4 aktiva tetap

1.Faktor yang dapat diperkirakan di muka
 Faktor-faktor yang dapat diperkirakan di muka,
seperti umur ekonomis penggunaan aktiva tetap,
teknologi, mode, keausan aktiva, merupakan
faktor pokok yang harus digunakan dalam
menentukan metode penyusutan.
2.Faktor yang tidak dapat diperkirakan di muka
 Faktor-faktor yang tidak dapat diperkirakan di
muka, seperti bencana alam, undang-undang
baru dan lain-lain bukan merupakan faktor
penentu
dalam
mengambil
kebijakan
penyusutan.
1.Harga perolehan
 Harga perolehan adalah seluruh pengeluaran
untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai
aktiva tetap tersebut siap digunakan untuk
beroperasi.
2.Umur ekonomis (masa manfaat)
 Estimasi dari masa manfaat suatu aktiva yang
dapat disusutkan atau suatu kelompok aktiva
serupa yang dapat disusutkan adalah suatu
masalah
pertimbangan
yang
biasanya
berdasarkan pengalaman dengan jenis aktiva
yang serupa. Masa manfaat dari suatu aktiva
yang dapat disusutkan untuk suatu perusahaan
mungkin lebih pendek dari usia fisiknya.
Con’t…………………
2.Nilai sisa akhir pemakaian
 Nilai sisa adalah perkiraan nilai aktiva tetap
pada akhir pemakaian atau pada akhir umur
ekonomisnya.Nilai sisa ini akan menentukan
jumlah suatu obyek yang akan disusut.
2.Metode yang digunakan
 Untuk menentukan metode apa yang akan
digunakan oleh perusahaan, perusahaan
harus menghubung-hubungkannya dengan
faktor-faktor ekonomi misalnya keausan,
teknologi dsb.
1. Metode aktivitas (Activity method)
metode jam jasa (service – hours method)
 metode jumlah unit produksi (productive – output method)

2. Metode Garis Lurus
3. Metode Beban Menurun:
Jumlah angka tahun (sum of the year digits)
 Persentase tetap dari nilai buku (double decline)

Metode no 2 dan 3 tersebut Berdasarkan waktu.
4. Metode Khusus (berdasarkan kriteria yang lainnya)
Metode persediaan (inventory method)
 Metode penggantian dan pemberhentian (retirement and
replacement method)
 Metode Berdasarkan jenis dan kelompok (group and
composition method)
 Metode bunga efektif (compound interest method)

1. Metode Aktivitas (Activity Method)
 Metode ini tepat digunakan untuk aktiva
tetap
yang
pengoperasiannya
sangat
mempengaruhi penurunan nilainya.Semakin
besar jasa yang diberikan, semakin besar
nilai penurunan aktiva tetap tersebut.
Contoh :
Sebuah pesawat terbang dibeli dengan harga
Rp 100.000.000,- diperkirakan akan memberi
jasa penerbangan 10.000 jam terbang. Pada
tahun 2008 digunakan selama 1.500 jam
terbang, maka penyusutan tahun 2008 :
Rp 100.000.000,-/10.000 x 1.500 =
Rp
15.000.000,-
2. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)


Metode garis lurus adalah metode yang paling umum
digunakan. Disamping mudah penerapannya, metode ini
juga akan memberikan beban yang adil pada masa-masa
penggunaan aktiva. Kelemahan dari metode ini adalah
apabila diterapkan pada aktiva tetap semakin lama
memberikan jasa semakin kecil, sehingga beban yang sama
akan tidak adil. Metode ini sangat tepat digunakan untuk
aktiva tetap yang kerusakannya lebih disebabkan oleh
waktu, bukan oleh penggunaan, seperti gedung atau
bangunan.
Cara menentukan jumlah penyusutan dengan ini adalah :
Penyusutan pertahun
H arg aperolehan nilaisisa
um urekonom is
Contoh :
 Pada
tanggal 1 Januari 1998 sebuah
perusahaan membeli sebuah aktiva tetap
dengan harga perolehan sebesar Rp
12.000.000,-. Perkiraan umur ekonomis 10
tahun dan nilai sisa akhir tahun ke sepuluh
adalah Rp 1.000.000,Penyusutan per tahun :
 Rp 12.000.000 – Rp 1.000.000/10 tahun = Rp
1.100.000,-
3.a. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of The Years
Digits Method)
 Metode jumlah angka tahun akan membebankan
penyusutan tiap tahun semakin kecil. Metode ini
tepat digunakan untuk aktiva yang memberikan
jasa semakin menurun, seperti barang-barang
teknologi elektronika.
 Cara perhitungan penyusutan dengan metode
jumlah angka tahun adalah :
Um ursisa penggunaan
x ( H arg a perolehan Nilai sisa )
Jum lahangkatahun
Jumlah angka tahun dapat dicari dengan formula :
 (n + 1) n/2
 n = Jumlah perkiraan umur ekonomis
Contoh :
 Analog dengan contoh pada metode garis
lurus diatas, maka penyusutan tahun
pertama dapat dicari sebagai berikut :
10/55 x Rp 11.000.000
 Penyusutan
= Rp 2.000.000,-
tahun kedua adalah :
 9/55 x Rp 11.000.000,= Rp 1.800.000,-
3.b. Metode Persentase Tetap dari Nilai Buku
(Double Declining Method)
 Metode ini tidak mempertimbangkan adanya
nilai sisa akhir pemakaian suatu aktiva tetap.
Metode ini hanya mendasarkan penentuan
penyusutan kepada nilai buku.
Cara menghitung penyusutan dengan metode
double declining adalah :
(2 x Persentase penyusutan metode garis
lurus) x Nilai buku awal tahun.
Contoh :
 Analog dengan contoh sebelumnya, maka
penyusutan tahun pertama, kedua dan
seterusnya akan dihitung sebagai berikut :
 Tahun pertama :
10% x 2 x Rp 12.000.000,= Rp 2.400.000, Tahun kedua :
20% x (Rp 12.000.000 – Rp 2.400.000)
Rp 1.920.000, Tahun
ketiga :
20% x (Rp 12.000.000 – Rp 2.400.000 – Rp
1.920.000)
= Rp 1.536.000,-
=
4.a.Metode Persediaan (Inventory Method)
 Metode ini menghitung penyusutan berdasarkan persediaan
yang dihasilkan oleh aktiva tetap tersebut pada setiap
periode.
4.b. Metode Penggantian dan Pemberhentian (Retirement
and Replacement Method)
 Metode ini sering digunakan oleh perusahaan umum negara
yang menggunakan aktiva kecil-kecil tetapi jumlahnya
secara keseluruhan menjadi material, misalnya perusahaan
kereta api dengan bantalan rel, perusahaan telekomunikasi
dengan tiang telepon dan kabel.
 Metode retirement membebankan penyusutan setiap
penggantian aktiva lama dengan yang baru. Atas
penggantian tersebut di debit biaya penyusutan sebesar
harga perolehan aktiva yang diganti. Sedangkan metode
replacement akan mengakui biaya penyusutan sebesar
harga perolehan aktiva sebagai pengganti aktiva lama. Jadi
setiap terjadi penggantian aktiva, langsung diakui sebagai
biaya penyusutan.
4.c. Metode Grup Dan Komposisi
 Metode ini digunakan untuk mengadakan
penyusutan terhadap sekelompok aktiva
tetap yang mempunyai umur ekonomis yang
berbeda-beda dan harga perolehan yang
berbeda-beda pula.
 Cara
pembebanan penyusutan dilakukan
dengan menentukan rata-rata tertimbang
seluruh aktiva yang disusut.
Contoh :
 Tiga
aktiva A,B,C mempunyai harga
perolehan, nilai sisa dan umur ekonomis yang
berbeda-beda. Ketiga aktiva tersebut disusut
berdasarkan metode grup dan komposisi
sebagai berikut :
Aktiva
Harga
Perolehan
Nilai Sisa
Umur
Penyusutan
A
1.000.000
200.000
5
160.000
B
800.000
200.000
3
200.000
C
700.000
100.000
4
150.000
2.500.000
500.000
510.000
Penyusutan per tahun :
510.000
x 100% = 25.50%
2.500.000 – 500.000
 Apabila
suatu aktiva tetap tersebut dijual,
maka perusahaan akan mencatat debit kas
dan kredit harga perolehan aktiva yang
dijual, sedangkan selisihnya dibebankan ke
rekening akumulasi penyusutan. Dengan
demikian, setiap ada penjualan sebagian
aktiva tetap, tidak akan diakui laba dan rugi.
DEPLESI
 Deplesi adalah istilah penyusutan untuk
perusahaan pertambangan yang mengambil
mineral dan sumber alam.
 Deplesi dihitung dengan cara :
Deplesi per satuan
= Jumlah seluruh biaya eksplorasi
Perkiraan satuan kandungan
Contoh :
 Sebuah
perusahaan pertambangan telah
mengeluarkan biaya eksplorasi sebesar Rp
200.000.000,-.
Isi
kandungan
mineral
tambang tersebut ditaksir sebesar 40.000
ton, maka deplesi per ton mineral adalah :
Rp 200.000.000/40.000 ton = Rp 5.000,- per
ton
REVALUASI
 Penilaian
kembali aktiva tetap (revaluasi)
mencakup dua jenis perlakuan, yaitu :
 Revaluasi ke nilai yang lebih tinggi dari nilai
buku disebut, apresiasi.
 Revaluasi ke nilai yang rendah dari nilai buku
disebut, devaluasi.
1. Apresiasi
 Pada dasarnya pencantuman aktiva tetap pada
Neraca didasarkan kepada harga perolehan. Ada
dua kelompok aktiva tetap yang dapat
diapresiasi, yaitu aktiva tetap tanpa batas umur
ekonomis (tanah) dan aktiva dengan umur
tertentu, seperti gedung, mesin dsb.
Contoh :
 PT “Ayem” mempunyai tanah yang dibeli 10
tahun yang lalu dan sekarang mempunyai nilai Rp
20.000.000,- lebih besar daripada nilai perolehan
yang sebesar Rp 30.000.000,-.
 Jurnal apresiasi :
Aktiva tetap – Apresiasi
20.000.000,Modal – Apresiasi
20.000.000, Apabila tanah tersebut dijual dengan harga Rp
45.000.000,-, maka jurnal penjualan yang harus
dibuat adalah :
Kas
45.000.000,Modal-Apresiasi
20.000.000,Tanah
30.000.000,Tanah-Apresiasi
20.000.000,Laba penjualan
15.000.000,-
Devaluasi
 Devaluasi adalah penurunan nilai aktiva tetap
dari harga perolehan menjadi harga atau
nilai baru yang lebih rendah. Penurunan ini
ditaksir sebagai rugi luar biasa.
Contoh :
 PT “Yusa” mempunyai komputer dengan
harga perolehan Rp 10.000.000,-. Umur
ekonomis komputer 8 tahun, sudah disusut 4
tahun tanpa nilai sisa. Komputer tersebut
sudah ketinggalan zaman dan perlu
diturunkan nilainya menjadi Rp 6.000.000,sebelum penyusutan.
Jurnal devaluasi :
Akumulasi penyusutan
Rugi luar biasa/laba ditahan
Aktiva tetap
2.000.000,2.000.000,4.000.000,-
Catatan :
Penurunan nilai aktiva tetap sebesar Rp
4.000.000,-, nilai buku 50% (4 tahun dari 8
tahun) sehingga rugi luar biasa adalah 50% x
Rp 4.000.000,- = Rp 2.000.000,-