ANALISIS SPERMA

Download Report

Transcript ANALISIS SPERMA

ANALISIS SPERMA
Oleh
ARNI AMIR
I. Pemeriksaan Semen
A.
Prosedur Standar
1. Penampungan dan pengiriman sampel
• Sebaiknya subyek dibekali dengan lembaran
instruksi tertulis yang jelas berhubungan dengan
cara koleksi dan transportasi semen.
a. Sebaiknya sampel dikeluarkan dan ditampung
setelah
abstinensi
seksual
(puasa
berhubungan suami istri) sedikitnya 48 jam
dan paling lama 7 hari.
b. Untuk evaluasi awal sedikitnya diperlukan dua
kali pemeriksaan
c. Sebaiknya sampel dikumpulkan diruang
khusus didekat laboratorium
d. Sampel didapat dengan cara masturbasi
Lanjutan ………
e. Kondom yang terdapat dipasaran tidak bole
digunakan karena dapat menyebabkan
kematian spermatozoa (berisi spermisid)
f. Sample harus dilindungi terhadap perubahan
temperatur yang ekstrim (kurang dari 200C
atau lebih dari 400C)
g. Botol harus diberi label nama, tanggal dan
waktu p engeluaran, serta lama abstinensi
2. Keamanan dalam penanganan sampel
• Teknisi laboratorium harus hati – hati terhadap
sampel semen yang mungkin mengandung virus
– virus yang berbahaya (HIV, Hepatitis dan
Herpes)
Lanjutan ………
B.
Pemeriksaan Makroskopis
•
Pemeriksaan awal melalui pengamatan fisik sampel
•
Pengamatan dilakukan pada suhu kamar, dimana dinilai
warna, bau, koagulasi dan likuefaksi, volume,
konsistensi dan pH
1. Warna Sperma
• Warna sperma yang “normal” (mengandung
spermatozoa) adalah putih keabuan/ putih mutiara
• Pada keadaan Azoospermia atau ekstrim
olipozoospermia akan berwarna putih jernih
2. Bau Sperma
•
•
Khas, seperti bunga akasia.
Bau – bau lain seperti amis, busuk dapat dicurigai
adanya lokosit (infeksi) atau sebab – sebab lain
(parasit)
Lanjutan ………
3. Koagulasi dan Likuefaksi
• Setelah dikeluarkan, semen akan mengalami proses
koagulasi (terbentuknya koagulum yang disebabkan
oleh protein – protein yang dihasilkan oleh kelenjar
vesika seminalis
• Selanjutnya akan mengalami pencairan (likuefaksi),
menjadi homogen dalam waktu 60 menit
4. Volume
• Data diukur dengan gelas ukura atau dengan pipet
khusus
5. Konsistensi
• Dulu digunakan istilah Viskositas
• Pengukuran konsistensi dikerjakan dengan menekan
keluar sampel lewat Jarum 21G
• Observasi bentuk yang keluar, berupa tetesan, atau
benang yang keluar dari ujung jarum.
Lanjutan ………
•
•
Cara pengukuran konsistensi :
• Semen dihisap sampai tanda 0,1 ml, ujung B ditutup
dengan jari telunju, dipegang tegak lurus.
• Tangan kiri memegang stopwatch. Bersamaan
dengan dibukanya tutup ujung jari, stopwatch
ditekan.
• HItung waktu jatuhnya tetesan pertama, normal 2
detik
Cara lain dengan menggunakan batang pengaduk
gelas
• Celupkan batang pengaduk kedalam semen, angkat
dan perhatikan tetesan/ benang cairan yang terjadi
• Normal tetesan/ benang yang terjadi tidak melebihi 2
cm
Lanjutan ………
6. pH sperma
• Teteskan 1 tetes semen keatas kertas pH ( 6,4 –
8,0).
• Setelah 30 detik bandingkan dengan warna standar
• pH harus diperiksa dalam waktu 1 jam setelah
semen dikeluarkan
• Nilai normal : >7.2 (WHO 92;7.2 -8.0) (WHO 87 :7.2 7-8)
Lanjutan ………
C.
Pemeriksaan Mikroskopis
•
Pemeriksaan mikroskopis semen dilakukan dengan
preparat basah dan preparat hapus.
•
Pada pemeriksaan preparat basah, penilaian meliputi :
motilitas
spermatozoa
perkiraan
konsentrasi
(memperkirakan jumlah spermatozoa per lapang pandang
besar (400 x), adanya sel – sel lain (epitel, sel bulat,
parasit, bakteri, kristal dan sebagainya dan ada/ tidaknya
aglutinasi
1. Perkiraan Konsentrasi Spermatozoa
• Perkiraan konsentrasi spermatozoa secara kasar ini
dilakukan dengan memperkirakan/ menghitung
jumlah rata – rata spermatozoa pada beberapa
lapang pandang (400x) danhasilnya dikalikan
dengan 105
• Misalnya didapatkan jumlah rata – rata spermatozoa
40/LPB, maka perkiraan konsentrasi : 40 x 105 =
4.106/ml
Lanjutan ………
2. Pemeriksaan Motilitas Spermatoza
• Persiapan
• Satu tetes semen (10 – 15 L) diteteskan dengan
mikropipet atau melalui jarum 21G pada kaca objek
dan ditutup dengan kaca penutup ukuran 22 c22
mm
• Preparat
diperiksadibawah
mikroskop
pada
pembesaran 400 x
• Penilaian
• Pemeriksaan perlu dilakukan pada beberapa
lapang pandang ( 4 -6 LPB). Pergerakan
spermatozoa dapat diklasifikasikan dalam 4
golongan : a, b, c dan d
a : gerak spermatozoa maju kedepan, cepat dan
lurus
b : gerak spermatozoa maju, lambat atau berkelok
c : tidak ada gerak maju kedepan, bergetar
ditempat, gerak melingkar
d : tidak bergerak sama sekali
Lanjutan ………
•
D.
Perhitungan gerak spermatozoa dinyatakan
dalam persentase
a = …..%
b = …..%
c = …..% dan
d = …..%
Pemeriksaan Mikroskopis Lanjutan
1. Pemeriksaan Vitalis Spermatozoa
a. Pewarnaan vital
•
•
•
Pada sel yang mati akan terjadi kerusakan membran
plasma dan selanjtunya akan menyerap zat warna
Sedikit dihitung 100 spermatozoa yang menyerap zat
warna (mati) dan yang tidak menyerap warna (hiduo)
Teknik ini dapat dibedakan berapa persen spermatozoa
immotil yang hidup dan mati
Lanjutan ………
b. Uji Pembengkakan hipoosmotik (UPHO)
•
•
•
•
2.
Dasar dari UPHO ini adala membran yang semi
permiabel pada sel akan menyerap air dan
menyebabkan terjadinya pembengkakan sel (drevius &
Eriksson, 1966)
UPHO pertama kali diperkenalkan oleh Jeyendran dkk
(1984)
Spermatozoa yang utuh (hidup) dalam cairan
hipoosmotik akan mengalami pembengakan dan ini
jelas terlihat pada ekornya
Pembengkan ini menyebabkan ekor berbentuk koil
Penghitungan jumlah spermatozoa
•
•
•
Konsentrasi spermatozoa (jumlah spermatozoa (ml),
ditentukan dengan menggunakan hemositometer.
Sampel harus trecampur merata sebelum dilakukan
penghitungan.
Pengenceran dapat dilakukan 1/10, 1/20/, 1/100, 1/200
tergantung dari jumlah spermatozoa pada pemeriksaan
awal
Lanjutan ………
3. Pemeriksaan Morfologi Spermatozoa
a. Klasifikasi morfologi spermatozoa manusia
b. Kategori kelainan yang perlu dihitung
1. Kepala
2. Leher dan Midpiece
3. Kelainan ekor
4. Butir sitoplasma